SRIPOKU.COM - Inilah arti kata tarawih yang menjadi acuan dalam ibadah sunnah, jadi jangan ngebut-ngebut.
Sholat tarawih dilakukan pada bulan Ramadan oleh umat muslim di seluruh dunia.
Ibadah sunnah ini dilakukan selepas sholat isya' dan diakhiri dengan sholat witir.
Tarawih berasal dari kata: [رَاحَ – يَـرُوح], artinya istirahat.
Orang mengartikannya dengan santai. Sehingga sholat tarawih adalah salat yang santai.
Santai dalam arti sholatnya tidak ngebut.
Bacaannya panjang, rukuknya panjang, i’tidalnya panjang, sujudnya panjang, dan seterusnya. Itulah tarawih yang santai.
Berikut penjelasan selengkapnya mengenai arti Tarawih yang disampaikan oleh Ustaz Abdul Somad melalui tayangan YouTube Ustadz Abdul Somad Official.
Baca juga: Hukum Melaksanakan Sholat Tarawih Terlalu Cepat atau Tergesa-gesa, Awas Ibadah Jadi Sia-sia Belaka!
Setelah berakhirnya bulan Sya'ban dan memasukki awal Ramadan, maka ritual pertama umat Islam setelah melakukan sholat Isya' yakni adalah sholat Tarawih.
"Tarawih itu berasal dari kata tarwihah yang artinya istirahat, satu kali istirahat tarwihah, dua kali istirahat tarwihah, tiga kali istirahat tarwihah, satu, dua, tiga maka disebut dengan tarawih," jelasnya.
"Tarawhi artinya sholat yang ada duduk istirahatnya, karena setelah 4 rakaat ayatnya panjang," tambahnya.
"Sholat malam itu dua rakaat salam, dua rakaat salam, begitu dalam hadits sunnahnya, lalu kemudian setelah dua rakaat imam langsung berdiri, setelah 4 rakaat duduk istirahat namanya tarwihah," jelas Ustaz Abdul Somad.
"Tiga kali tarwihah jadi tarawih, jadi sholat tarawih artinya sholat yang pakai duduk istirahat, kenapa? Karena ayatnya panjang, sepanjang apa ayatnya? Sampai sahabat yang sholat sama Nabi Muhammad Sholallahu'alaihiwasallam itu tegak sampai urat-urat kakinya bengkak," jelasnya.
"Lalu kemudian setelah duduk istirahat sholat tarawih kemudian ditutup dengan sholat witir," tambahnya.
"Lalu sholat tarawih itu banyak versi rakaatnya, pada masa Umar bin Khatab dikumpulkanlah imam-imam itu disatukan yang sebelumnya mereka menyebar yang sekelompok di sini, sekelompok di sini, maka kata Umar bin Khattab alangkah baiknya bila disatukan imam-imam ini lalu kemudian diangkatlah imamnya bernama Ubay bin Kaab," terangnya.