KISAH Kang Bentar dari Bandung, Jual Bendera Merah Putih HUT Ke-77 RI di Palembang, Segini Untungnya

Menjelang peringatan HUT ke-77 RI atau Hari Kemerdekaan RI, di Kota Palembang banyak terlihat pedagang bendera merah putih.

Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM/ABDUL HAFIZ
Kang Bentar alias Dadang, penjual bendera merah putih dari Bandung, menggelar dagangannya di depan Kantor DPRD Provinsi Sumsel, Jalan POM IX Palembang, Senin (1/8/2022). Menjelang HUT ke-77 RI atau Hari Kemerdekaan RI, kota Palembang disemarakkan dengan penjual bendera merah putih. 

Kemudian ada juga bendera buat di gedung-gedung, di kantor-kantor.

Ia mengaku telah membuka lapak benderanya sejak tanggal 28 Juli 2022 dan biasanya hingga tanggal 15 Agustus.

"Tiap tahun kayak gitulah. Di Palembang ngekost, hitungannya tetap satu bulan. Sewa rumah Rp 400 ribu sampai beres per orang. Makan, rokok beda lagi. Ada 6-7 orang dari Bandung yang berjualan ke Palembang. Kalau dulu banyak. Kalau sekarang cuma 7 orang," terang Dadang.

Ia mengaku tertarik berdagang bendera setiap tahunnya bersama sekitar 7 orang sesama dari Bandung, lantaran diawali tahun 2007 ada teman yang mengajaknya.

"Masuk ke Palembang jualan bendera tahun 2007 sampai sekarang. Setahun sekali ke sini cuma jual musiman ke Palembang. Waktu dulu terus terang harganya baguslah. Tapi sekarang omsetnya rusak," ujar Dadang.

"Peminatnya ke sini-sininya sudah kurang. Harganya rusak lagi. Apalagi tahun kemarin lagi covid, wah itu parah, hancur. Omset pengeluaran barang kurang, harga barang rusak, minim. Biasa jual Rp 25 ribu yang nawar kadang-kadang Rp 15 ribu," beber Dadang.

Bentar yang mengaku menghidupi 3 anak dan istri di Bandung setiap pulang ke Bandung biasanya meraup keuntungan Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.

"Kalau omsetnya bagus Insya Allah ketutup lebihnya buat ongkos balik ke Bandung dan buat yang di rumah. Tapi kalau kayak tahun kemarin covid, wah itu parah dua tahun berturut-turut. Bisa balik aja sudah bersyukurlah," katanya.

Sebab untuk ongkos pulang pergi ke Bandung dan makan sekitar Rp 1 juta.

Ia perkirakan rata-rata lebihnya dari penjualan yang bisa dibawa pulang Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.

Tapi kalau lagi ada masalah, susah juga.

"Kalau masalah omset gak bisa diprediksi berapa. Per hari kadang-kadang ada penglaris, kadang-kadang gak ada. Kadang dua tiga hari gak ada penglaris. Kadang-kadang pas lagi bagus, baru memajang barang sudah ada yang beli," terangnya.

Ia mengaku sudah kerasan setiap tahun berjualan di Palembang karena daripada ia harus ke tempat lain, baginya susahnya untuk merinci lagi.

Kalau di Bandung sana pun sudah penuh yang jualan bendera.

"Kalau seluruh Indonesia diisi oleh anak Bandung. Barang ini bawa dari Bandung. Ada yang dari agen dan ada modal dibikin sendiri," ujar Dadang yang sehari-harinya di Bandung bekerja sebagai tukang bangunan di proyek pembangunan perumahan tempat tinggal.

Dadang mengaku berjualan aneka bendera ini setiap hari buka lapak mulai dari jam 07.00 hingga 17.00.

Ia sendiri memiliki bekal dagangan dari Bandung membawa 15 kodi bendera.

"Segeralah pasang bendera merah putih, sudah tanggal 1 Agustus. Perjuangan setahun sekali pasang bendera. Kita cuma memperingatinya setahun sekali," imbau pria kelahiran Garut (Jawa Barat) 2 Oktober 1969.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved