Breaking News

Berita Palembang

Fenomena Beras Premium Mahal dan Langka di Sumsel Diprediksi Terjadi Hingga Akhir Februari

Untuk itu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengimbau agar masyarakat tidak boros pangan

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Odi Aria
SRIPOKU.COM / Ardi
Beras premium yang dijual di toko sembako Adrian di Pasar Pangkalan Balai Kabupaten Banyuasin, Kamis (21/9/2023). 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Hingga kini beras premium masih tinggi dan langka di pasaran.

Untuk itu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengimbau agar masyarakat tidak boros pangan.


"Stop boros pangan," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumsel, Ruzuan Effendi saat dikonfirmasi, Selasa (20/2/2024).


Ketika harga tinggi, pembinaannya pada konsumen. Untuk itu diimbau pada konsumen untuk jangan panik, jangan boros pangan, belanja bijak dan smart buying.


Seperti yang diketahui harga eceran tertinggi (HET) beras premium Rp 14.500 per kg.

Namun di pasaran harganya sudah mencapai Rp 15.600 per kg.


Hal tersebut terjadi karena dari produsen harganya sudah diatas HET, sehingga  ritel lebih memilih tidak membeli atau menahan membeli terlebih dahulu.


"Permasalah lainnya, karena mundurnya masa tanam sehingga panen juga mundur.

Namun kini petani sudah mulai panen. Jadi prediksinya kondisi ini akan terjadi sampai akhir bulan Februari," katanya.


Menurutnya, di awal Maret diprediksi sudah berangsur-angsur turun karena mulai banyak yang panen.

Beberapa hal juga dilakukan Pemprov Sumsel seperti melakukan Operasi Pasar Murah, Gerakan Pangan Murah dan terus mengelontorkan beras SPHP.


Sementara itu terkait Bulog tidak mampu menyerap beras petani, menurut Ruzuan, Bulog sebagai penyangga apabila harga dipasaran dibawah pemerintah, kalau sekarang artinya Bulog tidak terserap tidak apa karena fungsi kalau harga dibawah pasaran.


"Jadi kalau harga dibawah pasaran maka Bulog akan menyerap itu. Karena Bulog menyerap seusai harga pemerintah.

Misalkan kalau Bulog beli harga gabah Rp 5 ribu dan tengkulak atau perusahaan ada yang beli Rp 6 ribu ya petani silakan jual ke yang lebih tinggi," katanya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved