Permasalahan Apa yang Anda Hadapi, Membuat Studi Kasus Maks 500 Kata PPG Persiapan UKPPG Tahun 2025

SRIPOKU.COM - Berikut ini contoh Penulisan Membuat Studi Kasus Maksimal 500 Kata PPG Persiapan UKPPG Tahun 2025.

Contoh penulisan studi kasus ini bisa menjadi referensi bagi Bapak/Ibu yang sedang mengikuti PPG.

Anda sebagai seorang guru pasti pernah mengalami permasalahan dalam pembelajaran.

• Apa Masalah yang Dihadapi saat PPG dan Вagaimana Upaya Saya untuk Menyelesaikannya? PPG 2025

Tuliskan pengalaman riil (nyata) Anda maksimal 500 kata, terkait:

1. Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?

Judul: Permasalahan siswa kelas 1 SD yang kesulitan dalam berhitung

Permasalahan yang Pernah Saya Hadapi:

Sebagai guru kelas 1 SD, saya pernah menghadapi permasalahan yang cukup menantang namun sekaligus memberikan pelajaran berharga.

Saat itu, salah satu siswa saya, sebut saja Raka, menunjukkan kesulitan yang cukup serius dalam memahami konsep berhitung dasar, terutama dalam operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan 1 sampai 20.

Ketika sebagian besar teman-temannya sudah mampu menyelesaikan soal-soal sederhana dengan lancar, Raka tampak kebingungan.

Ia sering kali memberikan jawaban yang salah, bahkan untuk soal yang sangat mendasar, seperti "5 + 3" atau "10 - 2".

Awalnya, saya pikir mungkin ia hanya kurang fokus atau belum terbiasa dengan soal-soal tersebut.

Namun setelah saya perhatikan lebih dalam, ternyata Raka memang mengalami hambatan kognitif dalam memahami konsep angka dan operasi hitung.

Dampaknya tidak hanya terlihat pada hasil akademiknya, tetapi juga pada aspek emosional dan sosialnya.

Raka mulai terlihat tidak percaya diri setiap kali pelajaran Matematika berlangsung.

Saat saya menunjuknya untuk menjawab pertanyaan, ia sering menunduk, menghindari kontak mata, dan kadang-kadang berkata lirih, "Saya tidak tahu, Bu."

Ia juga menjadi enggan untuk ikut serta dalam kegiatan berhitung bersama di kelas, seperti permainan matematika atau kuis kelompok.

Bahkan ketika saya mencoba mendekatinya dengan lebih santai, ia tetap cenderung menarik diri.

Saya bisa merasakan bahwa perasaan gagal yang berulang-ulang membuatnya merasa tidak mampu dan semakin terisolasi dari teman-temannya.

Di sisi lain, saya pun merasa terpanggil untuk membantu Raka melewati kesulitannya, karena saya percaya bahwa setiap anak memiliki potensi, hanya saja mereka membutuhkan pendekatan yang sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah melakukan observasi lebih lanjut dan mencatat pola kesalahan yang sering dilakukan Raka.

Saya kemudian mencoba memberikan pendekatan individual, dengan mengajaknya belajar secara personal sepulang sekolah, menggunakan alat bantu seperti gambar, benda konkret, dan permainan sederhana yang melibatkan hitungan.

Saya juga mencoba memperkuat rasa percaya dirinya dengan memberikan pujian atas setiap kemajuan kecil yang ia tunjukkan.

Tidak mudah, memang. Butuh waktu, kesabaran, dan konsistensi. Namun perlahan, saya mulai melihat perubahan.

Raka mulai berani mengangkat tangan meskipun masih ragu-ragu. Ia tersenyum ketika berhasil menjawab soal dengan benar.

Saya merasa sangat terharu ketika suatu hari ia berkata, "Bu, tadi aku bisa hitung sendiri, lho!"

Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa di balik setiap kesulitan belajar yang dialami anak, selalu ada peluang untuk tumbuh bukan hanya bagi murid, tapi juga bagi guru.

Yang dibutuhkan hanyalah perhatian, kesabaran, dan pendekatan yang manusiawi.

Baca berita menarik Sripoku.com lainnya di Google News