SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Hingga kini legenda atau cerita ajang mencari jodoh pada momen perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro Kota Palembang Sumatera Selatan masih dipercayai oleh sebagian warga keturunan Tionghoa.
Bahkan setiap tahun perayaan Cap Go Meh dipusatkan di Pulau Kemaro yang berlokasi di tengah Sungai Musi tersebut.
Warga Tionghoa dari berbagai penjuru tanah air berduyun-duyun datang kesana, khususnya kaum muda-mudi, karena berharap akan mendapat keberuntungan bertemu jodoh.
Menilik perayaan Cap Go Meh tahun lalu di Palembang ribuan pengunjung pun memeadati Pulau Kemaro.
Terutama bagi warga Tionghoa yang berduyun-duyun mendatang pulau yang berada di tengah peraiaran Sungai Musi ini.
Bahkan dari pantauan Sripoku.com beberapa waktu lalu, warga keturunan Tionghoa mendatangi Pulau Kemaro secara silih berganti untuk melakukan ritual sembayang.
Tampak aktifitas dari membakar garu, menyalahkan lilin hingga membakar kertas sembayang yang lokasinya sudah diatur pihak panitia. Ritual sembahyang dijalankan warga Tionghoa berjalan lancar, tanpa adanya kendala.
Selain didatangi warga Tionghoa yang sudah berkeluarga dan kerabat, tampak juga pasangan muda mudi Tionghoa tak luput untuk merayakan malam Cap Go Meh. Bahkan malam Cap Go Meh, identik dengan muda mudi Tionghoa untuk mencari jodoh.
Sehingga momen malam Cap Go Meh, dijadikan momen janjian atau pertemuan bagi muda mudi Tionghoa.
"Malam Cap Go Meh ini, saya janjian dengan teman wanita dari Prabumulih. Memang selama ini hanya komunikasi lewat telepon dan medos (media sosial), tapi pada malam Cap O Meh ini janjian untuk ketemu," ujar Rian, salah seorang pemuda Tionghoa Palembang yang sudah janjian ketemu pemudi Tionghoa dari Prabumulih.
Dari sejarahnya, malam perayaan Cap Go Meh memang sebagai momen untuk saling bertemu antar sesama warga Tionghoa.
"Perayaan Cap Go Meh bisa juga jadi makna ajang cari jodoh bagi muda-muda. Karena tradisi orang-orang Tionghoa zaman dulunya, malam Cap Go Meh jadi malam pertemuan bagi muda-muda. Pastinya para kalangan orangtua, mengizinkan anak-anak mereka yang remaja untuk saling kenal. Kalau mereka cocok, mungkin bisa pacaran," ujar Tjik Harun, tokoh Tionghoa beberapa waktu lalu.
Baca:
Dituduh Selingkuh, Wanita di Palembang Babak Belur Dipukuli Suaminya. Sejak Menikah Sudah Kasar
Sekian Lama Menjomblo, Adik Ayu Ting Ting Akhirnya Pamer Pacar Baru, Ini Foto-fotonya!
Mitos Pohon Cinta?
Berdasar cerita masa lalu itulah, munculnya mitos yang mengatakan jika sepasang kekasih berkunjung ke sana, mereka bisa putus.
Tapi, banyak juga yang memercayai bahwa tempat tersebut bisa mempermudah siapa aja untuk bertemu jodoh, terutama ketika Cap Go Meh.
Soalnya, di sana terdapat sebuah pohon yang dinamakan Pohon Cinta. Konon, pohon tersebut dilambangkan sebagai cinta sejati antara dua bangsa dan dua budaya yang berbeda (kisah cinta Tan Bun Ann dan Siti Fatimah).
Konon, jika ada pasangan yang mengukir nama mereka di pohon tersebut, hubungan mereka akan berlanjut ke jenjang pernikahan.
Makanya, banyak juga yang menyebut pulau ini sebagai pulau jodoh. Banyak juga para jomblo yang datang ke pulau ini ketika Cap Go Meh untuk mengukir nama seseorang yang mereka suka dan berharap orang itu bisa jadi jodoh mereka suatu saat nanti.
Mereka juga berharap bisa bertemu gebetan di Pulau Kemaro saat Cap Go Meh.
Baca:
Rayakan Ulang Tahun ke 4, Hotel Red Planet Palembang Hadirkan Promo Kamar Diskon 40 Persen
Subhanallah, Al Quran Terjemahan Berbahasa Palembang Akan Diterbitkan. Baru 12 Juzz Diterjemahkan
Seperti Sripoku.com lansir dari salah satu media online nasional bahwa ritual mencari jodoh seperti ini rupanya sudah terjadi kurang lebih 300 tahun yang lalu.
Biasanya, sebelum Cap Go Meh berlangsung, gadis-gadis yang masih jomblo itu tak boleh keluar rumah. Mereka hanya boleh keluar rumah saat Cap Go Meh untuk berkunjung ke Pulau Kemaro atau bertemu dengan pria.
Meskipun terdengar hanya seperti mitos belaka, tapi setiap tahunnya kurang lebih ada 70 ribu pengunjung yang datang ke sana, terutama warga Tionghoa untuk merayakan Cap Go Meh, sekaligus mencari jodoh bagi yang masih jomblo.
Lalu, apakah kamu sendiri percaya dengan cerita legenda dan ritual mencari jodoh tersebut?
Jika kamu percaya, boleh-boleh aja, sih. Dan mungkin aja kamu tertarik untuk berkunjung ke Pulau Kemaro untuk mengukir nama seseorang di Pohon Cintanya.
(sripoku.com/pairat)