Breaking News

Harga Cabai

Dua Pekan Naik Terus, Harga Cabai Setan di Lubuklinggau Sumsel Tembus Rp 80 Ribu Per Kilogram

Menurut petani di Curup Bengkulu perubahan musim menjadi penyebab harga cabai melambung tinggi.

Tribun Sumsel/Eko Hepronis
Salah satu pedagang menunggu pembeli di Pasar Inpres Lubuklinggau, Senin (13/11/2023). 

SRIPOKU.COM, LUBUKLINGGAU -- Harga cabai di Pasar Inpres Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan (Sumsel) terus merangkak naik secara signifikan.

Harga cabai merah mengalami kenaikan secara bertahap dalam dua pekan terakhir.

Awalnya, harga cabai merah berada di angka Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu.

Namun, saat ini satu kilogram cabai merah telah mencapai Rp 76 ribu per kilogram.

Bahkan untuk cabai rawit jenis setan, saat ini harganya mencapai Rp.80 ribu per kilogram.

Yati, salah seornag penjual, mengatakan penyebab kenaikan cabai ini karena para penjual membelinya sudah dalam harga tinggi dari Kabupaten Rejang Lebong (Curup).

"Memang modalnya sudah tinggi kami beli, hampir tiga hari sekali mengalami kenaikan," ujar Yati, Senin (13/11/2023).

Yati menceritakan, menurut petani di Curup Bengkulu perubahan musim menjadi penyebab harga cabai melambung tinggi.

"Cabai disana (Curup) banyak mati, kalau pun masih ada yang panen banyak busuk, karena cuaca dari kemarau ke musim penghujan," ungkapnya.

Sementara permintaan saat ini cukup banyak, karena selain memasok di Lubuklinggau, permintaan juga banyak datang dari Palembang.

"Cabai mahal sekarang petani banyak jual ke Palembang, disana harganya lebih tinggi, sementara kebagian sisa," ujarnya.

Bahkan Yanti mengaku sudah menjadi tangan ketiga atau operan dari pedagang lainnya, karena sistemnya beli operan dari pedagang Curup.

"Semenjak harga cabai mahal, saat ini pembeli sepi."

"Ada pembeli tapi mengurangi jumlah pembelian."

"Paling banyak beli setengah kilogram atau seperempat kilogram,” ujarnya.

Yati menambahkan, biasanya ia dalam sehari habis menjual 20-30 kg per hari.

Namun semenjak cabai mahal, paling banyak ia hanya bisa menjual 10 kg per hari.

"Permintaan langsung anjlok, kami berharap harga bahan-bahan ibu rumah tangga ini bisa stabil."

"Sebab pembeli sudah banyak ngeluh harga pada naik,” tutupnya. (Eko Hepronis)

===

Simak berita Sripoku.com lainnya di Google News

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved