Puyang Seberang adalah leluhur yang diyakini masyarakat Tempirai sebagai tokoh yang menyatukan tujuh keluarga untuk membangun permukiman tersebut.
Muhammad Mual (70) atau kerap disapa Wak Mual, salah satu tetua dan juga generasi ketiga sebagai juru kunci (Kuncen) makam puyang sebrang mengatakan bentuk perkampungan melingkar itu diketahuinya sebagai simbol pengikat silahturahmi dari tujuh keluarga pendiri permukiman.
“Meskipun berbeda, kami tetap bersaudara, posisi kami setara, hanya yang di atas yang paling tinggi dan berkuasa, "kata Wak Mual, Senin (14/4/2025).
Sementara itu Muhammad Faizal, selaku ketua Budaya Masyarakat Tempirai menjelaskan sistem adat masyarakat Tempirai berpijak pada konsep musyawarah.
Semua keputusan terkait kepentingan umum, berdasarkan rapat dari tetua atau pemangku adat setiap klan, atau keluarga pada setiap kampung.
"Simbol musyawarah ini tercermin dari bentuk permukiman tua di wilayah Tempirai, yang melingkar, dan menghadap satu titik tengah. Titik tengah ini berupa balai Desa dan rumah ibadah. Balai ini menjadi tempat berkumpul semua keluarga untuk musyawarah, ”ujar Faizal.
Dengan budaya musyawarah yang mengutamakan kesepakatan atau solusi, membuat banyak terdapat warung kopi di Tempirai sejak jaman dahulu sampai dengan saat ini.
Hampir setiap malam, para lelaki di Tempirai melakukan diskusi atau saling berbagi informasi, dilakukan di warung kopi.
"Di warung kopi, semua bebas berpendapat atau bertukar pikiran, tanpa melihat status sosial dan usia. Seperti susunan rumah melingkar itu, sebagai simbol pengikat silahturahmi," terangnya.
Selain itu, Faizal juga mengatakan bentuk permukiman melingkar itu, diyakini sebagai upaya untuk menghindari ancaman angin puting beliung saat musim penghujan.
Angin yang datang terpecah dan melemah, saat memasuki celah di antara rumah dengan susunan melingkar tersebut.
"Alhamdulillah selama ini permukiman warga terhindar dari bencana tersebut. Karena Angin akan terpecah dan melemah, saat memasuki celah di antara rumah- rumah yang membentuk susunan melingkar menghadap satu titik itu," jelasnya.
Jiwa persatuan saling membantu dan menjunjung tinggi sifat gotong royong sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Tempirai secara turun temurun.
Seperti gotong royong membangun rumah, bersawah, Nugal Padi (menama padi di ladang) pesta perkawinan maupun gotong royong dalam hal lainya.
"Sampai saat ini, tetap dilestarikan masyarakat tempirai, seperti membangun rumah maupun nugal padi di ladang, secara turun temurun, masyarakat tempirai melakukannya dengan cara bergotong royong," tutupnya.