COVID 2021 tak Setinggi Tahun 2020, Ahli Epidemiologi : Jangan Sampai RS Kita Kolaps Seperti India

Penulis: maya citra rosa
Editor: Welly Hadinata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Epidemiologi Universitas Sriwijaya, Iche Andriany Liberty.

Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Selama 4 bulan terakhir sejak Januari 2021 lalu kasus konfirmasi covid-19 terus meningkat, hal ini dapat dilihat melalui data per hari Dinkes Kota Palembang.

Pada data pada 8 Januari 2021, total kasus konfirmasi sebanyak 5.773 orang, pasien sembuh 4.516 orang dan kasus meninggal mencapai 279 orang.

Sedangkan, data per 9 Mei 2021 kasus konfirmasi bertambah sebanyak 96 orang, totalnya 11.012 orang.

Sedangkan kasus sembuh bertambah 120 orang dengan total 9.811 orang, dan kasus meninggal bertambah dua kasus menjadi 480 orang meninggal dunia.

Bahkan 16 dari 18 kecamatan di Palembang sudah dinyatakan zona merah atau resiko tinggi.

Ahli Epidemiologi Sumsel, Dr. Iche Andriyani Liberty, SKM, M.Kes mengatakan bahwa kasus konfirmasi di Sumsel juga pernah mencapai 150 kasus per hari pada 8 Mei 2021, menjadi totalnya 21.500 kasus. 

Dia menjelaskan sehingga faktanya saat ini, dalam waktu 8 hari kasus di Sumsel pernah mencapai 1.000 kasus.

Data Dinkes Sumsel juga menunjukkan pada periode Januari - Mei 2021 saja, kasus di Sumsel sudah bertambah sebanyak 8.695 kasus. 

Hal ini menunjukkan terjadinya percepatan penularan yang tidak pernah setinggi tahun 2020 lalu.

"Percepatan penambahan kasus juga terjadi, data infeksi Covid sejak 2021, yang tidak pernah setinggi tahun 2020," ujarnya.

Faktor terjadi percepatan tersebut bukan hanya karena tracing dan testing yang masif saja. Namun juga karena positivity rate cenderung meningkat.

Meningkatnya kasus konfirmasi ini juga dapat dikaitkan dengan hasil genomic surveilans, yang menunjukkan bahwa ditemukan varians B.1.617 sampel asal Sumsel.

Jika hal ini dikaitkan dengan peningkatan kasus di Sumsel, menurutnya ada korelasi, karena memang kasus yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

"Tidaknya B.1.617, varian lain seperti B.117 juga ada. Kita tidak kaget lagi mestinya. Karena memang 3M lalai, 3T tidak optimal dan dampak serta ancaman varian ini juga menjadi nyata," ujarnya, Minggu (9/5/2021).

Bahkan di beberapa negara sudah mengalaminya, yang mengkhawatirkan tidak hanya kasus konfirmasi, tetapi kasus kematian yang meningkat.

Terutama Bed Occupancy Rate (BOR) di Kota Palembang sudah mengkhawatirkan akan terisi penuh.

"Jangan sampai RS kita kolaps seperti India, karena mobilitas masyarakat yang luar biasa peningkatannya," ujarnya.

Wakil Ketua PIE RSUP Mohammad Hosien, dr.Harun Hudari,Sp.PD membenarkan bahwa varian baru B.1.617 tersebut sudah ada di Sumsel sejak Januari 2021.

"Varian baru itu sudah ada di Sumsel sejak Januari 2021, tapi karena pemeriksaan untuk memastikan bahwa itu benar varian B.1.617 itu panjang, maka baru diumumkan oleh kementerian kesehatan pada 8 Mei 2021," ujarnya. 

Bahkan 4 sampel yang dinyatakan positif B.1.617 tersebut kemungkinan hanya beberapa kasus dari varian tersebut yang ditemukan.

Hal ini berarti kasus konfirmasi dari varian asal India tersebut kemungkinan besar masih banyak tersebar di Sumsel.

"Pasiennya orang Sumsel, hasil penelitian sampel itu kan diujikan di Jakarta, dari sekian banyak sampel 4 itu ditemukan positif. Ya itu hanya sampelnya saja, karena tidak mungkin semua pasien kita ujikan disana," ujarnya.

Menurutnya masih banyak kasus lain yang tidak diketahui apakah jenisnya, karena pihak rumah sakit tidak memeriksa jenis variannya.

Melainkan hanya memeriksa kasus positif atau negatif, dan tidak memeriksa jenis gennya. 

"Januari hingga Mei 2021 kemungkinan besar banyak penularan yang terjadi akibat varian B.1.617 tersebut," ujarnya.

Sedangkan 4 pasien tersebut memiliki gejala dan bahaya yang sama, hanya saja sifatnya lebih cepat menyebar.

"Pasiennya sudah pulang sejak Januari lalu, gejala dan bahayanya sama, hanya varian ini cepat menyebar," ujarnya.

Berita Terkini