Enam Sikap Kadisdik Sumsel Soal Kurikulum Merdeka yang Bakal Diterapkan Menteri Nadiem Makarim

Penulis: Abdul Hafiz
Editor: Refly Permana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel Drs H Riza Fahlevi MM

Laporan wartawan Sripoku.com, Abdul Hafiz

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Setidaknya ada enam poin reaksi yang disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, Drs H Riza Fahlevi MM, menanggapi diterapkannya Kurikulum Merdeka kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.

Kurikulum Merdeka nantinya menggantikan penjurusan di SMA dengan memberikan kebebasan bagi siswa dan guru dalam pembelajaran. 

"Sikap kita yang pertama, tentu sangat mendukung pelaksanaan kurikulum baru tersebut.

Kemudian yang kedua, melaksanakan sosislisasi secara masif dan komprehensif.

Dan ketiga, mendorong sekolah penggerak untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya," ungkap Riza Fahlevi kepada Sripoku.com, Minggu (13/2/2022).

Lalu sikap yang keempat, mendorong sekolah-sekolah lain untuk menelaah secara mendalam sebagai opsi tentang kemungkinan penerapan kurikulm tersebut.

"Poin kelima, membantu menyiapkan infrastruktur yang diperlukan untuk menerapkan kurikulum baru tersebut.

Dan yang keenam, memonitor dan mensupervisi secara berkelanjutan kelak tentang penerapan kurikulm tersebut," kata Riza. 

Mantan Kepala Dinas Pendidikan Palembang ini menjelaskan, mulai tahun 2022 hingga 2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan tiga opsi kurikulum yang dapat diterapkan satuan pendidikan dalam pembelajaran, yaitu kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan kurikulum prototipe. 

"Kurikulum darurat merupakan penyederhanaan dari kurikulum 2013 yang mulai diterapkan pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19," jelas Riza yang juga menjabat Ketua Umum Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) Provinsi Sumatera Selatan masa bakti 2021-2025.

Kurikulum prototipe merupakan kurikulum berbasis kompetensi untuk mendukung pemulihan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). 

"Namun mulai tahun 2022, satuan pendidikan yang tidak termasuk sekolah penggerak pun diberikan opsi untuk dapat menerapkan kurikulum prototipe," kata pria kelahiran Martapura (OKU Timur), 9 April 1963. 

Riza tidak menyebutkan kapan ditargetkan penerapan kurikulum baru ini diaplikasikan di seluruh sekolah Sumsel dan apa saja yang menjadi kendala. 

"Dilakukan secara bertahap sesuai ikut pusat ada beberapa tahap. Kendala secara berangsur angsur perbaikan infrastruktur," terang Riza yang juga menjabat Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Sumsel untuk masa bakti 2022-2027.

Halaman
123

Berita Terkini