Menjelajahi Pesona Mistis dan Budaya: Ambung Gila atau Dang Lukah, Daya Tarik Baru Wisata Kepri
Permainan rakyat Lingga ini merupakan warisan budaya Melayu di Lingga yang masih dipercaya berbau mistis.
SRIPOKU.COM - Pulau Mepar di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, punya permainan rakyat yang tak asing lagi, Dang Lukah, yang juga dikenal dengan nama Ambung Gila. Ini adalah warisan budaya Melayu yang masih kental dengan kepercayaan hal mistis.
Dalam permainan ini, "Ambung" yang biasanya digunakan untuk membawa barang, konon bisa bergerak sendiri setelah dibaca mantra oleh "bomo" atau orang yang memiliki kemampuan khusus. Menariknya, permainan yang dulu hanya dimainkan warga lokal ini kini menjadi daya tarik wisata, tak hanya untuk wisatawan domestik tapi juga mancanegara.
Azhar, tokoh masyarakat Pulau Mepar, mengungkapkan nama asli permainan ini sebenarnya adalah Dang Lukah, bukan Ambung Gila seperti yang selama ini dikenal. Beliau memegang peranan penting dalam Dang Lukah, yaitu membacakan doa atau mantra.
Menurut Azhar, permainan ini sudah diwariskan turun-temurun sejak zaman dahulu. "Memang ini permainan orangtua dulu-dulu, dari datok nenek kami lah permainan ini, memang namanya Dang Lukah," ujarnya. Saat ini, permainan Dang Lukah sudah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemendikbud pada 2019 milik Kabupaten Lingga, dengan nama 'Ambung Gila'. Saat dikonfirmasi Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardi menjelaskan, bahwa nama Ambung yang berati keranjang.

Permainan itu memegang sebuah ambung atau keranjang yang dipakai orang dulu, untuk mengisi barang. Lazuardi menerangkan, Dang Lukah merupakan istilah nama Ambung. "Dang Lukah berati Lukah atau Bubu (alat tradisional penangkap ikan-red)," sebut dia kepada TribunBatam.id, Sabtu (20/1/2024).
Namun saat ini, permainan yang dimainkan tersebut merupakan sebuah Ambung bukan lagi sebuah Lukah.
Dia menyebutkan, permainan yang dibawakan asli Lukah telah meninggal, sehingga muncul beberapa istilah yang berkembang. Lazuardi sebelumnya mengungkapkan, bahwa ia pernah menemui seorang tokoh di Desa Mepar ini untuk menanyakan mantra saat memainkan Ambung Gila. Hal itu ia lakukan, karena ingin membuat sebuah tulisan di buku sebagai acuan mengenal permainan rakyat di Kabupaten Lingga.
Dalam naskah-naskah lama peninggalan kerajaan yang ia temui, masih belum menemukan tulisan menyinggung permainan Ambung Gila di zaman kerajaan. "Tapi itu tidak memungkinkan kalau Permainan ini telah diperkenalkan oleh masyarakat dulu. Namun, belum ditemukan permainan ini saat di zaman kerajaan pada kepemimpinan Sultan siapa," jelas pria yang pecinta ilmu sejarah Melayu ini.
Meski sering dianggap berbau mistis, Lazuardi mengatakan bahwa permainan ini hanya sebagai tontonan atau penghimbur. Ia mengatakan, permainan ini pun tidak berisiko terhadap orang yang memainkannya. Permainan ini dimainkan oleh dua atau tiga orang, atau bisa lebih. Ambung ini pun dipegang oleh orang yang memainkannya dan diletakkan di atas kemenyan atau dupa yang telah dibacakan doa atau jampi-jampian oleh tokoh yang dipercayakan. Saat dibacakan doa oleh bomo atau dukun, perlahan Ambung ini pun menjadi berat dan bergerak dengan sendiri.
Meski sering dianggap berbau mistis, Lazuardi mengatakan bahwa permainan ini hanya sebagai tontonan atau penghimbur. Ia mengatakan, permainan ini pun tidak berisiko terhadap orang yang memainkannya. Permainan ini dimainkan oleh dua atau tiga orang, atau bisa lebih. Ambung ini pun dipegang oleh orang yang memainkannya dan diletakkan di atas kemenyan atau dupa yang telah dibacakan doa atau jampi-jampian oleh tokoh yang dipercayakan. Saat dibacakan doa oleh bomo atau dukun, perlahan Ambung ini pun menjadi berat dan bergerak dengan sendiri.

Beberapa orang kadang diceritakan ada yang terpelanting dan memaksanya untuk memegang kuat Ambung ini saat bergerak dan menggila. Gubernur Ansar Ahmad dan Pariwisata Kepri Di tempat terpisah, Gubernur Kepri, Ansar Ahmad mengungkap jika pariwisata Kepri masuk dalam peringkat ketiga dari seluruh pariwisata yang ada di Indonesia.
Saat mengunjungi Kabupaten Karimun, belum lama ini, ia mengungkap jika sejumlah kabupaten di Kepri menyumbang angka kunjungan wisata yang cukup besar di Kepri.
"Kepri menjadi tiga top kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia dari 38 provinsi setelah Bali dan DKI kemudian Kepri," ujar Gubernur Kepri, Ansar Ahmad.
Sebelum pandemi Covid-19, pariwisata Kepri berada di urutan nomor dua namun saat ini pariwisata mulai di lakukan recovery atau pemulihan.
Menurutnya, tahun 2019 lalu angka kunjungan wisatawan asing di Kepri tembus di angka 2.967 juta kunjungan.
Namun di tahun 2023 lalu jumlah kunjungan menurun drastis atau hanya mencapai 1,5 juta kunjungan saja.
Saat ini Pemprov Kepri juga sedang menunggu dari Pemerintah Pusat dalam hal ini Menteri Keuangan akan menurunkan nilai visa on arrival (voa) yang di wajibkan kepada para turis mancanegara.
"Masing-masing yang akan di bebankan biaya Rp 500 ribu. Mudah-mudahan nanti dapat kembali di bebaskan atau di turunkan menjadi Rp 100 ribu," ujanya. "Supaya angka kunjungan wisatawan asing ke Kepri ini akan kembali seperti sebelum masa pandemi covid-19 lalu," ujarnya.
Menjelajahi Surga Tersembunyi di Bintan Resorts: Treasure Bay |
![]() |
---|
Wujudkan Liburan Tak Terlupakan di Pantai Pelawan: Surga di Ujung Timur Sumatera |
![]() |
---|
Revitalisasi Penyengat: LAM Riau Beri Dukungan Penuh untuk Gubernur Kepri Ansar Ahmad |
![]() |
---|
Jelajah Alam dan Tantangan di Batam Adventure Park, Daya Tarik Baru Wisatawan |
![]() |
---|
Program Pariwisata Biru, Kadispar Kepri Dampingi 80 Peserta IDF Berkunjung ke Kepri Coral |
![]() |
---|