Berita PALI

Cerita Mulyadi Puluhan Tahun Yang Hidup Dalam Sebuah Kemasan Kopi Bubuk Lokal PALI

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mulyadi (71 tahun) seorang tukang kopi tradisional di PALI, puluhan tahun tetap berproduksi kopi bubukĀ 

"Kalau pelanggan nya sampai saat ini masih banyak meski jumlah pembelian menurun, biasa yang beli sekilo, sekarang cuma setengah maupun seperempat kilo," katanya.

"Disamping karena pelanggan nya masih banyak, alasan lainnya yang membuat kita tetap berproduksi sampai saat ini karena kebutuhan ekonomi, karena usaha inilah menjadi sumber pendapatan saya bersama keluarga," ucapnya.

Selama puluhan tahun berbisnis kopi, untuk bahan baku yang digunakannya Mulyadi konsisten menggunakan biji kopi Robusta yang diambil dari Semendo dan lahat.

Menurutnya, disamping harganya lebih murah dari kopi jenis Arabika yang 3 kali lipat lebih mahal, kopi jenis Robusta lebih banyak diminati oleh para pelanggan.

"Kalau bahan baku dari dulu kita menggunakan biji kopi Robusta yang diambil dari Semendo maupun lahat, dan juga lebih murah dibandingkan Arabika. Kita juga ga kuat modalnya kalau bahan bakunya menggunakan Arabika yang 3 kali lipat lebih mahal dari Robusta," ujarnya.

Ketika ditanya, kenapa kemasan produk kopi miliknya tanpa merek, Mulyadi mengatakan karena tidak memiliki modal untuk mencetak kemasan packaging yang ada mereknya.

Selain itu, usahanya juga selama ini belum memiliki ijin usaha atau NIB maupun seterfikat halal karena keterbatasan modal yang dimilikinya untuk mengurus semua itu.

Lebih jauh diceritakannya, dahulu usaha pengolahan kopi bubuk ini diberi nama Kopi Menara Bor saat dikelola oleh Ayahnya waktu itu.

Produk kopi bubuk cukup dikenal di Talang Ubi waktu itu dan dipasarkan dari warung ke warung sampai ke pelosok-pelosok desa pada periode tahun 1963-1968 silam.

Saat Ayahnya pensiun pada 1968, usaha tersebut sempat tutup sebentar, dikarenakan Mulyadi bersama keluarganya pindah ke kampung halaman ibunya di Cirebon Jawa Barat.

"Waktu itu saya baru tamat SMA, ikut orang tua pindah ke Cirebon. Usaha Kopi di pendopo ini setop, tapi kita tetap melanjutkan jualan kopi di Cirebon bersama orang tua," tuturnya.

Pada tahun 1970, Mulyadi sekeluarga kembali ke Talang Ubi, dan Ayah nya melanjutkan kembali usah kopi yang selama ini dilakoninya, dan usaha itu pun kembali berjalan sampai dengan tahun 1975.

Namun pada tahun 1975- 1977 akhir, usaha kopi itu sempat terhenti, karena terkendala modal dan baru berlanjut kembali ketika Mulyadi kembali merintis usah itu pada tahun 1978 hingga bertahan sampai saat ini.

Meskipun saat ini jamannya tidak seperti dulu lagi, namun pria yang menikahi seorang wanita bernama Arini (65) pada tahun 1975 yang telah dikaruniai 6 orang anak, 12 orang cucu dan 1 cicit tersebut.

Tetap bertahan demi merawat sejarah yang hidup dalam kemasan kopi lokal PALI, agar dapur rumah tangganya tetap berasap.

Halaman
1234

Berita Terkini