Kunci Jawaban

Jurnal Modul 2 PSE Topik Penerapan School Well-being dalam Pembelajaran Kelas 4 SD PPG Tahun 2025

Materi seperti "Hak dan Kewajiban Warga Negara pada siswa kelas IV SD berisiko menjadi materi yang abstrak dan kurang relevan dengan kehidupan sehari

Freepik
JURNAL MODUL 2 - Ilustrasi belajar. Jurnal Pembelajaran Modul 2 PSE Topik Penerapan School Well-being dalam Pembelajaran PPG Tahun 2025 

SRIPOKU.COM - Berikut ini contoh pembuatan jurnal pembelajaranku Modul 2 PPG 2025, Pembelajaran Sosial Emosional (PSE).

Jurnal pembelajaran modul 2 ini diperuntukkan untuk Ibu/Bapak yang tengah mengikuti PPG Guru Tertentu.

Contoh pembuatan jurnal pembelajaranku ini dengan tema Penerapan School Well-being dalam Pembelajaran dapat menjadi referensi bagi Ibu/Bapak Guru yang tengah mengikuti program PPG.

Baca juga: Diantara Prinsip Pembelajaran Mendalam Berkesadaran, Bermakna dan Mengembirakan, Refleksi Modul 3

JURNAL PEMBELAJARAN MODUL 2

AKSI NYATA

"PENERAPAN SCHOOL WELL BEING DALAM PEMBELAJARAN PKn MATERI HAK DAN KEWAJIBAN KELAS IV SD

JURNAL PEMBELAJARAN AKSI NYATA

PPG GURU TERTENTU TAHUN 2025

Nama Guru: (Nama Anda)

Mata Pelajaran: Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Materi: Hak dan Kewajiban Warga Negara

Kelas/Sekolah: IV/SD (Nama Sekolah Anda)

Strategi: Penerapan School Well Being Strategi

A. Latar Belakang

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang bersifat teoretis dan hafalan.

Materi seperti "Hak dan Kewajiban Warga Negara pada siswa kelas IV SD berisiko menjadi materi yang abstrak dan kurang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka jika disampaikan secara konvensional.

Siswa mungkin dapat menghafal definisi hak dan kewajiban, namun belum tentu mampu menginternalisasi maknanya dan menerapkannya dalam interaksi sosial di lingkungan sekolah

Di sisi lain, kondisi psikologis dan sosial siswa di lingkungan sekolah menjadi fondasi utama keberhasilan belajar.

Fenomena seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan berinteraksi, hingga potensi perundungan (bullying) dapat menghambat proses pembelajaran.

Siswa yang tidak merasa aman, nyaman, dan dihargai akan sulit untuk berpartisipasi aktif dan menyerap materi pelajaran secara optimal.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan yang tidak hanya fokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada penciptaan lingkungan belajar yang positif dan mendukung kesejahteraan siswa secara holistik Strategi School Well Being (Kesejahteraan Sekolah) diyakini mampu menjawab tantangan ini.

Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip School Well Being ke dalam pembelajaran PKn materi Hak dan Kewajiban, diharapkan siswa tidak hanya memahami konsep, tetapi juga merasakan, mengalami, dan mempraktikkan hak serta kewajibannya dalam sebuah ekosistem kelas yang aman, peduli, dan saling menghargai.

Aksi nyata ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pembelajaran PKn dapat menjadi lebih bermakna dan berdampak langsung pada karakter siswa melalui penerapan strategi School Well Being.

B. Konsep Pembelajaran School Well Being

1. Pengertian

School Well Being atau Kesejahteraan Sekolah adalah suatu keadaan holistik yang mencakup kesehatan fisik, mental, sosial, dan psikologis siswa di lingkungan sekolah.

Ini bukan sekadar perasaan senang sesaat, melainkan kondisi di mana siswa merasa aman, terhubung dengan orang lain (teman dan guru), merasa mampu (kompeten), dan memiliki tujuan dalam proses belajarnya.

Lingkungan sekolah yang sejahtera memungkinkan setiap individu untuk berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya.

2. Tujuan

Tujuan penerapan School Well Being dalam pembelajaran adalah:

  1. Menciptakan lingkungan belajar yang positif, aman, inklusif, dan mendukung.
  2. Meningkatkan keterlibatan (engagement) dan motivasi belajar siswa.
  3. Mengembangkan keterampilan sosial-emosional siswa seperti empati, resiliensi, dan kerja sama.
  4. Mencegah masalah-masalah sosial di sekolah seperti perundungan, kecemasan, dan isolasi sosial.
  5. Menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman nyata siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

3. Dimensi School Well Being

Menurut Konu & Rimpelä (2002), School Well Being memiliki empat dimensi utama. yang dapat diadaptasi sebagai berikut:

  1. Having (Kondisi Sekolah): Berkaitan dengan kondisi fisik dan sumber daya belajar. Meliputi lingkungan kelas yang bersih, aman, nyaman, serta ketersediaan sarana belajar yang memadai.
  2. Loving (Hubungan Sosial): Berfokus pada kualitas hubungan interpersonal di sekolah, ini mencakup hubungan yang positif antara siswa dengan siswa, serta antara siswa dengan guru. Adanya rasa saling percaya, peduli, dan dihargai.
  3. Being (Pemenuhan piri): Berkaitan dengan kesempatan bagi siswa untuk menjadi diri mereka sendiri, dihargai keunikannya, dan didengar suaranya (student voice). Siswa merasa memiliki peran dan kontribusi di dalam kelas.
  4. Health (Kesehatan): Mencakup kondisi kesehatan fisik dan psikologis siswa. Sekolah berupaya untuk tidak memberikan tekanan berlebih (stress) dan mempromosikan gaya hidup sehat.

4. Tantangan

  1. Keterbatasan Waktu: Mengintegrasikan kegiatan yang berfokus pada well-being seringkali dianggap memakan waktu jam pelajaran.
  2. Pengukuran yang Subjektif: Mengukur tingkat kesejahteraan siswa tidak semudah mengukur pemahaman kognitif.
  3. Kebutuhan Guru: Guru memerlukan pemahaman dan pelatihan yang cukup untuk dapat menerapkan strategi School Well Being secara efektif.
  4. Keragaman Siswa: Setiap siswa memiliki latar belakang dan kebutuhan emosional yang berbeda, sehingga memerlukan pendekatan yang lebih personal.

Baca berita menarik Sripoku.com lainnya di Google News

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved