Contoh Studi Kasus Tugas PPG Kemenag, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran melalui Perbaikan LKPD

Berikut ini disajikan contoh isian Studi Kasus Tugas PPG Kemenag Meningkatkan Kualitas Pembelajaran melalui Perbaikan LKPD yang dapat dipelajari.

Penulis: Siti Umnah | Editor: Siti Umnah
Freepik.com
ILUSTRASI STUDI KASUS : Berikut ini disajikan contoh isian Studi Kasus Tugas PPG Kemenag Meningkatkan Kualitas Pembelajaran melalui Perbaikan LKPD yang dapat dipelajari.(Freepik.com) 

SRIPOKU.COM - Berikut ini disajikan contoh isian Studi Kasus Tugas PPG Kemenag Meningkatkan Kualitas Pembelajaran melalui Perbaikan LKPD Tahun 2025.

Studi Kasus Tugas PPG adalah sebuah narasi yang menggambarkan pengalaman nyata seorang guru dalam menghadapi suatu permasalahan atau tantangan dalam proses pembelajaran.

Tujuan tes Studi Kasus Tugas PPG Kemenag adalah untuk mengukur kemampuan mahasiswa PPG Guru Tertentu 2025 dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran.

Meski berifat narasi pengalaman nyata, waktu yang diberikan untuk mengerjakan tes ini cukup singkat yakni hanya 30 menit.

Baca juga: Isian Studi Kasus Uji Kompetensi Peserta PPG, Mengatasi Masalah Konsentrasi pada Siswa dengan ADHD

Baca juga: Isian Studi Kasus Uji Kompetensi Peserta PPG Guru Tertentu, Kesulitan Beradaptasi pada Anak Baru

Studi Kasus: Meningkatkan Kualitas Pembelajaran melalui Perbaikan LKPD

1. Masalah yang Pernah Dialami

Di sekolah kami LKPD telah lama digunakan sebagai alat bantu pembelajaran di hampir semua mata pelajaran. Namun, dalam pelaksanaannya, muncul berbagai permasalahan yang menyebabkan LKPD tidak berfungsi optimal sebagai sarana pembelajaran aktif.

Masalah utama yang dihadapi adalah isi LKPD yang kurang menarik dan bersifat monoton. Sebagian besar LKPD hanya berisi rangkuman materi dan soal-soal latihan tanpa adanya aktivitas eksploratif atau konteks nyata. LKPD lebih banyak berfungsi sebagai tugas mengerjakan soal, bukan sebagai alat untuk membimbing siswa berpikir kritis atau bekerja sama.

Selain itu, guru-guru sering menggunakan format LKPD yang sama dari tahun ke tahun, tanpa melakukan pembaruan. Hal ini membuat siswa cepat bosan, bahkan mengerjakan LKPD hanya sebagai formalitas. Beberapa siswa hanya menyalin jawaban dari temannya tanpa benar-benar memahami isi materi. Akibatnya, nilai tes formatif banyak yang rendah dan partisipasi siswa dalam diskusi kelas pun menurun.

2. Mencari Solusi

Melihat hal tersebut, kepala sekolah bersama tim pengembang kurikulum memutuskan untuk melakukan evaluasi terhadap penggunaan LKPD. Guru-guru diminta mengumpulkan LKPD yang mereka gunakan, kemudian dilakukan analisis konten dan diskusi bersama.

Dari diskusi tersebut, disepakati perlunya pelatihan penyusunan LKPD yang lebih kreatif, kontekstual, dan menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sekolah mengadakan workshop internal yang membahas bagaimana menyusun LKPD berbasis aktivitas, bukan sekadar soal. Guru dilatih untuk memasukkan elemen pemecahan masalah, pengamatan, eksperimen, dan studi kasus sederhana ke dalam LKPD.

Selain itu, LKPD mulai didesain secara lebih visual menggunakan aplikasi seperti Canva, sehingga tampilannya lebih menarik. Guru-guru juga didorong untuk menyesuaikan tingkat kesulitan LKPD dengan kemampuan siswa melalui pendekatan diferensiasi.

3. Keberhasilan Solusi

Setelah diterapkan selama satu semester, hasilnya cukup menggembirakan. Siswa menunjukkan ketertarikan yang lebih besar terhadap LKPD karena bentuknya tidak lagi kaku dan membosankan. LKPD yang berisi aktivitas dan pertanyaan terbuka membuat mereka terdorong untuk berpikir dan berdiskusi.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved