JERIT Takbir di Ujung Hayat, Terungkap Motif Pembunuhan Santri di Tangan Juniornya

“Motif sementara yang berhasil kami himpun dari hasil pemeriksaan, pelaku merasa sakit hati karena sering dibully,”

Editor: Yandi Triansyah
Banjarmasinpost.co.id/Stanislaus sene
PEMBUNUHAN-Kondisi musala asca pembunuhan santri Ponpes di Desa Matang Ginalon, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kamis, (21/08/2025). Pasca insiden tersebut, suasana di Ponpes menjadi sepi. 

SRIPOKU.COM -  Suasana hening Pondok Pesantren Al-Hikmah di Desa Matang Ginalon, Kalimantan Selatan, pecah oleh sebuah tragedi.

Di dalam musala yang seharusnya menjadi tempat kedamaian, Muhammad Firdaus (21) mengembuskan napas terakhirnya.

Ia tergeletak tak bernyawa dengan Al-Qur'an masih erat dalam dekapannya, setelah sebilah parang mengoyak leher dan rahangnya.

Peristiwa pilu yang terjadi pada Rabu (20/08/2025) dini hari itu bukan hanya merenggut nyawa seorang santri senior, tetapi juga mengoyak ketenangan sebuah institusi pendidikan agama.

Pelakunya pun bukan orang asing, melainkan juniornya sendiri, seorang santri berusia 15 tahun berinisial MN, yang ironisnya tidur dalam satu kamar dengannya.

Di balik serangan brutal itu, terungkap sebuah dugaan motif yang menyayat hati sakit hati akibat perundungan.

“Motif sementara yang berhasil kami himpun dari hasil pemeriksaan, pelaku merasa sakit hati karena sering dibully,” ujar Kasi Humas Polres HST Ipda Rusman Taupik.

Sebuah kalimat singkat yang membuka tabir kelam di antara para penimba ilmu agama.

Kini, Ponpes Al-Hikmah diselimuti duka. Aktivitas belajar mengajar dihentikan sementara.

Lorong-lorong yang biasa ramai dengan lantunan ayat suci kini terasa senyap. Sebagian santri memilih pulang, sementara yang lain ikut melayat ke rumah duka di Desa Paya.

Namun, satu tempat menjadi saksi bisu dari tragedi ini Kamar Nomor 4. Pintu kamar itu masih terbuka, seolah membiarkan kenangan mengerikan itu menguap.

Di sanalah, di sudut kamar itu, Firdaus sedang terlelap sebelum serangan mendadak dari MN mengubah segalanya.

Menurut kesaksian seorang santri yang juga teman sekamar mereka, suasana sebelum kejadian terasa normal.

"Posisi korban tidur di paling pojok kamar. Tiba-tiba terjadi keributan," ujarnya lirih.

Dalam sepersekian detik, MN yang juga teman sekamarnya, menyerang dengan parang. Dalam keadaan terluka parah, Firdaus sempat meneriakkan takbir, "Allahu Akbar!" Jeritan itu membangunkan santri lain dari lelapnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved