Kunci Jawaban

Contoh Cerpen Tema Lingkungan Materi Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA/MA Semester 2 Kurikulum Merdeka

Contoh Cerpen Tema Lingkungan ini terdapat pada materi mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA/MA semester 2 Kurikulum Merdeka.

Penulis: Siti Umnah | Editor: Siti Umnah
Pixabay.com
Contoh Cerpen Tema Lingkungan ini terdapat pada materi mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA/MA semester 2 Kurikulum Merdeka. 

SRIPOKU.COM - Pada artikel ini tersaji kumpulan contoh Cerita Pendek (Cerpen) yang bisa dipelajari.

Contoh Cerpen Tema Lingkungan ini terdapat pada materi mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA/MA semester 2 Kurikulum Merdeka.

Untuk itu, simak contoh Cerpen Tema Lingkungan yang dapat dipelajari oleh siswa secara mandiri di rumah.

Baca juga: Contoh Soal Teks Resensi Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA/MA Kurikulum Merdeka, Lengkap Kunci Jawaban

Baca juga: Latihan Soal Tajuk Rencana Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA/MA Kurikulum Merdeka, Lengkap Kunci Jawaban

Cerpen Tema Lingkungan 

Awal yang Berantakan

Asri membuka matanya dan merasakan cahaya matahari yang menembus tirai kamarnya. Hari itu adalah Sabtu, hari di mana ia bisa sedikit bersantai setelah minggu yang penuh dengan tugas sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler. Namun, saat ia duduk di tempat tidurnya dan melihat sekeliling kamar, perasaan gelisah mulai merayapi hatinya. Kamarnya berantakan luar biasa.

Di lantai, tumpukan pakaian kotor berserakan di mana-mana, bercampur dengan buku-buku sekolah yang tergeletak tanpa urutan. Sepatu-sepatu tersebar di berbagai sudut, dan meja belajar Asri penuh dengan kertas-kertas tugas yang tidak rapi. Di pojok kamar, ada tumpukan sampah kecil yang sudah mulai berbau. Asri menghela napas panjang, merasa bingung harus mulai dari mana.

Sambil menguap, Asri bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju meja belajar. Ia meraih sebuah buku yang ia butuhkan untuk mengerjakan tugas, namun ketika ia mengangkat buku itu, seekor kecoa melesat keluar dari bawahnya. Asri menjerit kecil dan melompat mundur. “Aduh, kenapa bisa ada kecoa di kamarku?” gumamnya dengan suara bergetar jijik.

Panik, Asri berlari keluar kamar dan mencari Lina, kakaknya yang sedang bersantai di ruang tamu. “Kak Lina! Ada kecoa di kamarku!” teriak Asri sambil menunjuk ke arah kamarnya.

Lina menoleh dengan cepat dan melihat adiknya yang tampak ketakutan. “Apa? Kecoa di kamar kamu?!” tanya Lina dengan nada serius. Ia segera bangkit dari sofa dan berjalan cepat menuju kamar Asri. Ketika ia membuka pintu kamar Asri, matanya langsung terbelalak melihat kondisi kamar yang sangat berantakan.

“Asri, ini sudah kelewatan! Lihat kamar kamu! Ini bukan cuma masalah kecoa, ini masalah kebersihan yang serius!” seru Lina dengan nada tinggi, ekspresinya penuh kemarahan dan kekecewaan.

Asri menundukkan kepala, merasa sangat malu. “Aku… aku sibuk, Kak. Banyak tugas sekolah dan kegiatan lain. Aku tidak sempat bersih-bersih,” kata Asri dengan suara pelan.

“Tidak sempat atau malas?” balas Lina dengan tegas. “Kamu tidak bisa terus hidup dalam kekotoran seperti ini, Asri. Lihat, sampai ada rayap di sudut sana!” Lina menunjuk ke arah pojok ruangan di mana terlihat sarang rayap yang mulai merusak perabotan kayu.

Asri merasa terpojok dan semakin malu. Ia tahu kakaknya benar, tapi ia tidak tahu harus mulai dari mana. “Maaf, Kak. Aku akan bersih-bersih sekarang,” kata Asri dengan suara penuh penyesalan.

“Kamu harus lebih bertanggung jawab, Asri. Ini bukan hanya tentang kebersihan, tapi juga tentang kesehatan. Kamar yang kotor bisa membawa penyakit,” kata Lina dengan nada yang sedikit melunak, meski masih terdengar kemarahan.

Lina keluar dari kamar Asri, meninggalkannya sendirian dengan perasaan yang campur aduk. Asri merasa marah pada dirinya sendiri karena membiarkan kamarnya menjadi begitu berantakan. Ia juga merasa tertekan oleh teguran keras dari kakaknya, meski ia tahu bahwa itu untuk kebaikannya.

Dengan tekad yang baru, Asri mulai membereskan kamarnya. Ia mengumpulkan semua pakaian kotor dan memasukkannya ke dalam keranjang laundry. Lalu, ia mengelompokkan buku-buku dan menatanya di rak buku. Saat mengangkat sepatu-sepatunya, ia menemukan beberapa kecoa lagi yang bersembunyi di bawahnya. Dengan rasa jijik, Asri menyemprotkan pembasmi serangga dan memastikan tidak ada kecoa yang tersisa.

Saat membersihkan meja belajarnya, Asri menemukan tumpukan kertas tugas yang tidak terpakai. Ia merapikan kertas-kertas itu dan membuang yang tidak diperlukan. Asri juga menemukan beberapa benda kecil yang sudah lama hilang, seperti pulpen favoritnya dan sebuah gelang yang ia kira sudah hilang.

Setelah beberapa jam bekerja keras, kamar Asri mulai terlihat lebih rapi. Namun, ia masih harus menangani sarang rayap di pojok ruangan. Asri memutuskan untuk menelepon jasa pembasmi hama dan meminta bantuan mereka. “Halo, saya ingin meminta bantuan untuk menangani rayap di kamar saya,” kata Asri dengan suara tegas di telepon.

Sambil menunggu jasa pembasmi hama datang, Asri melanjutkan bersih-bersih. Ia menyapu dan mengepel lantai dengan teliti, memastikan tidak ada debu yang tersisa. Asri merasa kelelahan, tapi juga merasa puas melihat hasil kerjanya.

Ketika Lina kembali ke kamar Asri untuk melihat perkembangan, ia terkejut melihat betapa banyak yang sudah berubah. “Asri, kamu sudah melakukan banyak sekali. Kamarmu sudah jauh lebih baik,” kata Lina dengan senyum bangga.

Asri tersenyum lega. “Terima kasih, Kak. Aku sadar aku harus lebih bertanggung jawab. Terima kasih sudah mengingatkan aku,” kata Asri dengan tulus.

Malam itu, Asri tidur dengan perasaan yang berbeda. Kamarnya yang dulu berantakan kini mulai berubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman. Ia merasa bangga dengan dirinya sendiri dan bertekad untuk menjaga kebersihan kamarnya. Teguran keras dari kakaknya memang menyakitkan, tapi itu menjadi pendorong bagi Asri untuk berubah menjadi lebih baik.

Asri sadar bahwa menjaga kebersihan bukan hanya membuat kamarnya nyaman, tapi juga membuatnya merasa lebih tenang dan fokus. Dengan kamar yang bersih dan rapi, Asri merasa lebih siap menghadapi tugas-tugas sekolah dan tantangan lainnya. Transformasi kamar Asri menjadi bukti bahwa dengan tekad dan usaha, perubahan positif bisa tercapai.

 Baca juga: 20 Soal Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA/MA Materi Mempresentasikan Ide Kewirausahaan Kurikulum Merdeka

Teguran dari Kakak

Hari Sabtu yang cerah berubah menjadi kelam bagi Nuri setelah teguran keras dari kakaknya, Lina. Setelah melihat kondisi kamar Nuri yang sangat berantakan dan penuh dengan kecoa serta rayap, Lina tidak bisa lagi menahan amarahnya. Di ruang tamu, setelah melihat keadaan yang mengejutkan, Lina merasa sangat marah dan kecewa.

“Nuri, kamu benar-benar tidak bisa dibiarkan seperti ini,” kata Lina dengan nada tinggi. Wajahnya memerah, matanya menunjukkan ekspresi marah yang luar biasa. “Kamu tidak peduli sama sekali dengan kebersihan, ya?”

Nuri merasa terpojok. “Maaf, Kak. Aku sibuk sekali dengan tugas sekolah dan kegiatan lain. Aku benar-benar tidak sempat bersih-bersih,” jawabnya dengan suara pelan.

Lina menggelengkan kepala, tidak percaya dengan jawaban Nuri. “Itu alasan yang tidak bisa diterima, Nuri! Semua orang punya kesibukan, tapi bukan berarti kita boleh hidup dalam kekotoran seperti ini,” katanya dengan tegas.

Nuri mencoba mempertahankan diri. “Tapi, Kak, aku sudah berusaha sebaik mungkin. Aku hanya merasa lelah,” katanya dengan nada memohon.

Lina tidak terpengaruh. “Nuri, lihat sekeliling kamu! Ini bukan hanya tentang merasa lelah atau sibuk. Ini tentang tanggung jawab dan kebersihan. Kamu tahu, kecoa dan rayap itu bisa membawa penyakit! Kamu tidak hanya merugikan dirimu sendiri, tapi juga orang-orang di sekitar kamu,” katanya sambil menunjuk ke arah kamar Nuri.

Nuri merasakan amarah mulai membara di dalam dirinya. Ia tahu bahwa kakaknya benar, tapi cara Lina menyampaikan membuatnya merasa semakin tertekan. “Kak, kamu tidak tahu betapa sulitnya aku mencoba mengatur semuanya. Aku butuh bantuan, bukan ceramah!” balas Nuri dengan suara tinggi, air mata mulai menggenang di matanya.

Lina menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. “Nuri, aku bukan hanya marah, aku juga khawatir. Ini masalah serius. Kamu harus belajar mengatur waktu dan prioritas. Aku mau kamu segera membersihkan kamar ini, sekarang juga!” tegasnya.

Nuri menghela napas, merasa lelah dan frustasi. “Baik, Kak. Aku akan bersih-bersih sekarang,” jawabnya dengan nada kesal.

Setelah Lina meninggalkan kamar, Nuri berdiri di tengah ruangan yang masih berantakan. Amarah dan frustrasi bercampur menjadi satu. Ia merasa marah pada dirinya sendiri karena membiarkan kamarnya menjadi seperti ini, dan juga marah pada kakaknya yang tidak memahami betapa sulitnya mengatur semuanya.

Namun, di tengah kemarahan itu, Nuri menyadari bahwa Lina hanya ingin yang terbaik untuknya. “Kakak benar, aku tidak bisa terus hidup dalam kekotoran seperti ini,” pikirnya. Dengan tekad yang baru, Nuri mulai mengumpulkan pakaian kotor yang berserakan di lantai dan memasukkannya ke dalam keranjang laundry.

Saat membersihkan buku-buku yang berserakan, Nuri menemukan banyak barang yang sudah lama hilang. Ia merasa sedikit lega setiap kali melihat lantai yang semakin bersih. Namun, ketika ia menemukan sarang rayap di sudut kamar, amarahnya kembali membara. “Kenapa ini harus terjadi padaku?” keluh Nuri sambil mengusap air mata yang mulai mengalir di pipinya.

Nuri menghubungi jasa pembasmi hama dan meminta bantuan mereka. “Halo, saya butuh bantuan untuk menangani rayap di kamar saya,” katanya dengan suara gemetar.

Setelah menelepon, Nuri melanjutkan bersih-bersih. Ia menyapu dan mengepel lantai dengan teliti, memastikan tidak ada debu atau kotoran yang tersisa. Ketika ia menemukan kecoa yang bersembunyi di bawah tempat tidurnya, ia merasa jijik dan marah. “Kenapa aku harus membersihkan ini sendiri?” pikirnya dengan penuh frustrasi.

Namun, di tengah amarahnya, Nuri merasakan tekad yang kuat untuk membuat perubahan. Ia tidak ingin hidup dalam kekotoran lagi. Ia ingin membuktikan kepada kakaknya bahwa ia bisa bertanggung jawab dan menjaga kebersihan kamarnya.

Saat malam tiba, Nuri merasa kelelahan tapi juga puas dengan hasil kerjanya. Kamarnya mulai terlihat lebih bersih dan rapi, meski masih ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Lina masuk ke kamar Nuri untuk melihat hasilnya.

“Nuri, aku tahu ini tidak mudah, tapi kamu sudah melakukan pekerjaan yang bagus,” kata Lina dengan nada lebih lembut. “Aku hanya ingin kamu hidup dalam lingkungan yang bersih dan sehat.”

Nuri mengangguk, merasa sedikit lega. “Terima kasih, Kak. Aku sadar bahwa aku harus lebih bertanggung jawab. Maafkan aku karena membuatmu marah,” kata Nuri dengan tulus.

Lina tersenyum dan memeluk Nuri. “Tidak apa-apa, Nuri. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Ayo, kita selesaikan ini bersama-sama,” katanya.

Dengan bantuan kakaknya, Nuri melanjutkan membersihkan kamar hingga larut malam. Mereka berdua bekerja sama, membersihkan setiap sudut ruangan. Nuri merasa lebih ringan dengan adanya dukungan dari kakaknya. Meski awalnya penuh dengan amarah dan frustrasi, Nuri menyadari bahwa teguran keras dari Lina adalah bentuk kasih sayang dan kepedulian.

Malam itu, setelah selesai membersihkan kamar, Nuri berbaring di tempat tidurnya yang kini bersih dan rapi. Ia merasa bangga dengan perubahan yang telah ia lakukan. “Aku akan menjaga kebersihan kamarku mulai sekarang,” pikirnya dengan tekad yang bulat.

Nuri menutup matanya dengan perasaan lega dan damai. Ia tahu bahwa menjaga kebersihan adalah bagian penting dari tanggung jawabnya sebagai remaja. Dengan kamar yang bersih dan rapi, Nuri merasa lebih siap menghadapi hari-hari berikutnya dengan semangat yang baru.

 

 

Dapatkan konten pendidikan mata pelajaran lainnya dari Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013 dengan klik Di Sini.

Dapatkan juga berita penting dan informasi menarik lainnya dengan mengklik Google News.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved