SRIPOKU.COM - Inilah perjuangan wanita asal Papua demi menjadi prajurit TNI AD.
Banyak sekali cerita menarik di balik prajurit yang berhasil bergabung menjadi anggota TNI AD.
Mulai dari perjuangannya untuk masuk seleksi hingga terpilih menjadi bagian dari angkatan bersenjata di Indonesia.
Salah satu kisah menarik datang dari seorang wanita asal Sorong, Papua yang memiliki semangat dan tekad untuk menjadi prajurit TNI AD.
Wanita tersebut bernama Lisbeth Duwith saat ini terdaftar sebagai Siswi Secaba Kowad.
Ia berasal dari keluarga dengan latar belakang yang sangat sederhana.
Bahkan demi mengikuti seleksi Kowad, keluarganya harus berkorban demi mewujudkan cita-cita wanita yang akrab disapa Lisa.
Lisa berangkat dari kampung halamannya mengandalkan uang yang seharusnya digunakan untuk keperluan kuliah saudaranya.
Oleh sebab itu, keluarga Lisa harus berkorban demi mewujudkan cita-cita Lisa yakni menjadi prajurit TNI AD.
Akhirnya perjuangan dan pengorbanan tersebut tak sia-sia.
Lisbeth Duwith telah resmi menjalani pendidikan sebagai siswi Secaba Kowad setelah lulus dari beberapa tahap seleksi.
Lantas bagaimana perjuangan Lisbeth Duwith untuk menjadi seorang Kowad?
Berikut kisah perjalanannya dibagikan melalui tayangan YouTube TNI AD.
Baca juga: Masih Ingat Kopka Ade Casmita, Prajurit TNI yang Disengat Tawon saat Bertugas, Begini Kondisinya!
Baca juga: Tangis Kopka Ade Casmita Pecah Tatkala Kehadiran Jenderal Andika, Putranya Ingin Jadi Prajurit TNI
Wanita yang berasal dari Kabupaten Sorong Selatan ini sempat gagal mengikuti seleksi Kowad dan baru berhasil di kesempatan berikutnya.
"Dua kali mendaftar, yang pertama reguler saya jatuh di pantohir daerah, kemudian saya mendaftar lagi ke jalur otus.
"Saya diarahkan langsung ke jalur otus, saya mengikuti seleksi otus sampe saya tembus pantohir daerah, saya diarahkan lagi lanjut ke pusat yaitu di Manokwari," jelasnya.
"Di Manokwari saya mengikuti seleksi lagi sampai selesai, Puji Tuhan saya tembus," tambahnya.
"Saya telepon sama orang tua, saya memberitahukan kepada mama sama kakak-kakak minta dukungan doa, selama Lisa untuk pendidikan supaya Lisa bisa menjalankan pendidikan dari awal sampai akhir berjalan baik dan tidak ada kendala apapun," ungkapnya.
"Supaya Lisa bisa pulang untuk melihat mama, kakak-kakak dan adik Lisam," tambahnya.
"Saya perasaan takut karena liat pertama dari atas tuh memang bener-bener tembak ini antara hidup dan mati, antara hidup dan mati karena mereka memakai munisi tajam," ujarnya.
"Disitu pas merayap dada saya sakit, jadi saya agak ketinggalan, tetapi dengan berusaha saya harus bisa saya merayqap, itu saya pegang senjata, F16, kita merayap menggunakan senjata F16 dengan ransel di belakang," ujarnya.
"Sepatu dengan perelengkapan lengkap, itu saya merayap ketika dada saya sudah sakit saya angkat senjata untuk geser ke depan," ungkapnya.
"Saya bilang gini ya Tuhan saya hidup atau mati nih Tuhan, karena munisinya di atas kepala saya," tuturnya.
"Saya sudah tidak sanggup dan berusaha merayap sampe pembina saya ayo ayo, kamu pasti bisa dan pembina saya datang membantu saya dan memberikan semangat ke saya," ungkapnya.
"Dari situ saya berusaha merayap, pembina saya membantu saya karena dada saya sudah terlalu sakit, saya dibantu sama-sama dengan pembina kita merayap sampai di depan," lanjutnya.
"Puji Tuhan kita dalam keadaan selamat, turun, ketika turun itu kita dilempari granat lagi," tambahnya.
"Saya enam bersaudara, saya anak keempat yang nomor tiga kuliah tapi karena saya masuk anggota dia tidak jadi kuliah, karena hari itu gaji terakhir bapak saya yang pake," ungkapnya.
"Tapi sebenernya gaji itu untuk kakak saya bayar semester," tambahnya.
"Puji Tuhan kalo saya lolos nanti saya yang biayai kakak sama adek-adek," ungkap Lisa.
"Pertama saya mau berangkat ke kota Sorong dari Kabupaten Sorong Selatan mama mengambil gaji bapak, gaji terakhir bapak sebesar 3 juta," ungkapnya.
"Setelah itu tabrakan dengan kakak, karena pada hari itu kakak harus membayar semeseter yang untuk lanjut, tetapi ketabrakan karena saya harus hari itu juga berangkat, harus membawa uang karena di kota sangat membutuhkan biaya contohnya administrasi dan berkas-berkas yang harus difotokopi," jelasnya.
"Dari situ saya berjanji kalo saya bekerja nanti saya bantu kakak untuk kuliahnya," tuturnya.
"Pas pantohir daerah malamnya tuh hujan di kota Sorong, hujan besar dan di bawahnya tuh banjir, saya berenang keluar dari kamar karena arus kencang, pikul barang berenang keluar, airnya setinggi 5 meter," jelasnya.
Baca juga: Prajurit TNI AD Lolos dari Maut, Ini Kondisi Praka Supriyanto Korban Kecelakaan Helikopter MI-17
Kala itu ibu Hetty Andika Perkasa sempat berbincang dengan Lisa.
"Pas berangkat banjir pake duit kakaknya, aduh lengkaplah sudah itu," ucap ibu Hetty.
"Jadi gimana dong bayar hutang ke kakaknya itu?," tanya Hetty/
"Siap kalo sudah punya gaji," jawab Lisa.
"Berapa utangmu?," tanya Hetty.
"Siap 3 juta," jawab Lisa.
"Uhh banyak sekali 3 juta, tapi nanti kan gajian, hari ini pengukuhan, besok pelantikan jadi sersan dua Lisbeth," ungkap Hetty.
"Wah, gaji pertama udah langsung bisa bayar hutang kakaknya, terimakasih pada papa mamanya, karena doa papa mamanya Lisabeth dan Lisabeth bisa sampai di sini kan," ungkap Hetty.
Untuk selanjutnya calon Kowad tersebut akan ikut Kecabangan.
"Jadi Kowad-kowad yang membanggakan, membanggakan Papua, membanggakan Indonesia, jadi bukan hanya saya yang bangga, saya bangga, Papua bangga, Indonesia bangga," ucap ibu Hetty.
SUBSCRIBE US