Berita Pagaralam
Pedagang Klaim Pemkot Pagaralam tak Peduli Kelangkaan Minyak Goreng
Tampak sejumlah bungkusan minyak goreng refill yang masih tersisa disejumlah toko di Pagar Alam Sumatera Selatan.
SRIPOKU.COM, PAGAR ALAM - Kelangkaan Minyak Goreng (Migor) saat ini bukan saja membuat masyarakat Pagar Alam Sumatera Selatan mulai resah. Pasalnya migor subsidi yang dijanjikan pemerintah akan terus ada kenyataannya keberadaanya sangat sulit didapati disejumlah toko dan retail yang ada di Pagar Alam.
Saat ini migor yang ada di Pagar Alam masih mahal bahkan hampir tidak didapati minyak goreng yang dijual dengan harga Rp14.000 perliter sesuai dengan anjuran pemerintah. Hal ini membuat masyarakat harus membeli migor dengan harga Rp17.000 sampai Rp19.000 perliter.
Namun kelangkaan minyak goreng subsidi ini bukan saja dikeluhkan oleh masyarakat, namun para pedagang atau toko di Pagar Alam juga mengeluh. Pasalnya pihak agen sangat sulit memberikan jatah migor tersebut. Bahkan kadang tidak dikirim atau disebar disejumlah toko di Pagar Alam.
Seperti diakui Ko Ateng pemilik salah satu toko manisan besar di Pagar Alam. Dirinya mengatakan bahwa wajar jika minya goreng bersubsidi di Pagar Alam langka. Pasalnya pihak agen tidak mensuplay minyak tersebut di toko-toko.
"Wajar pak jika langka, pasalnya kami juga tidak dapat bagian sesuai dengan kebutuhan dari sejumlah agen minyak goreng yang ada," ujarnya.
Bahkan diungkapkan Ateng jika sebelum ada subsidi minyak goreng toko miliknya mendapat jatah 600 dus migor perminggu. Namun saat ini hanya 25 dus per dua minggu.
"Bagaimana bisa mencukupi kebutuhan masyarakat pak, kami hanya dapat jatah 25 dus per dua minggu untuk minyak goreng subsidi," ungkapnya.
Parahnya lagi menurur Ateng sampai saat ini pihak Pemerintah daerah tidak melakukan pengecekan stok mintak goreng di pasaran.
"Sampai saat ini belum ada pemerintah yang mengecek atau turun ke toko kami pak. Jadi mereka seolah tidak peduli dengan kelangkaan minyak ini," jelasnya.
Informasi yang dihimpun sripoku.com bahwa banyak pedagang dari luar Pagar Alam yang membeli minyak goreng di Pagar Alam seperti pedagang dari Baturaja, Lubuk Linggau hingga provinsi Bengkulu.
Riki (37) salah satu pedagang gorengan di Pagar Alam mengatakan, dirinya sangat kesusahan saat minyak goreng langka seperti ini. Pasalnya usahanya sangat bergantung pada minyak goreng.
"Kami terpaksa harus beli minyak goreng dengan harga mahal pak. Sebab jika tidak saya tidak bisa berjualan pak," katanya.