Kunci Jawaban

Rangkuman Materi PPKN Kelas 7 SMP BAB 6 Kurikulum Merdeka, Bekerja Sama dan Bergotong Royong

Inilah rangkuman materi PPKN kelas 7 SMP BAB 6 Kurikulum Merdeka, Bekerja Sama dan Bergotong Royong.

Penulis: Ayu Wahyuni | Editor: Ayu Wahyuni
capture/youtube Zona Belajar Cerdas
Rangkuman materi PPKN kelas 7 SMP BAB 6 Kurikulum Merdeka, Bekerja Sama dan Bergotong Royong. 

SRIPOKU.COM - Inilah rangkuman materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) kelas 7 SMP BAB 6 Kurikulum Merdeka.

Setelah siswa mempelajari materi BAB 6, Bekerja Sama dan Bergotong Royong, siswa dapat menyimak rangkuman materi dibawah ini.

Pada rangkuman materi ini memuat nilai-nilai penting, agar siswa lebih mengerti dan memahami pelajaran BAB 6.

Mengutip melalui YouTube Zona Belajar Cerdas, simak dan pelajarilah rangkuman materi berikut ini.

Baca juga: Rangkuman Materi PPKN Kelas 7 SMP BAB 5 Kurikulum Merdeka, Menghargai Lingkungan dan Budaya Lokal

A. Kerja Sama dan Budaya Gotong Royong 

1. Pengertian Kerja Sama

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu hidup berkelompok dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhannya. Karena tujuan yang sama itulah terjadi kerja sama.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerja sama adalah "kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama." Kerja sama juga tak hanya dilakukan oleh orang, namun juga oleh lembaga atau organisasi. Seperti kerja sama antarsekolah atau kerja sama antarpemerintah.

Kerja sama terjadi karena ada tujuan bersama. Tujuan yang tidak dapat dikerjakan sendiri, melainkan harus bersama-sama orang lain. Seperti telah dicontohkan sebelumnya saat bangsa Indonesia membentuk negara. Hal itu tidak dapat dilakukan sendiri, melainkan harus bersama-sama.

2. Pengertian Gotong Royong

Gotong royong merupakan kegiatan bersama masyarakat di sebuah lingkungan. Gotong royong memiliki tujuan jangka pendek yang sangat jelas seperti bersama- sama membangun saluran air atau tempat ibadah. Biasanya hal itu bersifat sukarela dan umumnya kegiatan tersebut merupakan kerja fisik yang dilakukan oleh masyarakat di suatu wilayah.

Seluruh masyarakat di Indonesia mengenal budaya gotong royong untuk melakukan pekerjaan berat. Seperti membangun rumah, memanen sawah, hingga untuk menyiapkan upacara adat yang harus dilakukan suatu keluarga. Di setiap daerah juga memiliki sebutan sendiri untuk gotong royong. Di Jawa ada sebutan Gugur Gunung serta Sambatan. Orang-orang Bali mengenal istilah Ngayah. Di tanah Batak ada tradisi Marsiadapari, di Minahasa ada Mapalus, dan di masyarakat Sunda ada tradisi Rereongan.

Baca juga: Rangkuman Materi Bahasa Indonesia Kelas 7 BAB 4 Kurikulum Merdeka, Aksi Nyata Para Pelindung Bumi

B. Nilai Penting Kerja Sama dan Gotong Royong

Terdapat sejumlah nilai penting kerja sama dan gotong royong. Di antaranya adalah saling memahami, saling menghargai, saling membantu, saling mengatasi kekurangan, hingga menguatkan kebersamaan.

1. Saling Memahami

Hal mendasar yang perlu dalam bermasyarakat adalah memahami. Kerja sama dan gotong royong akan mendorong untuk lebih memahami sesama. Tidak akan berjalan baik kerja sama serta gotong royong jika tak memahami satu sama lain. Dengan kerja sama dan gotong royong membuat setiap orang lebih memahami teman beraktivitasnya.

2. Saling Menghargai

Tak cukup dengan memahami, antaranggota kelompok atau masyarakat juga perlu saling menghargai. Kerja sama dan gotong royong juga mendorong antaranggota masyarakat saling menghargai. Di balik kekurangan masing- masing, setiap orang ternyata selalu memiliki kelebihan. Kerja sama dan gotong royong mengharuskan setiap orang lebih menghargai rekannya berkegiatan.

3. Saling Membantu

Saling membantu menjadi ciri dari kerja sama dan gotong royong. Seperti dalam kehidupan masyarakat budaya Marsia dapari di Batak. Saat ini warga membantu mengolah lahan seorang petani, esoknya petani yang dibantu ganti membantu petani lainnya, dan seterusnya. Saling bantu dilakukan secara bergiliran sehingga semua petani dapat terbantu.

4. Saling Mengatasi Kekurangan

Ini juga merupakan nilai penting kerja sama dan gotong royong. Saling mengatasi kekurangan juga digambarkan dalam kerjasama seorang tunanetra dan seorang yang lumpuh. Yang tunanetra dapat menggendong yang lumpuh atau mendorongnya di kursi roda. Sedangkan yang lumpuh dapat memberi petunjuk jalan dengan memberi aba-aba. 

5. Menguatkan Kebersamaan

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Itu ungkapan lama yang perlu diperhatikan dalam bermasyarakat. Tidak ada pihak yang boleh lebih diluntungkan atau lebih dirugikan dalam kehidupan bermasyarakat. Manis dan nahit perlu dirasakan bersama-sama.

C. Landasan Karakter Kerja Sama dan Gotong Royong

1. Olah Hati (Karakter Biru)

Olah hati merupakan karakter yang cinta damai serta kehidupan yang harmonis. Suka membantu teman, bersikap positif, dan pandai bersyukur menjadi ciri karakter ini. Karakter ini berhubungan dengan ranah spiritual. Menurut konsep karakter holistik, olah hati dapat disebut sebagai karakter biru. Olah hati atau karakter biru membuat mudah kerja sama dan gotong royong.

2. Olah Pikir (Karakter Hijau)

Olah pikir merupakan karakter yang penuh pertimbangan, hati-hati, serta teliti. Inilah karakter yang berusaha meraih kesempurnaan baik berdasarkan kebenaran keagamaan, ilmu, maupun norma-norma dengan menggunakan kecerdasan berpikir. Bercita-cita dan berencana juga menjadi ciri karakter ini. Menurut konsep karakter holistik, olah pikir dapat disebut sebagai karakter hijau. Olah pikir atau karakter hijau membuat kerja sama dan gotong royong lebih terencana.

3. Olah Raga (Karakter Kuning)

Olah raga bukan hanya olah fisik melainkan juga merupakan karakter tekun dan disiplin yang biasanya dipunyai oleh para olahragawan. Inilah karakter yang teguh dan bermental kuat. Bekerja keras serta fokus pada tujuan juga menjadi ciri karakter ini. Menurut konsep karakter holistik, olah raga dapat disebut sebagai karakter kuning. Olah raga atau karakter kuning membuat kerja sama dan gotong royong lebih berhasil.

4. Olah Rasa dan Karsa (Karakter Merah)

Olah rasa dan karsa merupakan karakter yang komunikatif, kreatif, serta antusias atau bersemangat. Pandai bergaul, bermasyarakat dan menggalang kerja sama juga menjadi ciri karakter ini. Menurut konsep karakter holistik, olah rasa dan karsa dapat disebut sebagai karakter merah. Olah rasa dan karsa atau karakter merah membuat kerja sama dan gotong royong lebih bersemangat dan kreatif.

D. Revolusi Mental

Istilah Revolusi Mental dikemukakan pertama kali oleh Presiden Soekarno, yakni dalam pidato kenegaraan tanggal 17 Agustus 1956. Masyarakat dunia mengenal istilah revolusi fisik dan revolusi sosial untuk merebut atau mengubah kekuasaan. Bangsa Indonesia saat itu sudah merdeka. Bukan revolusi fisik atau revolusi sosial yang diperlukan, melainkan revolusi mental.

1. Konsep Revolusi Mental

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revolusi berarti "Perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang." Sedangkan mental adalah "Bersangkutan dengan batin atau watak manusia" Dengan demikian revolusi mental berarti perubahan yang mendasar mengenai batin atau watak manusia yang dilakukan dengan mengubah pola pikirnya secara mendasar. Sekitar 70 tahun setelah Indonesia merdeka, Presiden Joko Widodo membangkitkan kembali gerakan revolusi mental ini. Gerakan ini diperjelas dengan merumuskan tiga elemen atau unsurnya. Ketiga elemen tersebut adalah integritas, etos kerja, serta gotong royong, yang saling berhubungan satu sama lainnya.

2. Integritas dan Etos Kerja

Integritas merupakan elemen pertama dari Gerakan Revolusi Mental. Integritas memiliki banyak pengertian di antaranya adalah jujur. Selain itu, integritas juga berarti konsisten. Kata-kata seorang berintegritas selalu sesuai dengan perbuatannya. Seorang berintegritas juga akan mengikuti aturan, berbuat sesuai posisi atau wewenangnya, dan selalu menjunjung kebenaran. Hal itu selaras dengan sila pertama Pancasila, yakni sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

Etos kerja merupakan elemen kedua dari Gerakan Revolusi Mental. Etos kerja berarti "semangat kerja". Seorang dengan etos kerja tinggi adalah orang bersemangat kerja tinggi. Seorang yang disiplin, tekun, serta pantang menyerah. Dalam revolusi mental, etos kerja yang tinggi ini berlandaskan pada integritas yang kuat. Mentalitas dengan etos kerja yang tinggi itu perlu dimiliki oleh semua orang di Indonesia. Hal tersebut selaras dengan sila kedua "Kemanusiaan yang adil dan beradab" dan sila ketiga "Persatuan Indonesia" dalam Pancasila.

3. Gotong Royong dalam Revolusi Mental

Gotong royong merupakan elemen ketiga dalam Revolusi Mental. Dengan elemen ini, masyarakat terus mempertahankan dan menguatkan jiwa "bekerja bersama- sama, tolong menolong, serta bantu-membantu" antarsesama. Jiwa gotong royong inilah yang menjadi salah satu ciri utama bangsa Indonesia. Ciri utama ini menjadi kekuatan tersendiri bangsa Indonesia dibanding banyak bangsa lain saat mengalami kesulitan.

Gerakan Revolusi Mental mengingatkan bahwa jiwa gotong royong itu perlu terus diperkuat, dilandasi dengan integritas atau kejujuran serta etos atau semangat kerja yang tinggi. Secara langsung, gotong royong merupakan sila keempat "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan" dan sila kelima "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".Dengan elemen gotong royong tersebut, lengkaplah Revolusi Mental sebagai perwujudan lima sila pada Pancasila.

E. Penerapan Kerja Sama dan Gotong Royong

1. Di Lingkungan Keluarga

Yang harus dilakukan pertama adalah memahami karakter seluruh anggota keluarga sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kedua adalah memahami peran dan tugas masing-masing yang telah disepakati bersama. Ketiga adalah membantu anggota-anggota keluarga lain dalam menyelesaikan tugas di rumah. Selain itu, membangun kebersamaan dalam keluarga seperti berbincang bersama, bersilaturahmi keluarga, berekreasi, hingga menyelesaikan pekerjaan bersama keluarga juga menguatkan kerja sama dan gotong royong di keluarga. 

2. Di Lingkungan Sekolah

Memahami karakter dasar teman-teman sekolah, guru, hingga pekerja di sekolah merupakan awal yang baik untuk membangun kerja sama dan gotong royong di sekolah. Semua paham bahwa tim yang baik perlu ada wakil dari setiap karakter yang kuat. Dengan demikian, kelompok-kelompok yang dibentuk di sekolah baik berupa kelompok belajar maupun kelompok lainnya akan selalu diwakili dari karakter yang berbeda secara lengkap.

3. Di Lingkungan Masyarakat

Rutin berpartisipasi dalam kegiatan warga merupakan bentuk nyata penerapan kerja sama dan gotong royong di masyarakat. Berpartisipasi tersebut perlu dilakukan baik dalam kegiatan bersama untuk membangun sarana lingkungan, kegiatan sosial, upacara adat, acara keagamaan, hingga kegiatan menyangkut hari- hari besar nasional.

4. Di Lingkungan Bangsa dan Negara

Salah satu penerapan kerja sama dan gotong royong untuk bangsa dan negara adalah berpartisipasi dalam pesta demokrasi seperti pemilihan presiden, pemilihan kepala daerah, hingga pemilihan anggota legislatif bagi setiap warga yang telah dewasa. Kegiatan berdemokrasi merupakan salah satu bentuk gotong royong di lingkungan bangsa dan negara. Kesadaran itu perlu dimiliki sejak dini.

Dapatkan konten pendidikan mata pelajaran lainnya dari Kurikulum Merdeka dengan klik Di Sini.

Dapatkan juga berita penting dan informasi menarik lainnya dengan mengklik Google News.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved