Berita Sriwijaya FC
Sriwijaya FC Kesulitan Dapat Lapangan di Palembang, Pengamat Sepakbola Sarankan SFC Dijual
Bahkan ironisnya seperti musim lalu Sriwijaya FC terpaksa berpindah-pindah hingga ngungsi ke luar daerah
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Odi Aria
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Pengamat sepak bola,Buyung Ismu mengaku prihatin terhadap tim sekelas Sriwijaya FC (SFC) yang sudah beberapa musim ini kesulitan mendapatkan lapangan sepak bola representatif untuk persiapan menjelang kompetisi Liga 2.
Bahkan ironisnya seperti musim lalu Sriwijaya FC terpaksa berpindah-pindah hingga ngungsi ke luar daerah, Stadion Mini Tanjung Senai Ogan Ilir, Lapangan Rider 200 Serong Banyuasin.
Dan musim ini Sriwijaya FC berpindah-pindah ke mini soccer, lapangan futsal.
Hal ini penyebabnya fasilitas lapangan sepak bola yang berskala internasional dimiliki Sumsel ini Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring dan beberapa lapangan sepak bola lainnya seperti Panahan, Baseball, Atletik Dalam serta Stadion Bumi Sriwijaya tidak bisa dipakai Sriwijaya FC karena disiapkan untuk event-event PSSI dan FIFA.
"Kalau berbicara tentang sepak bola, itu pasti identik dengan lapangan sepak bola. Kalau seumpamanya klub yang tidak mempunyai lapangan sepak bola, jadi mau main apa?" ucap Buyung Ismu.
Striker era Galatama 1990-1994 di Pelita Jaya dan Barito Putra mengaku sangat ironis melihat Sriwijaya FC klub Liga 2 yang pernah disegani klub elite di sepak bola Indonesia juga pernah mewakili Indonesia di kancah internasional, bertanding di luar negeri.
"Ini klub milik siapa? Kalau saya melihat ini milik kebanggaan wong kito. Terus begitu juga dengan Stadion GSJ (Gelora Sriwijaya Jakabaring) ataupun Stadion Bumi Sriwijaya yang notabenenya aset Pemprov Sumsel itu kebanggaan masyarakat Sumsel," ungkapnya.
Menurut mantan asisten pelatih PS Semen Padang, pelatih divisi II Gajah Tunggal Tangerang, kalau memang Sriwijaya FC ini tidak didukung, dijual saja.
Dan di situ nanti lapangan sepakbola aset Pemprov itu buat untuk lapangan komersil saja. Siapa mau tanding di sana bayar.
"Kepada pihak yang berwenang terhadap lapangan itu, kasihlah dispensasi dengan Sriwijaya FC agar klub Laskar Wong Kito itu bisa berkiprah. Walaupun dikelola oleh swasta, tolong diberikanlah prioritas," ujar pria kelahiran Bangka, 2 Mei 1970 ini.
Jadi kata Buyung, sekalian tidak usah didukung Sriwijaya FC ini, dijual saja. Kan buat apa juga toh masih kesulitan lapangan.
Kita berbicara sepakbola, mau latihan harus pakai lapangan.
Apalagi mau tanding, kita tuan rumah harus coba lapangan itu. Kalau dipersulit jual saja Sriwijaya FC.
Masak sekelas Sriwijaya FC mau latihan di Stadion Kamboja, Xaverius, Lapangan Hatta. Orang ketawa semua. Mau latihan apaan, standar juga gak.
Untuk pengurus, Pemda, yang punya lapangan ini kalau tidak membantu dana, bantulah fasilitas ke Sriwijaya FC. Kan Sriwijaya FC itu gengsi, prestise kita juga masyarakat Sumsel. Masak sekelas Sriwijaya FC tidak bisa pakai lapangan GSJ, Bumi Sriwijaya.
Kasihlah mungkin untuk latihan biasa bisa di lapangan Baseball.
Kalau untuk game itu ada Panahan, Baseball, Atletik Dalam.
Kalau mereka harus dipungut biaya yang sama dengan kami orang Old Star atau orang umum, ya rumit. Karena harus booking terus setiap hari itu.
Sementara latihan tim Sriwijaya FC itu latihan dalam seminggu itu paling tidak enak hingga tujuh kali di lapangan bola. Belum pertandingan.
Jadi dikasihlah dalam satu minggu itu mereka untuk bisa latihan enam sampai tujuh kali. Yang selebihnya mereka mau latihan apa silahkan seperti apa. Itu sudah cukup.
Tapi kalau satu kesempatan dalam satu minggu atau dalam satu bulan tidak jelas, mau latihan apa?
"Kasihan pengurus yang masih bertahan, sudah sulit cari sponsor, dana minim, mau dituntut naik ke Liga 1, sementara lapangan sepakbola tidak ada.
Jangan mimpi. Kalau tidak ada dukungan dari pemerintah daerah itu Sriwijaya FC bisa hancur," kata Buyung yang juga dikenal sebagai pelatih PSAD Palembang.
Pria kelahiran Bangka, 2 Mei 1970 ini mencontohkan tim-tim lain saja yang sudah latihan teratur punya lapangan bola yang tidak bayar saja masih prestasinya agak sulit. Apalagi ini klub Sriwijaya FC mau latihan saja lapangan tidak ada.
Yang namanya program pelatih ada try in dan try out. Masak mau try in kemarin Sriwijaya FC juga kesulitan lapangan. Nantinya tim mau ada evaluasi, kemudian buat lagi program latihan.
'Sudah bisa try in, baru try out melihat bagaimana kemantapan timnya. Kalau ini tidak didukung kasihan Sriwijaya FC.
Masyarakat pecinta sepakbola silahkan mau diapakan Sriwijaya FC.
Jangan marah dengan pengurus kalau ada hal-hal terjadi seperti prestasi tidak tercapai dengan baik. Pemerintah daerah jangan marah juga," pungkas Buyung yang bekerja di Perwakilan PT Semen Indonesia Sumsel di Palembang.
Pengamat sepak bola Buyung Ismu
Seperti diketahui Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, telah menyampaikan Piala Dunia U-17 2023 hanya digelar di Pulau Jawa.
Artinya Stadion Gelora Jakabaring dan lapangan latihan pendukung lainnya seperti Panahan, Baseball, Atletik Dalam, dan juga Stadion Bumi Sriwijaya FC batal digunakan.
Meski demikian pihak PT JSC masih dalam posisi tetap mempersiapkan GSJ dan lapangan lainnya untuk sewaktu-waktu dipakai oleh PSSI dan FIFA.
"Pertama kita sampai saat ini belum menerima pemberitahuan atau surat secara resmi dari PSSI bahwa GSJ tidak ditunjuk menjadi tuan rumah World Cup U17. Maka dari itu kita sebagai pengelola dari GSJ tetap mempersiapkan diri apabila sewaktu-waktu ditunjuk sebagai tuan rumah," ungkap Direktur Pemasaran & Operasional
Jakabaring Sport City Geri Radityo Suparudin.
Dalam preskonnya Erick yang juga Menteri BUMN ini mengungkapkan alasan Piala Dunia U-17 2023 yang hanya digelar di Pulau Jawa berkaitan dengan efisiensi pendanaan.
Adapun tuan rumah Piala Dunia U-17 2023 akan digelar di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Solo. Dengan ini, kota Palembang yang sudah lama bersiap batal untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 2023.
"Yang kedua kita sudah mendapatkan pemberitahuan secara lisan dari PSSI bahwa GSJ akan ditunjuk menjadi Tuan Rumah Piala Asia Womens U-17 bulan April 2024," kata Geri.
Dengan tidak dijadikannya sebagai venue tuan rumah event gelaran PSSI dan FIFA, manajemen Sriwijaya FC berharap ada peluang Stadion Gelora Sriwijaya (GSJ) bisa kembali menjadi homebase Laskar Wong Kito untuk mengembalikan kejayaan yang pernah menyandingkan gelar Double Winner.
"Kita memang mengajukan tiga homebase Sriwijaya FC yakni GSJ, Atletik Dalem dan Stadion Bumi Sriwijaya. Kalau bisa balik ke GSJ itu keinginan kita," kata Indrayadi.
Menanggapi rencana keinginan Sriwijaya FC untuk menjadikan GSJ sebagai homebase, pihak PT JSC mempersilahkan untuk menjalin kerjasama.
"Terkait sebagai Homebase Sriwijaya FC kita terbuka untuk menjalin kerjasama dengan Sriwijaya FC tapi tentunya dengan ketentuan-ketentuan yang harus kita sepakati bersama," kata Geri.
Dirtek Sriwijaya FC mengatakan sudah berkomunikasi dengan PT JSC dan sudah ada tanda-tanda Sriwijaya FC bakal bisa menggunakan JSC kembali.
"Kita sudah berkomunikasi dengan Direkturnya di sana mereka mengizinkan. Terus terang kita minta keringanan sewa. Mungkin itu nanti dibicarakan.
Untuk Bumi Sriwijaya juga kita sudah komunikasikan dengan Dispora. Mereka juga memberikan kesempatan.
Memang kebetulan sekarang lagi perawatan kita memaklumi itu.
Ke depan mungkin akan lebih mudah karena JSC dan Bumi Sriwijaya sudah membuka kesempatan untuk kita bisa melaku latihan di sana," kata Indrayadi.
Elang Andalas Takluk Atas Ayam Kinantan dengan Skor 3-1, Liga Pegadaian Championship 2025/2026 |
![]() |
---|
Babak Pertama Sriwijaya FC Tertinggal 1-0 Atas PSMS Medan |
![]() |
---|
Sempat Tertiinggal, Sriwijaya FC Akhirnya Tahan Imbang Persikad Depok dengan Skor 3-3 |
![]() |
---|
Babak Pertama Sriwijaya FC Versus Persikad Depok di Stadion Pekansari Bogor Berakhir 2-2 |
![]() |
---|
Pertandingan Sriwijaya FC Vs Persikad Depok Diprediksi Seru, Sama-sama Mengincar Kemenangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.