Mantan Letnan Jenderal Ini Sebut Panglima TNI Plinplan Soal Pembatalan ​​​​​​​Letjen TNI Kunto

Mantan Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo sebut pembatalan mutasi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo mengindikasikan sifat plinplan Panglima TNI

Editor: adi kurniawan
Istimewa
BATAL DIMUTASI - Markas Besar TNI memberikan penjelasan terkait penangguhan mutasi terhadap Letjen TNI Kunto Arief Wibowo. Mantan Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo sebut pembatalan mutasi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo mengindikasikan sifat plinplan Panglima TNI 

SRIPOKU.COM - Mantan Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, sebut pembatalan mutasi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo mengindikasikan sifat plinplan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto

Agus Widjojo yang juga Duta besar Indonesia untuk Filipina mengatakan, pembatalan mutasi yang cepat tersebut mengindikasikan sifat plinplan.

Sebelumnya diketahui anak Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno, Letjen TNI Kunto Arief Wibowo dimutasi menjadi dari jabatan Panglima Kogabwilhan I menjadi Staf Khusus Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).

Mutasi tersebut kemudian dikait-kaitkan dengan peran Try Sutrisno yang mendukung petisi pencopotan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka. 

Namun belakangan Panglima TNI Agus Subiyanto membatalkan mutasi anak Try Sutrisno tersebut. 

Perubahan kebijakan yang mendadak tersebut kemudian dikritik purnawirawan Letjen Agus Widjojo.

Agus Widjojo menyayangkan bila suatu keputusan yang diambil oleh pimpinan tertinggi harus diubah dalam waktu yang singkat.

"Ini adalah proses pengambilan keputusan internal TNI. Alangkah sayangnya bahwa sebuah keputusan itu harus diubah dalam waktu singkat," kata Agus Widjojo dalam tayangan Kompas Tv yang dimuat Tribunnews.com Minggu (4/5/2025).

"TNI atau militer semua perangkatnya itu ditata, disiapkan untuk menghadapi pembuatan keputusan-keputusan perang. Dan keputusan perang itu lebih parah dari yang sekarang," lanjutnya.

Menurut Agus, perubahan-perubahan yang cepat tersebut dapat berimplikasi lebih parah, salah satunya bisa mengakibatkan kekalahan dalam perang.

Agus menekankan bahwa seorang Panglima TNI tidak boleh plinplan dalam mengambil keputusan.

Terlebih Panglima TNI memiliki peran besar dalam keputusan perang.

Agus pun berharap kebijakan yang berubah-ubah ini bisa menjadi introspeksi untuk Panglima TNI agar kedepannya bisa menganalisis terlebih dahulu kebijakan yang hendak diambil.

"Oleh karena itu, bahwa proses pembuatan keputusan TNI tidak bisa mempertimbangkan perubahan-perubahan ini dan harus meralat dalam waktu singkat ini juga sebetulnya intropeksi atau masukan bagi TNI agar lebih tajam untuk membuat analisis dan tidak untuk membuat keputusan-keputusan yang bisa dipersepsikan sebagai sebuah kesalahan dan sebuah ralat," jelasnya.

Mantan Komandan Sesko ABRI tersebut menegaskan, saat ini wibawa Panglima TNI sedang dipertaruhkan karena membuat 2 keputusan dalam waktu yang berdekatan.

"Dalam hal ini juga maka wibawa Panglima TNI dipertaruhkan. Kapuspen harus ingat ini, kenapa Panglima TNI harus membuat 2 buah keputusan dalam waktu berdekatan yang mengubah keputusan pertama," ujarnya.

"Ini akan mempertaruhkan wibawa Panglima TNI," tandasnya.

Sebelumnya publik dihebohkan dengan mutasi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo dari jabatan Panglima Kogabwilhan I menjadi Staf Khusus Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).

Pasalnya mutasi Kunto Arief Wibowo terjadi usai desakan pencopotan Gibran Rakabuming Raka dari posisi Wakil Presiden RI. 

Desakan tersebut digaungkan ratusan Purnawirawan TNI yang salah satunya adalah Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno

Try Sutrisno adalah ayah dari Kunto Arief Wibowo yang kini jabatannya kena geser oleh Panglima TNI.

Mutasi jabatan Kunto Arief Wibowo pun dikait-kaitkan dengan sikap Try Sutrisno yang ingin anak Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) itu dipecat dari kursi Wapres. 

Meskipun pihak Pusat Penerangan (Puspen) TNI sudah menampik keterkaitan mutasi jabatan Kunto Arief dengan dengan sikap Try Sutrisno.

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved