LIPSUS : Cegah Nikah di Bawah Usia 21, Upaya Tekan Angka Stunting, 3 Daerah Penurunan Paling Kecil

Cegah nikah di bawah usia 21 upaya tekan angka stunting, Sumsel berhasil menekan angka stunting 3 daerah penurunan paling kecil

Editor: adi kurniawan
Sripoku.com/Reigan Riangga
Niken Santika saat memperhatikan tumbuh kembang anak Stunting hingga diberikan PMT di Puskesmas 4 Ulu Palembang. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Selatan berhasil menekan angka stunting.

Saat ini angka stunting di Sumsel berkisar 18,6 persen.

Angka stunting di Sumsel yang tadinya 24,8 persen pada tahun 2021 atau lebih tinggi 0,4 persen dibanding angka nasional.

Artinya dalam setahun angka stunting di Sumsel berhasil ditekan sebesar 6,2 persen.

Saat ini daerah dengan angka stunting terendah yakni Pagaralam dan daerah dengan angka penderita stunting terbesar yakni Muratara.

"Alhamdulillah angka stunting di Sumsel menurun, terus paling tinggi dan akan terus ditekan agar semakin turun. Begitu juga dengan daerah yang angka stunting terendah juga terus dikendalikan agar tidak terjadi ledakan," ujar Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan, Mediheryanto, SH, MH kepada Sripo beberapa hari lalu.

Menurut Medi, keberhasilan menekan angka stunting ini kata Medi berkat sejumlah nyata yang dilakukan yakni dengan mensosialisasikan pada pasangan calon pengantin agar menikah di usia di atas 21 tahun agar aman dan tidak beresiko melahirkan anak berpotensi stunting.

"Menikah aturannya boleh usia 19 tahun tapi usia aman melahirkan dari kemungkinan stunting yakni usai minimal 21, jadi kalau menikah usia 19 tahun tunda dulu memiliki momongan hingga usia matang bebas potensi melahirkan bayi stunting," ujarnya.

Indikator lainnya menekan angka kelahiran stunting yakni dengan mengukur lingkar lengan atas calon ibu yakni tidak boleh kurang 23,5 cm karena jika kurang dari angka itu berpotensi melahirkan bayi stunting.

Sedangkan upaya nyata menekan angka stunting juga dilakukan dengan pemberian 2 butir telur pada anak stunting dan ibu hamil berpotensi stunting selama 6 bulan berturut-turut.

"Pemberian telur ini untuk anak stunting dan ibu hamilnya langsung bukan untuk keluarganya jadi jangan salah peruntukan," ujar Medi.

Sementara Gubernur Sumsel Herman Deru mengapresiasi penurunan angka stunting di Provinsi Sumsel.

Ia menyatakan, sebelumnya angka stunting 24,8 persen tahun 2021 dapat diturunkan sebesar 6,2 persen menjadi 18,6 persen pada tahun 2022.

Dikatakan, hal tersebut didorong oleh berbagai faktor seperti kolaborasi lintas sektoral, sanitasi yang baik, pola hidup yang baik dan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP).

"Penanganan stunting itu tidak hanya tanggung jawab satu instansi, semua punya peran dan tanggung jawab termasuk perusahaan farmasi seperti Dexa Group. Kepedulian ini harusnya kita dengungkan agar semua pihak ikut," kata Deru pada acara Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting di Hotel Novotel Palembang, Selasa (27/6/2023).

Menurutnya, program edukasi ini sangat penting untuk bidan yang merupakan garda terdepan dalam pelayanan ibu hamil dan anak.

Niken Santika saat memperhatikan tumbuh kembang anak Stunting hingga diberikan PMT di Puskesmas 4 Ulu Palembang, Rabu (28/6/2023)
Niken Santika saat memperhatikan tumbuh kembang anak Stunting hingga diberikan PMT di Puskesmas 4 Ulu Palembang, Rabu (28/6/2023) (SRIPOKU.COM / Reigan Riangga)

14 Daerah Turun

Secara terpisah, Koordinator Satgas Percepatan Penurunan Stunting (PPS) Provinsi Sumatera Selatan Rahmat Gunarto mengatakan, berdasarkan prevalensi stunting SSGI 2021-2022 menunjukkan angka positif karena Sumsel berhasil menekan angka stunting.

Dia mengatakan keberhasilan menekan angka stunting itu disebabkan intervensi terhadap anak yang dikategorikan stunting yakni pendek dan sangat pendek, tata laksana gizinya berhasil.

Selain intervensi gizinya, penanganan lingkungan yang kurang sehat dan memadai selama ini juga berhasil yakni sarana air bersihnya memadai, Mandi Cuci Kakus (MCK) juga sudah lebih baik, kondisi lingkungannya juga berhasil diperbaiki sehingga yang tadinya sering sakit kini jarang sakit dan sehat.

"Keberhasilan ini karena adanya intervensi spesifik yang berhubungan dengan kesehtaan dan intervensi sensitif yang berhubungan dengan lingkungan yakni pola asuh dan perbaikan ekonomi keluarga," ujar Rahmat.

Rahmat mengatakan berdasarkan data preveling SSGI Sumatera Selatan telah memenuhi capaian target penurunan prevalensi stunting bahkan melebihi target untuk tahun 2022 yakni dari yang ditargetkan turun menjadi 21,67 persen di tahun 2022 ternyata terealisasi menjadi 18,31 persen atau dengan kata lain terjadi penurunan sebesar 6,11 persen, lebih besar 3,35 persen dari yang ditargetkan.

Sementara terdapat 14 kota/kabupaten yang juga mengalami penurunan prevalensi stunting bahkan melebihi target untuk tahun 2022, kecuali di 3 kota/kabupaten yakni di Palembang hanya turun menjadi 14,3 persen di tahun 2022 dari target awal yang seharusnya menjadi 14,29 persen atau kurang 0,01 persen.

Berikutnya Kabupaten Musirawas hanya turun menjadi 25,4 persen dari yang seharusnya turun menjadi 25,11 persen atau kurang 0,29 persen.

Sementara untuk Kabupaten Banyuasin justru terjadi kenaikan angka prevalensi stunting sebesar 5,29 persen dengan kata lain yang seharusnya turun dari 22,0 persen di tahun 2021 menjadi 19,51 persen, justru naik menjadi 24,8 persen di tahun 2022. (Tnf)

Niken Santika saat memperhatikan tumbuh kembang anak Stunting hingga diberikan PMT dari Puskesmas 4 Ulu Palembang.
Niken Santika saat memperhatikan tumbuh kembang anak Stunting hingga diberikan PMT dari Puskesmas 4 Ulu Palembang. (SRIPOKU.COM/reigan)

Sehari Makan Sekali

Kota Palembang termasuk daerah yang kecil mengalami penurunan stunting.

Pada tahun 2022, target penurunan stunting Palembang hanya turun menjadi 14,3 persen dari target awal yang seharusnya menjadi 14,29 persen atau penurunan 0,01 persen.

Berdasarkan penelusuran, faktor ekonomi keluarga dinilai dapat mempengaruhi tumbuh kembang pada anak, sehingga bisa mengakibatkan Stunting atau Standar Tinggi lantaran kurangnya asupan menu bergizi yang diberikan.

Hal itu dialami oleh Jutriana (41) warga Jalan KH Wahid Hasyim Lorong Kedukan Kelurahan 4-5 Ulu Kecamatan SU 1 Palembang.

Anak perempuannya yang saat ini berumur 2 Tahun, hanya memiliki tinggi 77 sentimeter dengan berat sebelumnya 8,5 kilogram.

"Makannya hanya sehari sekali. Kemudian dari anaknya juga memang kurang nafsu makan," ujar Jutriana, Senin (26/6/2023).

Istri dari Armada ini menuturkan, ia dan suaminya hanya bekerja sebagai serabutan. Sehingga asupan gizi lebih untuk anak sedikit sulit terpenuhi.

"Kalau ada rejeki lebih kami makan tiga kali dalam sehari untuk bisa ditambah lauk ikan, tempe hingga sayuran. Namun kalau untuk beli roti itu mungkin kami sedikit kurang mampu," ujarnya.

Sedangkan, Meli warga Lorong Terusan Kecamatan SU 1 Palembang menuturkan, anaknya yang saat ini berumur 11 bulan hanya memiliki berat 72 kilogram dengan tinggi 70 sentimeter.

Kediamannya yang tepat berada di pinggiran sungai dengan bangunan gubuk semi permanen, membuat ia dan suaminya sulit memenuhi kebutuhan gizi untuk tumbuh kembang anak semata wayangnya.

"Untungnya ada petugas dari Puskesmas 4 Ulu Palembang yang setiap Minggu memperhatikan gizi anak serta memberikan makanan tambahan. Jadi, sedikit bisa terbantu. Kalau dari pihak lain selain puskesmas belum ada memberikan bantuan kerumah kami," ujarnya. (cr2)

Niken Santika Seperti Anak Sendiri

SELAMA 24 tahun menjadi petuas gizi anak, membuat Niken Santika menganggap pasien stunting di Puskesmas 4 Ulu Palembang, seperti anak sendiri.

Sebagai tenaga pelaksana gizi anak, membuat Niken setiap pekan intens berinteraksi dengan anak-anak dinyatakan kategori stunting.

Hal demikian terjadi lantaran kurangnya pengetahuan serta perhatian tentang asupan gizi anak serta vitamin tambahan.

Sehingga membuat tumbuh kembang anak diusianya atau dibawah umur lima tahun sedikit terhambat.

Niken Santika yang juga sebagai Koordinator Petugas Gizi Puskesmas Empat Ulu Palembang menuturkan, hingga periode Juni 2023, tercatat ada total 13 anak stunting sehingga harus diperhatikan tumbuh kembang pada anak dengan diberikan asupan gizi serta vitamin tambahan.

Dijelaskan, awalnya pihaknya melakukan kunjungan kerumah-rumah warga untuk mengetahui apakah ada anak yang stunting atau gizi serta tingginya di bawah standar anak seusia balita tersebut. Setelah didata, maka pada setiap Minggu dilakukan pembinaan di Puskesmas 4 Ulu Palembang.

"Kita ada makan bersama di Puskesmas (4 Ulu Palembang) setiap hari Jumat. Kita ada program makan bersama," ungkap Niken, Minggu (25/6/2023).

Kemudian, saat pulang pihaknya juga memberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) guna mempersiapkan asupan gizi pada anak, seperti susu, vitamin hingga obat cacing.

"Kita juga datang mempertahankan tumbuh kembang anak dengan mengunjungi langsung kerumah-rumah warga jika berhalangan hadir di ke puskesmas," ujarnya.

Pembinaan dini kian digalakkan dari remaja sejak duduk di bangku sekolah hingga menjadi calon pengantin.

Selain itu, sebelum hamil turut diberikan arahan, terkait mengkonsumsi makanan yang bergizi serta rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.

Perempuan yang yak lama lagi memasuki masa purna tugas ini menambah sejauh ini pihaknya hanya terkendala untuk memberikan PMT pada ibu dan anak.

Tak jarang ia rela merogoh kocek pribadi guna memberikan asupan gizi pada anak.

"Pembinaan yang dilakukan itu minimal enam (6) bulan, baru bisa dinilai pada anak apakah ada perubahan atau tidak." ungkap Ibu dua anak ini.

Ia memberikan sedikit tips atau cara agar tumbuh kembang anak tetap sehat dan kondisi tubuh tetap bugar.

"Seperti pada umumnya, jangan terlalu sering konsumsi makanan siap saji. Kemudian makan dengan makanan beraneka ragam dengan porsi yang cukup," katanya.

"Program stunting itu dimulai Sejak Tahun 2021. Dimana tercatat data anak Stunting Tahun 2021 ada 15 anak. Tahun 2022, 19 anak dan Tahun 2023, 13 anak per Bulan Juni. Semoga kedepannya tak lagi bertambah," ungkapnya. (Reigan)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved