SEJARAH Singkat Hari Kartini 21 April, Pahlawan Nasional yang Memperjuangkan Kesetaraan Perempuan
Kartini membuktikan peran perempuan Indonesia tidak kalah penting dari kaum lelaki.
Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: pairat
Bahkan, perempuan pun tidak perlu sekolah dan hanya diajarkan ilmu tata karma kepada keluarga dan masyarakat serta ilmu rumah tangga.
Perempuan tidak diperbolehkan menjabat dalam pemerintahan dan apapun jabatan itu. Mereka hanya diperbolehkan menjadi sebagai istri mendampingi suami.
Hal tersebut menurutnya menjadi penghambat kemajuan wanita pribumi. Kartini pun berjuang supaya wanita Jawa memperoleh kesetaran dalam hal pendidikan dan kehidupan.
Beliau memulai perjuangannya dengan mendirikan sekolah untuk masyarakat umum di serambi dan halaman belakang rumah pendopo.
Profilenya
Raden Ayu Kartini atau RA Kartini merupakan sosok wanita pribumi yang dilahirkan dari keturunan bangsawan anak ke 5 dari 11 bersaudara ini merupakan sosok wanita yang sangat antusias dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Raden Kartini adalah anak perempuan tertua yang berasal dari keluarga ningrat Jawa. Ayahnya seorang Bupati Jepara yang bernama Raden Mas Sosriningrat.
Sedangkan sang Ibu bernama M.A. Ngasirah yaitu putri anak dari seorang guru agama di Teluwakur, Jepara. Karena hal ini, Kartini dianggap sebagai kaum priayi atau kelas bangsawan pada masa itu.
Tidak hanya terpandang, keluarga Kartini dikenal cerdas. Sang kakek, Pangeran Ario Tjondronegoro IV adalah sosok cerdas yang diangkat menjadi bupati di usia 25 tahun.
Begitupun dengan kakak Kartini bernama Sosrokartono yang ahli dalam bidang bahasa.
RA Kartini sangat gemar membaca dan menulis, tapi sangat disayangkan orang tuanya mengharuskan Kartini menimba ilmu hanya sampai sekolah dasar karena harus dipingit.
Tetapi karena tekad bulat Kartini untuk mencapai cita-citanya RA Kartini mulai mengembangkan dengan belajar menulis dan membaca bersama teman sesama perempuannya.
Saat itu juga RA Kartini juga belajar bahasa Belanda.
Sempat terjadi surat menyurat antara Kartini dan Mr.J.H Abendanon untuk pengajuan beasiswa di negeri Belanda.
Tetapi semua itu tidak pernah terjadi dikarenakan Kartini harus menikah pada 12 November 1903 dengan Raden Adipati Joyodiningrat yang pernah menikah 3 kali.
