Mimbar Jumat
Menguatkan Peran Ibu Dalam Mendidik Generasi Milenial
Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya, jika engkau mempersiapkan dia dengan baik, maka sama halnya engkau mempersiapkan bangsa yang baik
Oleh: DR Fitri Oviyanti MAg
(Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang)
SRIPOKU.COM -- ISTILAH generasi milenial memang sedang akrab terdengar. Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, Willian Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya.
Millennial generations atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers, secara harfiah tidak memiliki demografi khusus. Namun, para pakar menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Penggolongan generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 – 1990, atau pada awal 2000, dan seterusnya.
Dalam sebuah media online pernah dikupas tentang beberapa karakteristik dari generasi milenial. Beberapa diantaranya yang menonjol adalah:
1. No gadget, no life
Generasi milenial menjadi generasi yang sangat lengket dengan gadget. Wajar saja, karena mereka dilahirkan di zaman yang sudah mengenal kecanggihan telpon pintar ini. Hidup milenial seakan tak bisa dilepaskan dari gadget, mulai dari bangun tidur sampai menjelang tidur, gadget selalu menemani mereka. Apalagi sejak kemudahan-kemudahan hidup banyak ditawarkan dengan akses internet, para milenial semakin betah berselancar dengan gadgetnya.
2. Suka dengan yang serba cepat dan instan.
Perkembangan teknologi telah mempengaruhi para milenial untuk mendapatkan hal yang diinginkan tanpa harus menunggu lama. Selain, itu mobilitas yang padat, semakin membuat mereka memilih yang serba instan dan tidak merepotkan.

Sekali lagi gadget dan akses internet membantu para milenial untuk memenuhi kebutuhan mereka secara cepat dan instan. Mau makan? tinggal pencet/sentuh gadget. Mau jalan-jalan? Tinggal pencet/sentuh gadget. Mau belanja? Juga tinggal pencet/sentuh layar gadget. Sungguh sangat praktis dan instan,
3. Dikit-dikit posting
Ini termasuk salah satu ciri milenial Indonesia banget! Mungkin tangannya gatel kalau tidak posting apa pun yang Instagram-able. Mau makanan, pakaian, tempat makan, bahkan teman yang sedang kesandung pun sempat-sempatnya diposting di sosmed. Generasi milenial memang generasi yang sangat menyukai posting.
4. Suka sharing (berbagi)
Disadari ataupun tidak, generasi milenial punya kebiasaan suka sharing (berbagi). Tidak perduli hal kecil dan kepada siapa pun, generasi ini dengan bangga akan berbagi. Terlepas dari apa pun motivasi mereka untuk berbagi, setidaknya perilaku ini bersifat positif, asalkan diberi pengarahan.
5. Kritis terhadap fenomena sosial
Sebagai generasi yang sangat intens berselancar di dunia maya, tidak heran jika generasi ini memperoleh banyak sekali informasi dengan cepat. Hal ini membuat mereka menjadi terlatih untuk cepat merespon dan bersikap kritis beropini di media sosial tentang persoalan-persoalan yang sedang hangat dibicarakan.
6. Terbuka dengan pembaharuan
Satu lagi sisi positif generasi milenial adalah terbuka dengan pembaharuan. Hidup di era yang mobilitas informasi sanagat cepat, milenial menjadi terbiasa dengan perubahan yang terjadi hampir di setiap detik kehidupannya. Selalu ada yang baru setiap hari, sehingga mereka menjadi orang-orang yang cenderung terbuka dengan pembaharuan.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Enam poin di atas setidaknya mendeskripsikan bahwa generasi milenial memiliki karakter khas yang unik dan memiliki sisi positif sekaligus negatif. Lalu bagaimana peran seorang ibu menghadapi generasi milenial?
Menjadi ibu merupakan kodrat setiap wanita.
Fitrahnya untuk mengandung, melahirkan dan mendidik anak-anaknya membawa wanita pada tugas penting, yaitu mendesain karakter anaknya sejak dini. Pendidikan karakter sejak dini merupakan proses yang berat sekaligus sangat penting. Sebab, kegagalan penanaman karakter pada seorang anak sejak dini akan memicu terbentuknya pribadi yang yang bermasalah di masa yang akan datang.
Beberapa penelitian dalam situs BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) bahkan menjelaskan bahwa ketika bayi menangis kemudian diberi ASI oleh ibunya, maka terjalinlah basic trust. Dari basic trust itulah anak belajar percaya kepada orang lain. Proses ini dapat menjadi sebuah pondasi yang akan menentukan karakter anak di masa dewasanya.