SRIPOKU.COM, INDRALAYA - Sebuah pemandangan kontras tersaji di Tanjung Batu, Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel).
Daerah yang dikenal maju dan menonjol di Sumatera Selatan ini justru menyimpan ironi pada bangunan kantor lurahnya.
Bangunan tua yang diperkirakan berdiri sejak era 1950-an itu kini memprihatinkan, tak terawat, dan material kayunya mulai lapuk dimakan usia.
Pantauan di Jalan Sayid Makdum, lokasi berdirinya kantor Lurah Tanjung Batu, dari kejauhan bangunan bercat putih kombinasi biru itu tampak biasa saja.
Namun, begitu didekati, kerusakan demi kerusakan terlihat jelas. Kaca pintu depan pecah, menyisakan pecahan tajam yang mengancam keselamatan siapa pun yang melintas.
Pandangan ke atas semakin miris. Plafon yang terbuat dari susunan kayu panjang terlihat kusam dan berjamur.
Di beberapa bagian, kayu plafon tampak rusak dan patah. Dinding papan di kedua sisi bangunan pun mulai lapuk dan terlihat ringkih, seolah mudah didobrak.
Mengintip ke dalam ruangan melalui celah jendela, kondisi dinding papan yang lapuk serupa dengan bagian luar.
Di dalam, hanya terlihat dua meja panjang dan belasan kursi plastik yang ditumpuk. Sebuah sofa usang tampak menjadi tempat menerima tamu.
Layaknya kantor pelayanan publik lainnya, bagan struktur pejabat kelurahan, informasi pelayanan publik, dan papan tulis tampak menempel di dinding.
Satu-satunya pemandangan yang tampak "mengkilap" adalah foto presiden dan wakil presiden serta kepala daerah Sumatera Selatan.
Menurut seorang staf kantor Lurah Tanjung Batu yang enggan disebutkan namanya, kondisi mengenaskan ini sudah berlangsung lama.
"Tanjung Batu ini bisa dibilang salah satu daerah yang paling terkenal dan menonjol, maju kalau di Ogan Ilir. Tapi kantor lurahnya malah mirip rumah hantu," ujarnya dengan nada prihatin, Sabtu (26/4/2025).
Tak hanya bangunan yang usang, fasilitas di kantor tersebut juga minim. "Tidak ada toilet. Jadi, kalau mau buang air, harus numpang ke tetangga atau ke masjid," keluhnya.
Pemandangan di belakang bangunan pun tak kalah menyedihkan. Sampah berserakan di antara semak-semak dan akar gantung tanaman liar.