Psikologi sosial secara konsisten menunjukkan, ketika orang diperlihatkan gambar orang dengan kacamata, mereka menganggap orang tersebut lebih cerdas, pekerja keras, dan sukses, tetapi kurang aktif dan kurang bersosialisasi dan kurang menarik daripada orang dengan karakteristik serupa tanpa kacamata.
Karena stereotip ini kemungkinan "dipelajari", Dr. Loran mengatakn, hubungan antara kacamata dan kecerdasan mungkin merupakan produk stereotip budaya dan pesan yang ada untuk manusia sepanjang perkembangan mereka.
Mungkin tidak mengejutkan kita menerima hubungan antara kacamata dan kecerdasan, karena kita telah diajarkan bahwa hal itu benar.
Namun, jika orang tua kita tidak pernah secara eksplisit memberikan pelajaran ini, kita mungkin akan menanyakan bagaimana stereotip semacam ini terjadi.
Usia kanak-kanak sangat mudah dipengaruhi, dan mudah menyerap nilai-nilai, kepercayaan, dan stigma yang ada di dunia di sekitarnya.
Kita mendengarkan orangtua berbicara, kita terlibat dengan orang lain di ruang kelas, dan kami menguraikan bagaimana dunia bekerja dari lingkungan kita.
Ketika film dan produk budaya lainnya secara konsisten mengasosiasikan kacamata dengan kecerdasan, manusia menyimpannya di dalam otak mereka.
Kemudian, ketika tiba saatnya untuk melihat orang-orang dengan kacamata, kita mengingat apa yang telah dipelajari tentang orang-orang berkacamata dan menggunakan bias atau jalan pintas mental untuk memproses informasi dan membuat keputusan cepat tentang orang tersebut.
Dengan kata lain, masyarakat menuntut kita untuk percaya orang yang memakai kacamata itu cerdas, dan bias ini membantu kita untuk dengan cepat mengevaluasi orang baru dengan kacamata yang kita temui.
Penulis: Ariska Puspita Anggraini
Sumber: Reader's Digest
Like Facebook Sriwijaya Post Ya...
Berita Ini Sudah Diterbitkan di Situs https://lifestyle.kompas.com/ dengan Judul:
Mengapa Orang Berkacamata Kerap Dianggap Cerdas?