Gunung Semeru Meletus
SATU Desa Tinggal Nama Disapu Awan Panas Letusan Gunung Semeru, Tertutup Lumpur Setinggi Lutut
Ia menyebut, hampir semua rumah di Curah Kobokan hancur disapu awan panas guguran Gunung Semeru.
SRIPOKU.COM, LUMAJANG - Sekitar 10 warga Desa Curah Kobokan, Candipuro, Lumajang belum dapat dievakuasi. Sebab, lokasi bermukim 10 warga tersebut sulit dijangkau. Ditambah lagi jalanan permukiman dipenuhi lumpur setinggi lutut.
Hal itu dikatakan oleh Wakil Bupati Lumajang, Indah Amperawati dalam konferensi bersama BNPB Pusat, Sabtu (4/12/2021).
"Lokasi 10 warga itu agak sulit dilewati dan berlumpur. Sehingga evakuasi terkendala, mobil tak dapat masuk ke sana," katanya.
Indah melanjutkan, di wilayah Desa Curah Kobokan, terdapat 300 KK.
Sebagian besar dari mereka sudah dievakuasi dan berada di tempat pengungsian.
Hanya saja masih ada 10 warga yang belum bisa dievakuasi.
"Kami dibantu komunitas Jeep untuk mengevakuasi 10 warga tersebut. Mudah-mudahan lekas bisa dievakuasi," paparnya.
Ia menyebut, hampir semua rumah di Curah Kobokan hancur disapu awan panas guguran Gunung Semeru. Warga yang berhasil dievakuasi mayoritas mengungsi di Balai Desa Penanggal.
"Kami tak bisa mendirikan pengungsian di Dusun Kamar Kajang. Namun kondisinya tak memungkinkan. Dikhawatirkan ada lahar susulan yang melintas di sana. Kami hanya mendirikan dapur umum di sana," pungkasnya.
Kisah Korban Selamat
Warga Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Sinten (60) dan cucunya Dewi Novitasari (17), jadi korban selamat dari ganasnya erupsi Gunung Semeru, Sabtu (5/12/2021).
Keduanya berlari ke tempat lebih aman sebelum awan panas guguran menyapu rumahnya hingga luluh lantak.
Sinten bercerita (60) sebelum letusan terjadi, Dusun Curah Kobokan diguyur hujan abu bercampur batu.
Batu-batu itu meluncur deras menghantam genting rumahnya hingga menimbulkan suara gemuruh.
Sinten yang saat itu sedang bersantai di rumah tamu langsung terperanjat dan panik.
Ia kemudian menggedor pintu kamar cucunya, Dewi.
Mendengar gedoran pintu, Dewi langsung bangun dari tidurnya.
Lalu dewi membuka pintu kamarnya.
Dengan memekikkan suara, Sinten bilang kepada Dewi bila Gunung Semeru sedang tidak baik-baik saja.Lalu, Sinten menarik tangan Dewi untuk ikut berlari menyelamatkan diri.
"Gunung Semeru meletus dengan cepat. Sebelumnya, tidak ada tanda-tanda akan erupsi. Saat erupsi seperti kiamat," katanya, saat ditemui di RSUD dr. Haryoto, Lumajang, Sabtu (4/12/2021).
Sesampainya di luar rumah, Sinten dan Dewi sempat menengok ke arah Gunung Semeru.
Gunung Semeru terlihat memuntahkan asap abu-abu tebal ke udara.
Suhu udara langsung terasa panas, menyengat kulitnya.
Tak lama, langit berubah gelap, kilatan petir juga menyambar-nyambar.
"Saya tak sempat menyelamatkan harta benda. Saya tak memikirkan itu, yang terpenting selamat dari terjangan awan panas. Lima motor hangus dan rumah saya roboh," paparnya.
Ia bersama Dewi berlari ke rumah tetangga yang berjarak sekira 1 kilometer untuk berlindung.
Setelah langit kembali terang, mereka kembali berlari ke masjid sekitar 5 kilometer.
Di sana, mereka beristirahat sejenak dan merapalkan doa.
"Lalu, kami berjalan lagi hingga ke Dusun sebelah, Dusun Gunung Sawur sekira 7 kilometer. Napas sudah ngos-ngosan. Selama dua jam, kami mengamankan diri di rumah warga Dusun Gunung Sawur. Setelah itu, kami dievakuasi menggunakan mobil pick up ke Desa Sumbermujur," terang Dewi.
Bukannya tenang karena dapat lolos dari maut, pikiran Sinten dan Dewi berkecamuk.
Betapa tidak, mereka mendapat kabar jika satu keluarganya, Samsul Arifin (30), menjadi korban luka dan tengah dilarikan di RSUD dr Haryoto Lumajang.
Samsul Arifin saat itu sedang bertugas menjaga portal tambang dekat Gunung Semeru.
"Kami langsung bergegas mendatangi RSUD dr Haryoto. Saat ini mas Samsul sedang dirawat," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id