Curhatan Seorang Pelajar di Palembang Jika Pembelajaran Jarak Jauh Dipermanenkan, Kasihan Ortu Saya

Editor: Refly Permana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu siswa SD di Kabupaten Muratara mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya saat pengalihan aktivitas belajar di rumah akibat wabah virus corona.

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Mendikbud Nadiem Makarim memiliki wacana untuk mempermanenkan sistem pembelajaran jarak jauh di dunia pendidikan Indonesia.

Hal ini mengundang pro dan kontra lantaran jika wacana tersebut memang dijadikan peraturan, sejumlah pihak menilai infrastruktur di sejumlah kawasan negeri ini belum siap untuk melakukannya.

Maklum, sistem pembelajaran jarak jauh menomor satukan jaringan internet dan listrik, di saat di sejumlah daerah di Indonesia belum optimal jaringan listrik dan internetnya.

Kota Prabumulih Terancam Kembali ke Zona Merah Setelah Hasil Rapid Test Beberapa Pedagang Reaktif

Akbar Kurniawan yang merupakan salah satu siswa di SMAN 13 Palembang Kelas XII Jurusan IPS ini mengaku sedikit khawatir kalau belajar jarak jauh dipermanenkan.

"Takutnya nanti banyak pelajaran yang gak mengerti kalau belajar jarak jauh ini, dan bisa saja tidak kondusif juga," katanya.

"Di rumah saya, Talang Jambe juga sering gangguan sinyal. Tidak dipungkiri juga saya masih sering buka game dan belajar jarak jauh ini kadang tidak konsen.

Kalau sekarang sih, masih ke sekolah, tapi sesekali saja, hanya saat bagi raport, dan kembalikan buku pelajaran," ujarnya.

Bermodalkan Sepeda Lipat, Pria di Palembang Ini Jalani Pekerjaan Jadi Kurir, Anggota Komunitas IBMA

Kalau pun dipermanenkan, dia berkeinginan agar jangan full online, karena berat di kuota juga.

"Sekali dua kali ke sekolah tatap muka. Saya juga kasihan sama orangtua karena mesti beli kuota saya juga kalau mau pasang wifi di rumah, biayanya mahal," kata anak ketiga dari tiga bersaudara.

"Keuntungan tatap muka kan kalau gak jelas bisa langsung nanya ke guru, lewat online juga bisa tapi kadang kurang puas dan jelas kalau tidak dijelaskan secara langsung.

Kemudian bertemu teman juga, sosialisasi kalau lama di rumah juga gak enak.

Yang penting kan jaga jarak dan patuhi protokol kesehatan," tutupnya.

Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan Riza Pahlevi mengatakan hal ini (pembelajaran jarak jauh di permanenkan) harus perlu dikaji terlebih dahulu, sejauh mana manfaat dan mudharatnya.

"Kalau secara permanen langsung seperti itu, saya kira belum bisa tepat. Karena perlu persiapan, seperti guru guru butuh pelatihan lagi.

Sarana dan prasarana se Indonesia masih murat marit, jangkauan sinyal terutama di daerah itu sudah diatasi apa belum," katanya saat dihubungi Tribun melalui sambungan telepon, Jumat (3/7/2020).

Apabila sarana dan prasarana telah diperbaiki atau terpenuhi, guru guru sudah mendapat pelatihan termasuk kepala sekolah, termasuk juga orangtua siswa yang mungkin tidak ada gawai bisa disubsidi dari pemerintah.

Dodi Reza Alex Sebut Musda Partai Golkar Sumsel Harus Digelar Sebelum 31 Agustus 2020

"Nah itu bisa bisa saja, malah lebih bagus hanya kita tidak bisa melakukan PJJ (pembelajaran jarak jauh) saja tapi tetap harus ada belajar tatap muka itu karena tatap muka itu manfaatnya bisa bersentuhan langsung secara sosial antara guru, dosen kepada siswa ataupun dengan mahasiswa," jelasnya.

Jadi secanggih apapun teknologi, sepintar apapun anak namun bila tak dibarengi dengan akhlak dan budi pekerti semua tak ada guna.

"Intinya boleh boleh saja kalau sarana prasarana sudah lengkap, kemudian guru guru, termasuk SDM untuk hal ini sudah siap, perlu proses atau kajian terlebih dahulu," katanya.

"Karena menurut saya masih banyak di daerah terpencil itu kesulitan sinyal, juga tatap muka yang dilakukan oleh guru atau dosen ke anak didiknya ini minimal untuk pelajaran akhlak dan budi kerti mereka.

Melalui tatap muka juga sebagai sarana beradaptasi dengan lingkungan, kalau langsung dipermanenkan nanti takutnya banyak anak yang pintar tapi kurang ajar," jelasnya.

Kepala SMPN 12 Mgs Ahmad Fauzi mengatakan dirinya siap apabila pembelajaran jarak jauh dipermanenkan namun harus ada kajian dan pelatihan terlebih dahulu untuk para guru.

"Harus dilatih dulu guru gurunya supaya bisa mengerti IT, memgingat ini sangat penting agar tidak gagap," katanya.

Kota Prabumulih Terancam Kembali ke Zona Merah Setelah Hasil Rapid Test Beberapa Pedagang Reaktif

"Masalahnya tidak semua orangtua atau anak ini punya gawai. Kalau yang mampu ya aman aman saja, bagaimana untuk yang tidak mampu, kalaupun mampu membeli gawai bagaimana dengan kuotanya. Itu semua harus dikaji terlebih dahulu," jelasnya.

Dia pun menilai belajar tatap muka antara guru dan siswa itu sangat penting.

"Menurut saya pribadi tatap muka itu jangan dihilangkan kalau memang dipermanenkan setidaknya dikombinasikan antara tatap muka dan belajar online, misalnya Senin, Rabu dan Jumat tatap muka kemudian Selasa dan Kamis belajar jarak jauh," katanya.

"Saya menilai tatap muka ini penting untuk guru dan siswa, apabila tidak ada tatap muka lagi dan digantikan dengan teknologi bisa bisa lulusan guru akan menganggur kan, susah mencari pekerjaan dan anak tidak akan belajar sosialisasi baik kepada guru maupun teman temannya," jelasnya.

Berita Terkini