Ramadan 2025

Berkah Ramadan, Pengrajin Cincau di Palembang Berharap Pesanan Meningkat

Salah satunya adalah Ahmad Cincau yang terletak di kawasan Jalan Putri Rambut Selako, Ilir Barat I, Palembang.

Penulis: syahrul hidayat | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Syahrul Hidayat
CINCAU - Irfan memperlihatkan cetakan cincau yang sudah dingin usai proses pembuatan di Pabrik Ahmad Cincau Jalan Putri Rambut Selako Ilir Barat I Palembang, Selasa (18/2/2025). Momen Ramadan nanti ia berharap pesanan meningkat. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Bulan Ramadan yang akan segera tiba membawa berkah tersendiri bagi para pengrajin cincau di Kota Palembang.

Salah satunya adalah Ahmad Cincau yang terletak di kawasan Jalan Putri Rambut Selako, Ilir Barat I, Palembang.

Pengrajin cincau yang sudah menggeluti usaha ini sejak tahun 2018 ini berharap pesanan akan meningkat saat bulan puasa.

"Biasanya setiap menjelang Ramadan pesanan cincau selalu meningkat," ujar Irfan (35), salah seorang pekerja saat ditemui di sela produksi cincau, Selasa (18/2/2025) sore.

Namun, Irfan juga mengakui bahwa tingginya curah hujan di Palembang saat ini sedikit mengurangi produksi cincau.

Sebab, menurutnya, musim hujan membuat orang jarang minum es sehingga mengurangi konsumsi cincau.

"Bulan ini kota Palembang masih diguyur hujan sehingga agak berkurang permintaan cincau, semoga pas Ramadan akan berubah," harap Irfan.

Ahmad Cincau tidak hanya memproduksi cincau, mereka juga memproduksi tahu dari kacang kedelai. Usaha ini menjadi mata pencaharian mereka sehari-hari.

Para pengrajin cincau di Palembang berharap cuaca akan segera membaik dan pesanan cincau meningkat menjelang dan selama bulan Ramadan. Mereka berharap bulan suci ini membawa berkah dan rezeki yang melimpah.

Irfan menjelaskan kalau Ramadan tahun lalu mereka produksi cincau itu sampai mencapai 30 tong. Satu tong itu bisa jadi 50 loyang ukuran 24x20.

Diperkirakan kondisinya tidak jauh berbeda. Satu loyang mereka jual seharga Rp 15.000. Dijual di Pasar Induk Jakabaring.

Menjelang Ramadan biasanya mereka kerja sampai larut malam karena banyaknya permintaan.

"Tapi itu hanya hari-hari pertama hingga dua minggu Ramadan. Setelah itu normal seperti biasa karena orang pasti sudah lebih persiapan lebaran," tambah bapak yang sudah 3 tahun bekerja ini.

Ditegaskan oleh Irfan bahwa cincau produksi mereka banyak dicari karena rasanya yang segar dan alami. Karena menggunakan bahan-bahan berkualitas membuat cincau hitam yang kenyal dan wangi.

"Kami tidak menggunakan bahan pengawet atau pewarna buatan," tegasnya.

"Semua bahan yang kami gunakan alami, sehingga cincau buatan saya aman untuk dikonsumsi," tandasnya.

Bapak asal Komering ini menjelaskan proses pembuatan cincau. Mulai dari perebusan daun cincau hingga masuk ke dalam tong ukuran besar diaduk dengan sagu hingga kental dan siap masuk ke dalam cetakan.

"Yang lama itu proses merebus daun cincau, Itu kurang lebih enam jam, setelah itu disaring sudah berbentuk santan. Ampasnya kita peras lagi biar ada santanya dan kita masukan dalam bak penampung ini. Nah setelah itu disedot pakai mesin masuk dalam tong dicampur sagu dan terus diaduk hingga kental. Setelah itu dicetak dan didinginkan," urai Irfan sambil mencontohkan pembuatannya.

Proses pembuatan cincau tidak hanya menghasilkan minuman yang segar, tetapi juga memerlukan perhatian khusus terhadap kebersihan.

Pantauan lapangan usai pembuatan cincau, menunjukkan bahwa tong dan tempat pembuatan langsung dibilas dan dibersihkan untuk menjaga kebersihan.

"Kami ingin cincau buatan kami tidak hanya menjadi minuman yang segar, tetapi juga menjadi hidangan yang sehat dan bergizi," pungkasnya.

Untuk bahan pembuatan cincau memang tidaklah sulit didapatkan, namun untuk kayu sebagai bahan bakar sedikit sulit untuk didapatkan.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved