Kunci Jawaban

Rangkuman SKI Kelas 9 SMP Bab 4 Nilai-nilai Islam dan Kearifan Lokal dari Berbagai Suku di Indonesia

Kearifan lokal ini diawali dengan ziarah ke berbagai makam pemuka agama dan tokohtokoh penting Riau. Ziarah dilakukan setelah shalat Zhuhur,

Freepik
MATERI SKI KELAS 9 - Ilustrasi via Freepik. Rangkuman SKI Kelas 9 SMP Bab 4 Nilai-nilai Islam dan Kearifan Lokal dari Berbagai Suku di Indonesia 

Upacara ini diselenggarakan pada saat seorang ibu hamil dan usia kandungannya mencapai 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan serta ibu yang melahirkan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb yang artinya tutup.

2) Reuneuh Mundingeun

Upacara ini dilaksanakan apabila perempuan mengandung lebih dari 9 bulan atau bahkan ada yang sampai 12 bulan, tetapi belum melahirkan juga. Upacara ini diselenggarakan agar perempuan yang hamil tua itu segera melahirkan (jangan sampai seperti kerbau) serta agar terhindar dari sesuatu yang membahayakan.

3) Tembuni

Tembuni atau placenta dipandang sebagai saudara bayi sehingga tidak boleh dibuang sembarangan, yakni harus diadakan upacara waktu menguburnya atau menghanyutkannya ke sungai.

Upacara penguburan tembuni disertai pembacaan doa selamat dan menyampaikan hadiah atau tawasul kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan ahli kubur.

4) Gusaran

Budaya gusaran adalah meratakan gigi anak perempuan dengan alat khusus. Maksud upacara ini adalah agar gigi anak perempuan rata sehingga tampak bertambah cantik. Upacara gusaran dilaksanakan apabila anak perempuan sudah berusia tujuh tahun.

5) Sunatan/Khitanan

Kegiatan ini dilakukan dengan maksud agar alat vital anak bersih dari najis. Anak yang telah menjalani upacara sunatan dianggap telah melaksanakan salah satu syarat utama sebagai seorang muslim.

Upacara sunatan anak perempuan diselenggarakan pada waktu masih kecil (bayi) supaya tidak malu.

6) Cucurak

Biasanya dilakukan oleh kaum ibu yang memasak makanan yang berbeda-beda. Setelah itu, makanan dikumpulkan di masjid terdekat untuk dibagikan dan dimakan bersama.

Orang-orang yang makan bersama dengan niat menyambut datangnya bulan Ramadhan juga sudah dapat dikatakan sebagai cucurak

Cucurak dilakukan untuk menjalin silaturahmi dan saling memaafkan antarmasyarakat. Selain itu, cucurak juga merupakan bentuk rasa syukur terhadap rezeki yang telah diberikan Tuhan.

d. Kearifan Lokal di Melayu

1) Petang Megang

Budaya masyarakat Melayu ini dilaksanakan di Sungai Siak.

Kearifan lokal ini diawali dengan ziarah ke berbagai makam pemuka agama dan tokohtokoh penting Riau. Ziarah dilakukan setelah shalat Zhuhur,

2) Balimau Kasai

Upacara tradisional ini khusus diadakan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Acara ini biasanya dilaksanakan satu hari menjelang masuknya bulan puasa.

Selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan Ramadhan, upacara ini juga merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri.

3) Tahlil Jamak atau Kenduri Ruwah

Tahlil jamak itu berupa dzikir serta berdoa untuk para arwah orang tua atau sesama muslim. Selain doa, dilaksanakan juga kenduri dengan sajian menu yang bersumber dari sumbangan sukarela warga.

4) Barzanji

Barzanji menghubungkan praktik budaya Islam masa kini dengan di masa lalu. Selain itu, melalui Barzanji, masyarakat Melayu Islam dapat mengambil pelajaran dari kehidupan Nabi Muhammad Saw.

e. Kearifan Lokal di Bugis

1) Upacara Ammateang

Budaya ini dalam adat Bugis merupakan upacara yang dilaksanakan masyarakat Bugis saat seseorang di dalam suatu kampung meninggal dunia.

Pelayat yang hadir biasanya membawa sidekka (sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan) berupa barang seperti sarung atau kebutuhan untuk mengurus mayat. Atau membawa passolo (amplop berisi uang sebagai tanda turut berduka cita).

Mayat belum mulai diurus seperti dimandikan dan seterusnya sebelum semua anggota keluarga terdekatnya hadir.

2) Mabbarasanji/Barzanji/Barazanji

Budaya ini biasa dikenal dalam masyarakat Bugis sebagai nilai lain yang mengandung estetika tinggi dan kesakralan.
Mabbarasanji mempunyai macam macam pembagian.

f. Kearifan Lokal di Minang

1) Salawat Dulang

Salawat dulang adalah cerita memuji kehidupan Nabi Muhammad Saw. dan atau yang berhubungan dengan persoalan agama Islam diiringi irama bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam besar.

Pertunjukan salawat dulang biasanya dilakukan dalam rangka memperingati hari-hari besar agama Islam dan alek nagari.

2) Makan Bajamba (Makan Barapak)

Budaya makan ini dilakukan oleh masyarakat Minangkabau dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan.

3) Mandi Balimau

Budaya ini dimaksudkan untuk membersihkan hati dan tubuh manusia dalam rangka mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa.

Masyarakat tradisional Minangkabau pada zaman dahulu mengaplikasikan wujud dari kebersihan hati dan jiwa dengan cara mengguyur seluruh anggota tubuh atau keramas disertai ritual mandi yang memberikan kenyamanan lahir dan kesianan hatin katika melaksanakannya.

Baca berita menarik Sripoku.com lainnya di Google News

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved