Ibu Ini Menangis Numpang Makan di 3 Anaknya. Saat Anak Ke 3 Beri Air, Ia Langsung Wariskan Benda Ini

Penulis: Candra Okta Della
Editor: Candra Okta Della
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

“Bu, malam ini ibu tidak usah pulang, ayo bu kita makan, ” kata putri bungsunya.

Dia tercengang melihat masakan yang disuguhkan putri bungsunya ini. Dia tahu persis kondisi putrinya yang susah tidak mampu membeli daging-dagingan. Paling pada saat tahun baru atau hari raya tertentu saja baru bisa makan daging.

“Uang dari mana Vera bisa membeli daging ?” Katanya dalam hati.

Saat makan, tanpa sengaja dia melihat rambut anak perempuannya, jepitan rambut yang biasanya terselip di rambut anaknya ternyata sudah tidak kelihatan lagi.

Dia tersenyum dan tiba-tiba merasakan kehangatan, tampak air matanya berlinang.

era memandang ibunya sekilas dan berpikir ibunya sedang mencemaskannya, lalu berkata, “Bu, suamiku baik kepadaku. Meski hidupku agak susah, tapi ibu tidak usah khawatir. Menantu ibu juga bilang, jika ekonomi sudah agak lumayan, tahun depan kami akan menjemput ibu tinggal bersama kami.”

Dia tersenyum sambil meneteskan air mata, lalu mengeluarkan jepitan rambut emas tersebut, lalu diselipkan ke rambut Vera, putri bungsunya.

Ilustrasi ()

”Nak, ini adalah barang terakhir yang bisa ibu berikan untukmu. Ibu tidak pernah rela menjualnya walaupun pada kondisi sulit dalam hidup ibu dulu. Barang inilah sesuatu yang mengingatkan ibu untuk terus melihat ke depan, dan masa-masa sulit akan terlewati selama ada usaha,” katanya

Vera mengangguk, ia teringat masa-masa sulit ketika bersama dengan kedua kakak dan ibunya dulu, dan tanpa terasa air matanya pun mengalir mengenang semua itu.

Dan beberapa pekan kemudian, si “Janda” itu pun meninggal dengan tenang, meninggalkan kehidupannya yang getir.

Belakangan, sepeninggal ibunya, Rosa dan Sely bertengkar hebat tentang siapa yang berhak mewarisi rumah ibunya.

Sedangkan Vera tidak ikut campur. Ia mengisi hari-harinya dengan bahagia dan damai. Hingga Vera memiliki anak, membesarkan dan menikahkan anaknya.

Bertahun-tahun kemudian, rambut Vera pelan-pelan berubah menjadi putih, namun, jepit rabut emas pemberian ibunya itu tetap terselip di rambutnya, sampai diwariskan lagi ke anaknya secara turun temurun, karena Vera tahu dengan adanya jepit rambut ini, kehidupan tidak akan sulit lagi.

Sebagai anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada orangtua. Namun sangat disayangkan, banyak orang yang sudah berkeluarga malah meninggalkan kewajiban ini.

Orangtualah yang membesarkan kita dari bayi hingga dewasa. Dari yang belum bisa jalan sampai lulus sekolah. Segala yang kamu nikmati sekarang adalah berkat dari jerih payah orangtuamu.

Tanpa mereka kamu tidak akan pernah ada di dunia ini, dan tidak peduli bagaimanapun perjalanan hidupmu kelak, baik susah atau senang, tetap hargailah mereka, sayangi mereka dengan sepenuh hati hingga akhir hayat. (*)

Berita Terkini