Bukan Karena Masa Lalu Ibu, Terkuak Alasan Stephanie Poetri Putri Titi DJ Memilih Hidup tanpa Anak

Stephanie Poetri memilih untuk hidup childfree atau hidup tidak memiliki anak. Alasannya bukan karena kisah cinta sang bunda.

Editor: Refly Permana
Instagram Stephanie Poetri
SOSOK ASHER NOVKOV - Tangkapan layar Instagram Stephanie Poetri. Sosok Asher Novkov-Bloom, menantu Titi DJ, jadi asisten Stephanie Poetri sejak 2022 

SRIPOKU.COM - Stephanie Poetri memilih untuk hidup childfree atau hidup tidak memiliki anak.

Alasannya bukan karena kisah cinta sang bunda, tetapi mengkhawatirkan populasi penduduk dunia yang semakin banyak.

Stephanie Poetri telah mengumumkan pernikahannya dengan Asher Novkov pada akhir Juni kemarin. 

"Kayaknya mereka belum membicarakan itu (momongan) mungkin malah childfree, kayaknya. Ya, yang penting mereka happy," ujar ibu Stephanie, Titi DJ, Rabu (25/6/2025).

Alasan Stephanie Poetri childfree berdasarkan pandangannya terhadap kondisi dunia saat ini.

Stephanie dan Asher berpendapat dunia sudah dipadati oleh manusia. 

"Alasannya sudah banyak manusia di bumi ini katanya. Jadi iya, nggak mau punya anak," ucap Titi.

Titi menuturkan dirinya tidak mau terlalu mencampuri urusan rumah tangga putrinya. 

Ia berpendapat kebahagiaan Stephanie bersama Asher adalah yang utama, terlepas dari keputusan mereka ingin memiliki anak atau tidak.

Baca juga: Sosok Asher Novkov-Bloom, Menantu Titi DJ, Jadi Asisten Stephanie Poetri Sejak 2022 Kini Resmi Nikah

"Kalau mereka enggak mau punya anak ya berarti pilihannya mereka, saya juga enggak bisa memaksakan kan?" ungkap Titi dengan tegas.

Childfree bukanlah suatu fenomena atau tren.

Seorang Psikolog Keluarga, Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi., Psikolog, menjelaskan bahwa keputusan untuk childfree terdapat alasan psikologis yang mendalam. 

“Ketika seseorang memutuskan untuk childfree, itu biasanya tidak terjadi begitu saja. Ada faktor kondisi emosional, pengalaman masa lalu, atau luka batin yang belum pulih sepenuhnya,” kata Sukmadiarti dalam wawancara bersama Kompas.com, Rabu (2/7/2025). 

Bagi sebagian individu, pengalaman masa kecil atau dinamika keluarga yang kurang ideal bisa memengaruhi pandangannya terhadap pernikahan dan pengasuhan anak. 

“Ada kemungkinan seseorang pernah mengalami trauma, seperti merasa diabaikan saat kecil, atau tumbuh di keluarga dengan konflik tinggi. Hal-hal seperti ini bisa menimbulkan ketakutan bahwa jika ia punya anak, anaknya akan merasakan hal yang sama,” jelasnya. 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved