LIPSUS
LIPSUS: Kawasan Jakabaring dan Gandus Jadi Primadona Pembangunan Perumahan di Kota Palembang
kawasan Gandus beberapa tahun ke depan lebih potensial untuk pengembangan perumahan baik subsidi maupun komersil.
Itulah sebabnya saat ini harga tanah di Jakabaring jauh lebih mahal dibanding harga tanah di Gandus karena memang fasum di sana sudah lengkap memadai.
Hanya saja karena konflik tapal batas membuat pengembang menahan diri dan masih wait and see untuk membangun. Pengembang khawatir jika rumah sudah dibangun tapi justru masuk kawasan Banyuasin sehingga diprotes pembeli. Begitu juga sebaliknya khawatir jika dibangun di kawasan Banyuasin, warga Palembang enggan membelinya karena khawatir mengurus administrasinya kemudian hari.
"Kita minta pada pemerintah agar segera menyelesaikan konflik tapal batas tersebut karena dampaknya sangat besar bagi pembangunan karena kawasan tersebut menjadi irisan Palembang dan Banyuasin yang saling diperebutkan saat ini," ujar Zewwy.
Selain itu juga pengembang menahan diri melakukan pembangunan karena terkait dengan perizinannya apakah harus mengurus izin di Palembang atau Banyuasin.
Jika kawasan Jakabaring sudah jelas tapal batasnya, maka pembangunan akan jauh lebih pesat karena memang peta atau arah pembangunan ke depannya ini mengarah ke kawasan tersebut.
17 Ribu Rumah Subsidi
Dibagian lain, REI mengaku sudah merealisasikan pembangunan rumah subsidi sebanyak 9.000 rumah hingga akhir Agustus ini. Zewwy optimis target penyediaan 17 ribu rumah tahun ini bisa terpenuhi.
Dan hal yang paling menggembirakan menurutnya yakni peringkat penyaluran rumah subsidi Sumsel tahun ini naik dibanding tahun sebelumnya yakni berada di peringkat lima nasional di bawah Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Banten, lalu baru Sumsel.
Ke empat provinsi teratas itu unggul dari sisi luas yang jauh lebih luas dibanding Sumsel sehingga realisasi penyalurannya juga lebih banyak.
Namun Sumsel berhasil menggeser peringkat Jawa Timur dan Medan sebagai provinsi yang menyediakan penyaluran rumah terbanyak. Kendala keterbatasan lahan yang semakin berkurang hingga regulasi juga berdampak terhadap tersendatnya penyaluran rumah subsidi.
Zewwy mengatakan, REI Sumsel saat ini berjumlah 340 pengembang dan 80 persennya atau 272 pengembang mengelola pembangunan rumah subsidi yang tersebar di Sumsel dan sisanya bergerak mengelola rumah komersil.
Harga Tanah Masih Terjangkau
DIMATA pengembang, Gandus dan Jakabaring sama-sama menjanjikan untuk beberapa tahun ke depan. Kedua kawasan terus dikembangkan untuk pengembangan kota oleh pemerintah.
Namun salah seorang pengembang, Zulfitri yang juga Wakil Ketua Apersi Sumsel mengatakan, kawasan Gandus masih potensial untuk membangun rumah subsidi dan masih menguntungkan dari sisi margin karena harga tanah di kawasan Gandus masih lebih murah dibanding di Jakabaring.
Hanya saja khusus kawasan Gandus dalam atau di ujung harga tanahnya masih bisa dijangkau untuk rumah subsidi. Tapi jika kawasan Gandus arah ke depan seperti daerah seputar Al Quran Al Akbar, Tanjung Barangan dan juga Musi 2 atau Keramasan harga tanahnya juga sudah jauh naik dan cocok hanya untuk rumah komersil.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.