Piala Dunia 2022
Kisah Emiliano Martinez, Kiper Argentina yang Datang Dari Daerah Tertinggal dan Pernah jadi Suporter
Seperti apa sosok Emiliano Martinez dan seperti apa perjalanannya sebelum akhirnya bisa tiba di panggung Piala Dunia 2022 di Qatar ?
SRIPOKU.COM -- Salah satu sosok penting yang akan memegang peranan dalam tim nasional (Argentina) adalah sang kiper, Emiliano Martinez.
Emiliano akan menjadi tembok yang menghalau serangan timnas Perancis saat bertemu Argentina di laga final Piala Dunia 2022 malam ini, Minggu (18/12/2022), pukul 22.00 WIB, di Stadion Lusail, Qatar.
Seperti apa sosok Emiliano Martinez dan seperti apa perjalanannya sebelum akhirnya bisa tiba di panggung Piala Dunia 2022 di Qatar ?
Akhir musim 2017/2018 ketika kembali dari masa peminjaman yang gagal di Getafe, Emiliano Martinez merenungkan masa depannya di sepak bola.
Dia sudah berkali-kali dipinjamkan Arsenal--klub pemiliknya--sejak diboyong dari Independiente U20 pada Juli 2010.
Oxford United, Sheffield Wednesday, Rotherham, Wolverhampton Wanderers, Getafe, dan Reading adalah sederet klub yang pernah dibelanya sebagai pemain pinjaman.
Nasibnya baru membaik setelah dibeli permanen oleh Aston Villa pada awal musim 2020/2021. Ia menjadi kiper utama The Villans.
Pada 2018 juga, Emiliano Martinez menyaksikan nasib naas Argentina di Piala Dunia Rusia dari tribune stadion bersama saudaranya.
Tim Tango tersingkir di babak 16 besar oleh Perancis--lawannya di final malam ini--dengan skor 3-4.
"Aku bilang kepadanya bahwa di (Piala Dunia) berikutnya, aku akan di sana," kata Martinez saat itu, dikutip dari The Guardian pada Sabtu (17/12/2022).

Empat tahun sebelumnya, Martinez sedang memasak Asado (daging panggang/bakar ala Argentina) untuk keluarganya sambil menonton pahitnya kekalahan negaranya dari Jerman di final Piala Dunia 2014, setelah Mario Gotze membuyarkan mimpi La Albiceleste di Rio de Janeiro.
“Aku tahu bagaimana rasanya menjadi suporter, itu sebabnya aku menempatkan diriku di posisi itu,” jelasnya.
Kiper kelahiran 2 September 1992 ini selanjutnya menunjukkan dirinya sebagai figur yang lekat dengan suporter.
"Aku cuma orang biasa," ucapnya. “Ketika semuanya berjalan dengan baik, aku tidak jatuh ke dalam euforia; Aku tidak depresi ketika keadaan menjadi buruk."
"Ketika aku bermain untuk Argentina, aku mencoba menunjukkan solidaritas dan berkontribusi. Aku dari Mar del Plata, di daerah tertinggal, dan aku merasa sangat dekat dengan mereka.”