PTBA Tak Hanya Pecahkan Masalah, SSY Farm Ajak Masyarakat Buka Kran Investor Percaya Tanamkan Modal
Permasalahan yang dialami SSY Farm bisa terpecahkan berkat dukungan PTBA melalui CSR tidak hanya bantuan fisik, CSR PTBA juga memberikan bantuan karet
SRIPOKU.COM, MUARAENIM - Dibalik kesuksesan SSY Farm mulai dua sahabat yakni Yadi dan Sudi yang nekat merantau dari pulau Jawa ke Muara Enim mengawali karier sebagai petani sawit, namun melihat peluang lain, merekapun mencoba banting stir menjadi peternak sapi penggemukan, berbekal ilmu beternak sapi seadanya yang didapat selama ikut menggembalakan sapi di tanah kelahirannya di Jawa Timur, merekapun bertekad kuat menggeluti usaha peternakan sapi potong.
Namun semua bisnis baru yang digeluti pun belum menunjukkan kemajuan yang signifikan, sempat ingin menyerah, namun dukungan keluarga dan sahabat sesama perantau membuatnya bertahan dan mencoba bangkit kembali.
Tetapi tahun 2019 kendala mulai berdatangan, mulai dari kurangnya air sumur bor, tidak ada listrik, dan tidak ada mesin pencacah pakan.
"Namun berkat dukungan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melalui Corporate Social Responsibility (CSR), permasalahan-permasalahan yang dialami SSY Farm bisa terpecahkan, tidak hanya bantuan fisik, CSR PTBA juga memberikan bantuan karet bekas tambang batu bara (belt conveyor) yang digunakan untuk lantai kandang sapi agar lutut ternak tidak sakit atau luka," kata, bendahara umum SSY Farm.
Ia juga mengungkapkan berbagai upaya dilakukan untuk pengembangan usaha, salah satunya dengan membuka keran investor.
Dengan marketing dari mulut ke mulut, lambat laun ada ketertarikan investor untuk menanamkan modalnya di SSY Farm Sepupu Jaya.
"Dan mengajukan proposal usaha ke PTBA menjadi langkah SSY Farm Sepupu Jaya, yang kami maksudkan untuk menambah luas kandang dan perlengkapan kandang lainnya, syukur Alhamdulillah masalah permodalan teratasi, PTBA bersedia memberikan pinjaman usaha sebesar Rp 200 juta pada tahun 2020," ujar Sultan.
Di juga mengatakan di atas lahan seluas 1.200 meter persegi dan dalam kandang berukuran 30 meter persegi, berkat bantuan PTBA dan semakin banyaknya minat investor serta tetap menampung ternak dari masyarakat lokal, jumlah populasi ternak yang ada di SSY Farm Sepupu Jaya mencapai 100 hingga 120 ekor pada 2019.
"Memang pola kemitraan bersama investor memberikan pengaruh terhadap jumlah populasi sapi di SSY Farm Sepupu Jaya," katanya.
"Kami membuka jalinan kerja sama dengan investor yang tertarik dengan usaha ternak penggemukan sapi potong, cara ini menjadi cara kami mengatasi kendala modal, di samping untuk memperbanyak jumlah sapi yang tentunya berdampak pada peningkatan penghasilan anggota SSY Farm Sepupu Jaya," katanya.
Sultan menerangkan bahwa SSY Farm Sepupu Jaya membuka peluang investor untuk menanamkan modalnya senilai Rp 20 juta-Rp 50 juta dengan kisaran mendapatkan 4 ekor sapi.
Setelah dipotong nilai produksi, maka diperoleh 30 persen keuntungan yang didapat investor dari nilai jual per ekornya (per kilogram bobot hidup sapi) dari kisaran harga terendah Rp 16 juta - Rp 45 juta per ekor.
"Investor yang menanamkan modalnya di SSY Farm Sepupu Jaya datang dari semua kalangan, mulai dari pensiunan BUMN/BUMS, pengusaha, dan swasta yang berasal dari Sumatera Selatan, Jakarta, dan Jawa Timur, pada panen kedua ini, tepatnya di Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah tahun ini, SSY Farm Sepupu Jaya bisa menjual 135 ekor sapi ke pasaran selain melayani pembeli yang datang langsung ke kandang, SSY Farm Sepupu Jaya juga menjual sapi di Pasar Muara Enim dan Pasar Tanjung Enim," katanya.
Cerita kesuksesan SSY Farm berawal kedatangan tenaga penyuluh pertanian bernama Sulthany Arif yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kabupaten Muara Enim menjadi angin segar bagi Yadi dan rekannya Sudi.
Sulthany atau yang biasa mereka sapa dengan panggilan Sultan sangat disambut baik, Sultan yang berkunjung pada 2017 sangat membantu dalam memberikan ilmu bagaimana mengelola usaha peternakan sapi potong dengan baik dan ekonomis.