SRIPOKU.COM -- Kepolisian Negara RI (Polri) memastikan bahwa acara tabur bunya di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu lalu, tidak mengantongi izin. Termasuk deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di lokasi yang sama.
Sejak awal, kedatangan mantan Panglima Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo, disambut Kolonel Inf Ucu Yustiana dan momen ini sempat viral di media sosial maupun media mainstream.
Nama Kolonel Ucu langsung tenar karena rekaman video disebutkan ia mengadang kedatangan Gatot Nurmantyo di TMP Kalibata. Komandan Kodim 0504/Jakarta Selatan ini, bahkan disebutkan sempat bersitegang dengan mantan Panglima TNI dan sejumlah purnawirawan TNI.
Meski yang dihadapi adalah mantan komandan tertingginya, namun Ucu dengan tenang menghadapi mantan komandan TNI itu. Ucu mengatakan, ia hanya melaksanakan tugas dan tidak bermaksud melarang Gatot dan para purnawirawan untuk berziarah ke makam pahlawan.
“Kami hanya menjalankan tugas agar sesuai dengan protokol kesehatan,” jawab Kolonel Ucu.
Rombongan yang dibawa Gatot untuk berziarah dinilai terlalu banyak dan menimbulkan kerumunan. Sesuai protokol kesehatan, kerumunan dilarang. Ucu mengatakan, hanya 30 orang sekali masuk untuk berziarah.
“Saya hargai itu,” kata Gatot saat mendengar 30 orang yang bisa masuk ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Di sela-sela ziarah itu, Laksamana Madya (Purn) Suharto selaku Ketua Purnawirawan Pengawal Kedaulatan Negara (P2KN) membacakan pernyataan sikap di depan sejumlah ormas. Ucu mencoba mengambil kertas pernyataan, sehingga sempat menimbulkan kericuhan kecil.
Saksi mata di lokasi bernama Iwan, mengatakan bahwa bentrokan terjadi setelah rombongan Gatot Nurmantyo berziarah dan tabur bunga.
“Bentrok terjadi pas Pak Gatot sudah pergi naik mobil. Posisinya itu ada massa pedemo lagi. Kemudian ada teriakan aksi massa peziarah, ‘Elu ngapain ngehalang-ngehalangin kegiatan ziarah’,” kata Iwan seraya menirukan teriakan aksi massa peziarah.
Kemudian, dari arah massa terlihat ada yang melempar botol dan batu. Massa peziarah terlihat mengejar mobil angkutan umum dan memukul kaca mobil dengan bambu hingga pecah.
“Mobil hancur yang bawa massa pedemo. Bentrok sempat dilerai oleh polisi dan TNI,” tambah Iwan.
Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman dalam konferensi pers di Makodam Jaya, Jakarta, Kamis (1/10), mengatakan bahwa peristiwa kericuhan di TMP Kalibata segera diatasi.
Dikatakan, ada sekitar 150 purnawirawan yang tergabung dalam aksi tabur bunga itu. Saat itu, TNI dan Polri mengimbau para purnawirawan mematuhi protokol kesehatan dan tidak berkerumun. “Toleransi kami kepada para purnawirawan ini sudah sangat luas sekali, sehingga walaupun tidak ada izin dari Kementerian Sosial," katanya Pangdam.
"Tetapi karena para purnawirawan ini adalah sesepuh kami juga, selama ini sudah banyak berbakti untuk bangsa ini, maka kami persilakan untuk ziarah. Namun tetap menjaga protokol kesehatan dengan di atur masing-masing 30 orang,” kata Dudung.
Menurut Dudung, ada yang memanfaatkan aksi ini untuk mendeklarasikan dukungan untuk KAMI itu terjadi diluar dugaan. Polisi mencoba mengimbau bahwa aksi tersebut karena telah melanggar protokol kesehatan dengan berkerumun.
Tapi rupanya imbauan itu tak didengarkan. Massa dari purnawirawan TNI tetap melakukan deklarasi.
Dudung menyebut, acara tabur bunga digelar P2KNitu tidak mengantongi izin dari Kemensos, meski pihak P3KN sempat mengajukan izin.
“Kami mendengar informasi bahwa dari Purnawirawan Pengawal Kedaulatan Negara membuat surat untuk izin melaksanakan ziarah di TMP. Surat itu ditunjukkan ke Kemensos. Namun, tidak diizinkan dengan alasan karena Covid-19,” kata Dudung.
Bukan saja tak berizin, acara tabur bunga itu juga tidak diketahui oleh Persatuan Purnawirawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pepabri).
“Saya konfirmasi kepada Pepabri, ternyata kegiatan kemarin tidak ada konfirmasi kepada Jenderal (Purn) Agum Gumelar sebagai Ketua Pepabri, sehingga akhirnya bapak-bapak purnawirawan kemarin untuk mewaspadai dengan informasi informasi yang memanfaatkan purnawirawan untuk kepentingan pribadi,” kata Dudung.
Dudung mengatakan, ajakan kepada purnawirawan untuk mematuhi protokol kesehatan bermaksud baik. Selain karena Jakarta sedang PSBB, menurut Dudung purnawirawan yang sudah berusia lanjut rentan tertular corona.
“Sudah diimbau, diingatkan agar tidak adanya kerumunan-kerumunan lebih dari lima orang apalagi bapak-bapak dari punawirawan usia rata-rata sudah di atas 60 yang sangat rentan sekali yang menimbulkan klaster baru,” kata Dudung.
Saat ini Jakarta masih memiliki kasus corona yang tinggi. Maka menjadi kewajiban bagi para aparat untuk mengingatkan jika ada potensi penularan virus corona.
“Karena di Jakarta ini sudah sangat cukup tinggi wabah corona sehingga diimbau oleh Kapolres untuk tidak melakukan kerumunan-kerumunan. Namun imbauan itu dari Kapolres tidak diindahkan,” kata Dudung.
Dudung menegaskan, aparat di lapangan semata-mata berusaha mencegah penularan virus corona. Ia berharap agar para purnawirawan tidak termakan isu lain sehingga membuat hubungan buruk.
“Kami berharap bapak-bapak purnawirawan membantu kami. Dan kami berharap, mohon untuk tidak terkontaminasi dengan isu-isu yang berkembang saat ini yang justru nantinya akan membuat nama baik purnawirawan ini jadi tidak baik,” kata Dudung.
_________________
(tribun network/nur/fik/dod)