"Saat itu, saya tidak ada waktu untuk sedih, down, terpuruk. Saya blank.
Saat itu saya hanya memikirkan suami saya yang perlu biaya dan perawatan," tutur perempuan kelahiran Surabaya, 11 November 1970 itu.
3. Diusir mertua
Empat puluh hari pasca-meninggalnya sang suami, Arini diminta keluar dari rumah oleh mertunya.
Ia lalu mendapatkan perlakuan diskriminatif dari keluarga.
Arini pun bekerja keras untuk menutupi utang yang berhasil ia lunasi selama 2 tahun.
4. Mempelajari virus HIV
Arini mempelajari virus HIV/AIDS dari dunia maya dan komunitas. Ia kemudian menikah lagi dengan pria berkebangsaan Belanda yang negatif HIV dan ia terus mengonsumsi ARV agar tidak menularkan HIV kepada pasangannya.
Bahkan ia bercerita dengan mengonsumsi ARV secara rutin, ia bisa berhubungan seks dengan aman dan tidak menggunakan pengaman.
• Seorang Bocah 5 Tahun di Palembang Positif HIV, Tetap Ceria, Prihatin Kedua Orangtua Meninggal Dunia
Karena faktor usia, Arini dan suaminya sepakat untuk tidak memiliki anak dan sepat untuk mengjadi orangtua angkat untuk anak-anak terlantar.
"Sejak tiga tahun sebelum menikah (dengan warga Belanda), saya undetected viral load," tutur lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya itu.
5. Tulis buku "Hidup Sehat Bebas Gluten"
Perempuan yang hadir dalam acara Indonesian AIDS Conference (iAIDS) 2019 di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (30/11/2019) mengatakan sejak divonis HIV positif, ia merubah pola hidupnya lebih sehat dan teratur.
Ia dan anaknya tidak lagi konsumsi makanan yang mengandung gluten dan banyak konsumsi sayur serta buah.
Sebelum divonis HIV, Arini adalah seorang survivor kanker.