Marsma TNI Fajar Adriyanto tewas setelah pesawat latih sipil Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 yang dikemudikannya terjun di wilayah Bogor pada pagi hari.
Dilansir dari siaran Kompas TV, Fajar Adriyanto meninggal dunia setelah tiba di rumah sakit.
Kini jenazah Fajar Adriyanto berada di RSAU Lanud Atang Sendjaja.
Saat ini lokasi jatuhnya pesawat latih itu sudah dijaga oleh aparat serta diberikan garis polisi.
Kabar tewasnya Fajar Adriyanto tentu membawa kedukaan di instansi TNI khususnya Angkatan Udara.
Sebab Marsma Fajar Adriyanto sangat berdedikasi tinggi di bidang angkatan udara.
Pria kelahiran Bandung, 20 Juni 1970 itu dikenal sebagai perwira tinggi TNI AU yang menjadi penerbang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon (Red Wolf).
Lulus dari Akademi Angkatan Udara di tahun 1992, Fajar Adriyanto meninggalkan jejak karir mentereng nan membanggakan.
Fajar Adriyanto pernah menjadi komandan Skadron 3 Lanud Iswahyudi dari tahun 2007 - 2010.
Lalu Fajar juga pernah menjadi Komandan Pangkalan TNI AU (Lanud) Manuhua, Biak, pada 8 Oktober 2017 hingga 6 Mei 2019.
Selanjutnya ia juga sempat menjadi Kepala Dinas Penerangan TNI AU dari 6 Mei 2019 hingga 18 November 2020.
Berikutnya Fajar dipercaya mengemban amanah sebagai Kapoksahli Kodiklatau sejak 6 Desember 2024.
Fajar juga dipercaya sebagai pembina di Bandung Flying Club.
Selain berdedikasi tinggi di TNI AU, Fajar juga merupakan pelaku sejarah atas peristiwa penting.
Yakni Fajar berperan dalam duel tempur pesawat-pesawat F-16 TNI AU dengan pesawat-pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Udara Amerika Serikat yang terjadi di wilayah udara Pulau Bawean pada tahun 2003.
Dipercaya banyak mengemban amanah, Fajar tak luput dari prestasi gemilang.
Marsma TNI Fajar berhasil meraih Sertifikat dan Brevet "Tanggap Tangkas Tangguh" dari BNPB.
Ia juga menyabet gelar peraih tesis terbaik ketika menempuh pendidikan di tingkat Pasca Sarjana di Universitas Pertahanan Indonesia. (SRIPOKU.COM / TRIBUNNEWSBOGOR)
Baca artikel menarik Sripoku.com lainnya di Google News