SRIPOKU.COM, PALI -- Di depan sebuah kedai Sagarurung di kawasan jalan merdeka, lapangan golf pendopo Talang Ubi, Kabupaten PALI, Sumatera Selatan (Sumsel), seorang pria tua mengeluarkan secarik kertas yang tertera nomor telepon tukang ojek langganannya.
"Dek, mamang bisa minta tolong telponin tukang ojek langganan mamang, untuk minta jemput narik gerobak. Mamang tidak punya HP, ini nomornya," ujarnya kepada Sripoku.com sembari memberikan secarik kertas, Kamis (18/7/2024).
Effendi setiap harinya memang biasa menggunakan jasa ojek usai mengumpulkan rongsokan di gerobaknya, untuk dibawa pulang ke rumahnya berada di samping SDN 16 di Talang ojan Kelurahan Talang Ubi.
Namun siapa sangka, Mang Fendi begitu ia disapa merupakan pensiunan guru SD.
Ternyata sudah 7 tahun profesi mencari barang-barang bekas ia jalani, dengan kondisi hanya memiliki satu tangan, ia nampak semangat menarik gerobaknya demi mencari rongsokan.
Memasuki usia senjanya, Mang Fendi memilih untuk tetap bekerja ketimbang hanya berdiam diri di rumah. Profesi sebagai pencari rongsokan pun ia jalani untuk bisa mencari pundi-pundi rupiah.
Padahal, Mang Fendi ini merupakan seorang pensiunan PNS guru SD. Tapi status tersebut seolah tidak menyurutkan niatnya mencari penghasilan yang memang menjadi kewajiban bagi setiap tulang punggung keluarga.
"Cari rongsokan ngilangin jenuh aja dek, daripada tidak ada aktivitas di rumah," kata mang Fendi memulai menuturkan kisahnya kepada Sripoku.com.
Effendi bercerita, dulunya merupakan seorang guru di SD Negeri 16 Talang Ubi. Ia resmi diangkat PNS pada tahun 1982 Effendi berstatus penjaga sekolah di SDN 8 Talang Ubi. Kemudian ia pindah tugas ke SDN 16 Talang Ubi dan ikut mengajar menjadi guru di SD tersebut.
"Mamang di angkat PNS tahun 82, status saya saat itu penjaga sekolah SDN 8 Talang Ubi, kemudian pindah tugas di SDN 16 dan menjadi guru, mengajar matematika dan lainnya. Mamang pensiun pada Agustus 2017," ungkap Effendi, sambil mengingat- ingat kembali masa tersebut.
Setelah pensiun di tahun 2017, Effendi sempat menganggur beberapa bulan di rumah. Sampai akhirnya Efendi memutuskan menjadi pencari rongsokan karena bosan tidak melakukan aktivitas apapun dirumah.
Sebenarnya ketika menjadi guru, Effendi sudah terbiasa melakoni pekerjaan sampingan. Dulu Efendi sepulang dari sekolah, dalam kesehariannya melakoni pekerjaan menjadi tukang ojek.
Namun ketika memasuki masa pensiun pada 2017 silam, ia tidak bisa lagi melakoni pekerjaan tersebut, karena kehilangan tangan kanan disebabkan penyakit yang diderita dan harus diamputasi sehingga tidak bisa lagi mengendarai motor.
"Waktu pensiun mamang bingung, mau kerja apa, karena sudah tidak bisa lagi ngojek. Kalau dirumah saja tidak melakukan aktivitas jenuh rasanya. Akhirnya mamang melihat orang cari rongsokan, dan tanya- tanya, Sehingga memutuskan untuk mencari rongsokan juga,"tuturnya.
Ia juga menceritakan penyakit diderita nya selama bertahun-tahun sehingga harus kehilangan tangan kanan nya.
Effendi mengatakan, awalnya terdapat sebuah koreng di telapak tangan kanan nya. Namun ia saat itu menganggap nya penyakit biasa dan masih bisa ngojek setiap hari.
Lambat laun, dia merasakan selalu nyeri pada tangan kanan nya, karena rasa sakit tersebut ia sering berobat ke dokter setempat namun tidak tau penyakit apa.
Seiring berjalan waktu, selama bertahun- tahun mengalami sakit tersebut, kondisi tangan kanannya terlihat mengecil, sehingga Effendi memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit di Palembang.
"Nah, waktu berobat di Palembang, dokter mengatakan tangan kanan mamang harus diamputasi, karena ada virus yang menggerogoti dan harus di angkat sampai ke akarnya. Tangan mamang di amputasi hampir habis sampai bahu. Selama 42 hari mamang dirawat dirumah sakit, dari operasi hingga pemulihan,"bebernya.
Setelah pasca operasi tersebut Effendi mengatakan kondisi kesehatan nya jauh lebih baik, sehingga membuatnya semangat dalam menjalani aktivitas keseharian meski tidak lagi memiliki tangan sebelah kanannya.
Berstatus sebagai pensiunan PNS, Effendi sebetulnya masih mendapat gaji pensiun setiap bulannya. Jumlahnya Rp 3,5 juta per bulan. Ia pensiun dengan pangkat golongan terakhir 3 C.
Tapi karena ada potongan pinjaman Bank untuk keperluan menjalankan Ibadah Umroh waktu itu, sehingga per-bulannya dia hanya menerima gaji pensiunan Rp 2 juta perbulan.
Kendati demikian, Effendi bersyukur, karena dari hasil rezekinya mencari rongsokan, Effendi menghasilkan Rp 1,7 hingga Rp 1,8 juta perbulan. Kadang juga bisa mencapai Rp 2 juta, jika barang rongsokan yang dikumpulkan dapat lebih banyak.
Melakoni pekerjaan mencari rongsokan, dimulai nya sekitar jam 12 malam hinggah pagi hari, paling lama jam 9 pagi baru selesai dan pulang kerumah.
"Kenapa memilih malam hari, karena kalau siang kadang sudah tidak ada lagi barang rongsokan. Tapi kalau hari Jum'at mamang libur, apalagi kalau hujan, tidak bisa keliling, "imbuhnya.
Effendi sendiri memiliki 3 orang anak perempuan yang sudah berkeluarga dan ia juga memiliki 11 orang cucu. Istrinya yang saat ini memasuki usia 72 tahun, dulunya bekerja menyadap karet, namun Effendi tidak memperbolehkan lagi istrinya bekerja, hanya dirumah saja mengurusi rumah tangga.
Effendi sendiri lah yang memutuskan untuk kembali bekerja walau harus banting tulang menjadi pencari rongsokan, meski anak, istri bahkan keponakan nya sempat melarang nya.
"Lagian mamang juga jenuh kalau di rumah terus, jadi mending kerja daripada cuma di rumah," ucapnya.
Bukan hanya itu saja. Meski sudah masuk usia senja, mang Fendi tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya.
Sehari-hari, mang Fendi biasanya berangkat dari rumahnya pada tengah malam.Ia pun baru menuntaskan pekerjaannya sebagai tukang rongsokan di pagi hari.
"Kalau perginya saya jalan kaki tiap hari, pulangnya naik ojek untuk narik gerobak. Alhamdulillah enggak pernah mengeluh Kalo capek pasti. Tapi enggak pernah dikeluhin, dijalanin aja,"tuturnya.
Meskipun menjalankan pekerjaan yang terbilang cukup menguras tenaga, mang Fendi terlihat begitu menikmati aktivitasnya.
Mang Fendi selama ini juga mendambakan kendaraan motor roda tiga yang ada bak nya dibelakang untuk memudahkan aktivitas nya mencari rongsokan.Namun selama ini, ia belum mampu untuk mewujudkan keinginan nya tersebut.
"Ya gimana, duitnya belum ada, mamang juga belum mampu belinya, pengennya sih punya motor roda tiga, agar tidak lagi dorong gerobak dan naik ojek,"tutur mang Fendi seraya tersenyum memperlihatkan raut muka yang sudah dipenuhi keriput itu.
Mengakhiri perbincangan Sripoku.com, ketika ojek menjemputnya datang. mang Fendi memberi wejangan, lebih baik menjalani pekerjaan apapun itu statusnya yang penting halal ketimbang harus berdiam diri di rumah.
"Kalau badan masih sehat, mendingan kerja daripada di rumah, " pungkasnya menutup perbincangan sambil berlalu untuk menemui tukang ojek yang datang menjemput. (cr42)