Putri Nurul Arifin Meninggal

BARU Terkuak, Berhari-hari Maura Magnalia Tak Bisa Tidur, Begadang Hingga Subuh Berakibat Fatal

Faktor tersebut yang disinyalir membuat kondisi kesehatan Maura menurun sehingga terserang henti jantung.

Editor: Wiedarto
Instagram
Maura dan Nurul Arifin 

SRIPOKU.COM, JAKARTA--Kabar meninggal dunianya putri Nurul Arifin, Maura Magnalia Madyaratri cukup menyita perhatian khalayak.  Pasalnya anak sulung Nurul Arifin dan Mayong Suryo Laksono itu wafat di usia muda, yakni 27 tahun.

Mengurai detik-detik Maura meninggal dunia, Mayong menyebut putri cantiknya itu wafat lantaran henti jantung atau serangan jantung. Ia mengatakan sebelum meninggal dunia, Maura memang berhari-hari tak bisa tidur.


Diungkap Nurul Arifin, Maura ditemukan tak bernyawa di meja makan rumah saat subuh.

Sosok yang pertama kali menemukan Maura sudah meninggal adalah sang asisten rumah tangga.

Dalam suasana berduka, Mayong mengungkap malam terakhirnya bersama Maura.


Semalam, Senin (24/1/2022), Mayong dan Nurul Arifin masih bercengkerama dengan Maura.

"Waktu dari rumah sudah dingin (saat dibawa ke rumah sakit). Mungkin karena kondisinya lagi drop, dia tidak tidur," ungkap Mayong dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan Intens Investigasi, Selasa (25/1/2022).

Selama beberapa hari, Maura memang tidak tidur.

Hal itu karena ia sibuk mengurusi wisudanya yang belum terlaksana sejak lama.

"Dia lagi mengurusi wisudanya. Bulan depan dia akan wisuda dari Sidney University, baru selesai S2. Belum tahu apa boleh ke Australia," imbuh Mayong.

Bukan cuma wisuda, Maura rupanya sedang merasa stres karena kesulitan mendapat pekerjaan.

Faktor tersebut yang disinyalir membuat kondisi kesehatan Maura menurun sehingga terserang henti jantung.

"Dia melamar kerja, mungkin karena stres beberapa hari tidak tidur. Ternyata ada beberapa hal yang tidak bisa dideteksi oleh Kita semua. Mungkin Maura juga tidak menduga," kata Mayong.

Terkait penyakit yang diderita sang putri, Mayong menyebut Maura aktif mengonsumsi obat anti depresan.

Sebab selama ini, Maura memang mengidap depresi dan sereing berkonsultasi ke psikolog.

"Maura biasa lah remaja (mengonsumsi) anti depresan, agak depresi, stres. Ya konsultasi ke psikolog, ke psikiater," akui Mayong.

Pemicu Maura stres adalah karena selama pandemi, itidak leluasa bertemu orang banyak, terutama teman-temannya.

Kepergian Maura yang tiba-tiba membuat Nurul Arifin nelangsa.


Dalam video amatir yang beredar di media sosial, Nurul Arifin terlihat pilu saat menatap jenazah Maura di peti mati.

Politikus sekaligus mantan aktris ternama itu beberapa kali menyeka air matanya yang jatuh saat melihat mendiang Maura.

Terkait kematian Maura, Nurul Arifin mengaku punya firasat.

"Firasatnya sih Saya dalam beberapa hari, ada ketakutan-ketakutan 'gimana Maura ?'. Karena harus didampingi terus. Dalam masa labil, Saya merasa harus mendampingi (Maura) terus," kata Nurul Arifin.

Meski sedih, Nurul Arifin telah mengikhlaskan Maura.

"Sekarang ini, sudah yang terbaik yang Maura dapatkan. Mungkin yang menjadi tujuannya juga. Jadi (Maura) tidak ingin membebani semua orang. Saya berharap dia sudah menemukan surganya," imbuh Nurul Arifin.

Mengenang sosok putri sulungnya, Nurul Arifin blak-blakan.

Ia mengakui bahwa Maura adalah sosok pembangkang yang cerdas dan cantik.

"Maura sangat cantik, sangat pintar, cerdas, mungkin karena cerdasnya menjadi eksentrik. Tatonya ada di seluruh badan. Jadi tidak mau dibatasi, ada piercing juga,"

"Ketika Saya melarang, (kata Maura) 'jangan larang Saya. Karena itu bagian dari kepuasan Saya'. Karena jadi anak politisi itu tidak gampang. Jadi dia harus banyak membatasi, akhirnya dia larinya ke tubuh dia sendiri," ungkap Nurul Arifin.

Curhat Pilu Tengah Malam

Sebelum meregang nyawa, Maura rupanya sempat melayangkan curhatan ke sang ayah, Mayong.

Tengah malam hingga pukul 01.00 WIB, Maura mengeluarkan unek-uneknya kepada Mayong.

Di Senin malam itu, Maura membawa kabar gembira sekaligus membingungkan.
Ia bercerita bahwa sudah diterima bekerja di Bali.

"Dia diterima kerja di Bali. Dia lagi mikir 'Aku ke Bali atau enggak ya'. Jadi dia di masa-masa sulit. Sekolah sudah selesai tapi dia belum wisuda. Di sisi lain dia harus mencari kerja dari beberapa lamaran itu, ada satu yang minta Aku datang, tapi di Bali," kenang Mayong.

Tak cuma kepada sang ayah, Maura juga mengurai cita-citanya ke sang ibu.
Nurul Arifin menyebut bahwa mendiang anaknya itu ingin sekali menjadi dosen.

Namun belakangan, Maura justru mengalami stres bahkan hingga depresi.

"Dia pengin jadi dosen. Selama pandemi kan dia ngajar ekskul sains. Dia menemukan pasionnya di situ. Dia cita-citanya mau jadi dosen. Apa yang Saya lihat lihat sekarang, memang ini bentuk frustasi, akibat pandemi, banyak larangan, membuat dia tidak bebas berekspresi. Frustasinya agak dalam," imbuh Nurul Arifin.

Mengenai depresi tersebut, Nurul Arifin mengakui banyak kekhawatiran yang dipikirkan Maura.

Tapi yang paling tahu sosok Maura sebenarnya adalah sang adik.

"Mungkin adiknya yang lebih memahami kakaknya. Kalau kakaknya melakukan kesalahan, adiknya yang ingatkan," akui Nurul Arifin.

Diwartakan sebelumnya, Maura putri Nurul Arifin meninggal dunia hari ini, Selasa (25/1/2022) pukul 05.37 WIB.

Nurul Arifin dan keluarga akan menyelenggarakan misa requiem malam ini, Selasa (25/1/2022) pukul 19.00 di Puri Cinere, Pangkalan Jati, Depok

Sementara untuk pemakaman Maura akan diselenggarakan besok, Rabu (26/1/2022) di San Diego Memorial.

 

Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com

Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved