Berita Musi Rawas

Demi Sinyal, Warga Desa Binjai Musi Rawas Rela Panjat Pohon dan Gantung HP Setinggi 20 Meter

Penulis: Eko Mustiawan
Editor: Odi Aria
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CARI SINYAL- Salah seorang warga Desa Binjai Kecamatan Muara Kelingi, Musi Rawas saat memanjat pohon untuk dapatkan sinyal telekomunikasi.
CARI SINYAL- Salah seorang warga Desa Binjai Kecamatan Muara Kelingi, Musi Rawas saat memanjat pohon untuk dapatkan sinyal telekomunikasi.

SRIPOKU.COM, MUSI RAWAS– Di tengah gencarnya transformasi digital di Indonesia, warga Desa Binjai, Kecamatan Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas, justru masih harus berjuang keras hanya untuk mendapatkan sinyal handphone.

Kondisi ini memaksa warga melakukan tindakan ekstrem seperti memanjat pohon hingga menggantung ponsel mereka di tiang atau batang kayu setinggi 20 meter.

Kepala Desa Binjai, Hadi Yanto, menyebutkan bahwa desanya telah masuk dalam kategori daerah blank spot selama puluhan tahun, tanpa adanya akses jaringan telekomunikasi yang memadai.

“Binjai ini salah satu desa blank spot di Musi Rawas. Kondisi ini sudah terjadi sejak lama dan hingga kini belum ada solusi konkret,” ujar Hadi kepada Sripoku.com, Kamis (24/4/2025).

Tidak hanya orang dewasa, para pelajar pun turut merasakan dampaknya. Mereka sering kali terpaksa memanjat pohon untuk bisa mengakses internet demi menyelesaikan tugas sekolah.

“Sekarang kan banyak tugas sekolah yang butuh internet. Pelajar juga ikut memanjat pohon, terutama anak-anak SMP dan SMA,” jelasnya.

Hadi menambahkan bahwa banyak warga yang menggunakan metode menggantung ponsel dengan bantuan kayu atau bambu setinggi hingga 20 meter sebagai alternatif mencari sinyal.

“Tentu ini sangat berisiko, tapi karena kebutuhan dan keterpaksaan, warga tetap lakukan,” ujarnya prihatin.

Hadi mengaku pihaknya sudah beberapa kali mengajukan proposal pembangunan tower provider ke Pemerintah Kabupaten Musi Rawas. Namun hingga saat ini, usulan tersebut belum juga terealisasi.

“Kami sudah usulkan sejak lama. Harapan kami, pemerintah bisa lebih perhatian karena ini menyangkut kebutuhan dasar warga di zaman digital seperti sekarang,” katanya.

Menurut Hadi, akses terhadap jaringan telekomunikasi bukan lagi kebutuhan sekunder, melainkan sudah menjadi kebutuhan vital, baik untuk komunikasi, pendidikan, hingga layanan darurat.

“Warga ingin hidup setara dengan desa lain. Jangan sampai kami terus tertinggal hanya karena tidak punya sinyal,” tutupnya.

Berita Terkini