Covid 19

Wabah Pandemi Covid-19 Belum Usai, IDI Peringatkan Ini Gelombang Pertama

Editor: Sutrisman Dinah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wabah pandemi Covid-19 telah setahun melanda Tanah Air, bukan hanya menelan korban meninggal. Sebaran virus ini menimbulkan dampak luas di seluruh dunia, termasuk di daerah ini. Kompleks pertokoan ini diantaranya.

SRIPOKU.COM --- Tanggal 2 Maret 2021 bertepatan dengan satu tahun wabah pandemi Covid-19 melanda Tanah Air.

Setahun lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia, setelah tiga orang dalam satu keluarga di Depok, Jawa Barat, dinyatakan positif Covid-19.

Ketika itu, Sita Tyasutami yang disebut sebagai pasien-01, serta ibunya Maria Darmaningsih dan kakaknya Ratri Anindyajati yang menjadi pasien-02 dan pasien-03.

Baca juga: Ini Kota di Dunia yang Diakui Kota Paling Aman di Dunia Selama Pandemi Covid-19

Baca juga: Anggota DPR RI Ihsan Yunus Diperiksa KPK, Terkait Kasus Korupsi Bantuan Covid-19 Menteri Sosial

Sepanjang tahun ini, total kasus positif terjangkit virus Corona Disease 20219 atau Covid-19 di Indonesia, total kasus tercatat orang. Dikutip di laman Satgas Covid-19, dari jumlah tersebut sebanyak 1.151.915 orang (bertambah 9.212 orang) dinyatakan sembuh.

Sedangkan 36.325 orang (bertambah 159) dunia. Sampai saati ini, kasus aktif atau pasien yang masih dalam perawatan maupun menjalani isolasi mandiri sebanyak 153.074 orang.

Berdasarkan catatan Tribunnews.com, PPKM Mikro yang diterapkan 9-21 Februari diklaim membuahkan statistik positif yakni jumlah kasus positif virus corona cenderung menurun di tujuh provinsi di Jawa-Bali.

Begitu pula dengan kasus kematian. Tujuh provinsi itu yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Banten, dan Bali.

PPKM mikoro merupakan langkah pemerintah untuk menekan penyebaran virus corona. Status PPKM mikro diberlakukan di sejumlah daerah hingga 8 Maret 2021.

Data Satgas Penanganan Covid-19, angka positivity rate juga turun sejak 20 Februari 2021. Positivity rate merupakan persentase perhitungan dari penambahan kasus positif Covid-19 dibagi jumlah orang yang diperiksa kemudian dikali 100 persen.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan ambang batas minimal angka positivity rate kurang dari 5 persen. Di Indonesia, positivity rate dilaporkan mencapai rekor tertinggi 40,1 persen pada Kamis (18/2).

Sementara sejak 20 Februari positivity rate tercatat 25 persen; 21 Februari 24,9 persen; 23 Februari 17,58 persen; 24 Februari 14,35 persen. Kemudian pada 25 Februari naik sedikit menjadi 16,97 persen; 26 Februari 20,7 persen; dan terakhir 28 Februari naik menjadi 26,2 persen.

Ketua tim mitigasi PB Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)  dr Adib Khumaidi, SpOT mengatakan, gelombang pertama wabah virus corona di Tanah Air, belum usai meskipun kasus Covid-19 belakangan melandai.

Dikatakan, kondisi saat saat ini berada di tahap ketiga. ”Stage-3 yang masih berisiko, bed occupancy rate yang memang turun saat ini, tapi untuk gejala sedang saja. Di ruangan ICU masih banyak pasien pasien yang membutuhkan peralatan lebih banyak," kata Adib dalam konferensi pers IDI, Senin (01/03/2021).

Adib juga menyoroti angka positivity rate di Indonesia masih tinggi. Hal itu menurutnya bisa berdampak pada angka kematian akibat Covid-19. Maka dari itu, ia kembali menekankan dampak penanggulangan dari pandemi Corona tidak hanya bisa dilihat dari penurunan kasus saja. Terlebih saat ini ada mutasi Corona baru mulai merebak di sejumlah negara.

Lalu apakah vaksinasi corona bisa membantu pandemi di Indonesia lebih cepat terkendali? "Saat ini memang kita didukung oleh adanya pelaksanaan vaksin tapi apakah vaksin ini masih menjadi tolak ukur (terkendalinya) pandemi, kita bisa belum katakan seperti itu, karena belum ada data," bebernya.

Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dievaluasi pemerintah. Terutama soal testing, pelacakan, dan isolasi yang masih keteteran.

“Jadi yang dasar saja masih keteteran. Testing, pelacakan, dan isolasi. Belum lagi untuk mendukung supaya masyarakat untuk mengurangi risiko penularan. Ini yang harus diingatkan terus,” ucap Pandu.

Dikatakan,selama setahun wabah ini melanda penanganan masih belum optimal. Apalagi, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang pada saat itu menjabat, dianggapnya tak cepat menanggapi kasus covid-19.

Sementara Menkes Budi Gunadi Sadikin saat ini, lebih fokus pada vaksinasi. Menurut Pandu, sebenarnya yang utama saat ini yaitu menangani pandemi Covid-19.

“Sekarang dipilih yang menjadi menteri karena juga dia mempunyai ide vaksinasi. Tapi beliau tugasnya bukan vaksinasi saja, beliau tugasnya adalah menangani pandemi,” ucapnya. (tribun network/yud/rin/dod)

Berita Terkini