Ditolak Masuk ke Singapura, Ustaz Abdul Somad kini Singgung Mengenai Etika Berbangsa: Tidak Mengusir

Belakangan ini kejadian penolakan Singapura terhadap Ustaz Abdul Somad menimbulkan banyak reaksi. Kini UAS pun menjelaskan tentang etika lewat ceramah

Penulis: Tria Agustina | Editor: Fadhila Rahma
Instagram
Ustaz Abdul Somad 

SRIPOKU.COM - Setelah ramai penolakan dari Singapura, Ustaz Abdul Somad menyinggung soal etika.

Sosok Ustaz Abdul Somad dikenal luas sebagai pendawah di tanah air.

Dakwah-dakwahnya yang tegas namun berbalut guyonan membuat pendakwah asal Sumatera Utara ini memiliki banyak jemaah dari berbagai kalangan.

Belakangan ini sosoknya menjadi perbincangan hangat di media sosial terutama Twitter terkait kejadian yang menimpanya.

Akrab disapa dengan panggilan UAS, ia ditolak masuk ke Singapura sehingga menimbulkan beragam reaksi bahkan dari UAS sendiri.

Pemilik nama lengkap Abdul Somad Batubara ini pun membagikan potret dan suasana saat dirinya diminta menunggu di sebuah ruangan.

Ustaz Abdul Somad menyebut jika dia dan rombongannya disuruh menunggu selama 3 jam sampai akhirnya diminta kembali ke Batam melalui kapal terakhir dari Singapura.

Beragam reaksi pun timbul dari kejadian tersebut, Ustaz Abdul Somad sendiri menyayangkan pihak Singapura yang menolak kedatangannya.

Padahal dikatakan pendakwah berusia 45 tahun tersebut dia hanya ingin liburan bersama anak dan istri serta keluarganya.

Selain itu, ada pula yang membela UAS lantaran diperlakukan seperti teroris, padahal UAS merupakan orang terdidik.

Tak hanya itu saja, dukungan dan doa mengalir terhadap UAS atas perlakuan tak mengenakan yang diterimanya.

Baca juga: Ustaz Abdul Somad Ditolak Masuk ke Singapura, Ustaz Alfian Tanjung Bereaksi: Tolonglah Ulama Kami

Ustaz Abdul Somad
Ustaz Abdul Somad (Instagram/YouTube)

Kini, lewat Instagram @ustadzAbdulsomad_official, pendakwah ini pun membahas mengenai etika.

"Tidak pernah kita memaksa orang lain untuk masuk ke dalam agama kita," ujarnya di awal ceramah.

UAS pun menyinggung soal etika terhadap perbedaan yang dimiliki setiap manusia terutama agama.

"Bagaimana etika bertetangga, berbangsa, kalau orang yang berbeda agama denganmu itu tidak mengusir kamu dari kampung halaman kamu, tidak memerangi dan membunuh kamu," lanjutnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved