Serie A
Jelang Genoa Vs Roma, Shevchenko Lawan Sosok yang 'Bunuh' Karirnya Jadi Pemain, Tamu Lawan Favorit
Laga ini tak salah jika dikatakan bakal jadi momen pembalasan untuk legenda sepakbola Ukraina tersebut terhadap pelatih Roma, Jose Mourinho.
Penulis: Refly Permana | Editor: Refly Permana
SRIPOKU.COM - Andriy Shevchenko akan menjalani laga debut sebagai pelatih Genoa saat klubnya melawan AS Roma.
Laga ini tak salah jika dikatakan bakal jadi momen pembalasan untuk legenda sepakbola Ukraina tersebut terhadap pelatih Roma, Jose Mourinho.
Pasalnya, Mourinho membuat 'keganasan' Shevchenko sebagai salah satu striker tertajam di dunia mendadak menjadi 'macan ompong' ketika dirinya bergabung dengan The Blues.
Di musim 2006/2007, Mourinho yang melatih Chelsea merekrut Shevchenko dari AC Milan.
Selama Rossonneri, siapa yang tak kenal akan ketajaman Shevchenko.
Ia menjadi andalan klub asal Milan untuk mengoyak gawang para lawannya.
Berangkat dari latar belakang tersebut, Chelsea memutuskan merekrut legenda Dynamo Kyiv ini.
Padahal, di lini depan Chelsea saat itu sudah bermaterikan striker tangguh bernama Didier Drogba.
Alhasil, Shevchenko yang kala itu baru berusia 29 tahun hanya menjadi pelapis striker asal Pantai Gading tersebut.
Striker yang datang berstatuskan pemain dengan jumlah gol mentereng mendadak bak pemain antah berantah di tangan Mourinho.
Musim perdana bersama Chelsea di 2006/2007, Shevchenko hanya bisa mencetak empat gol di Liga Primer Inggris.
Musim selanjutnya, tak ada yang berubah.
Justru, Shevchenko semakin sulit menjadi striker inti karena Drogba masih on fire.
Malah, Mourinho yang masih menjadi pelatih mendatangkan Nicolas Anelka dari Bolton Wanderers.
Alhasil, tiga striker kelas wahid di masa jayanya ini harus bersaing memperebutkan satu tempat sebagai striker tengah.
• Mirip Cristiano Ronaldo, Pesepakbola Cantik Paris Saint Germain Ini Terbang dari Kerumunan Pemain
Tentunya, pilihan itu jatuh pada Drogba yang di akhir musim mencetak delapan gol di Liga Primer Inggris.
Sementara Shevchenko, hanya berhasil mencetak lima gol.
Dua musim yang menurut sejumlah pihak gagal dijalani Shevchenko dan membuatnya dipinjamkan kembali ke Milan.
Dan, semua ketajaman Shevchenko seakan benar-benar sudah berakhir.
Meski bersama klub yang berjasa membesarkan namanya, Shevchenko sudah tak setajam sebelum datang ke tanah Inggris.
Ia lantas dikembalikan Milan ke Chelsea setelah menjalani masa pinjaman satu musim.
Kini, Shevchenko yang sudah alih profesi menjadi pelatih akan head to head dengan Mourinho yang notabene pernah melatihnya dua musim di Chelsea.
Membawa nama Genoa, Shevchenko akan berupaya membawa klubnya meraih kemenangan.
Terlebih, semasa menjadi bermain, Roma termasuk salah tim yang paling sering dibobol Shevchenko.
Dari total 13 pertemuan, pria yang identik dengan nomor punggung tujuh ini berhasil mencetak delapan gol.
Rinciannya, tujuh gol di ajang Serie A dan satu di ajang Coppa Italia.
Fans Genoa tentunya berharap Shenvchenko bisa menularkan ketajamannya itu karena Genoa tengah dalam tren buruk karena kini berada di peringkat 17.
Tantangan Shevchenko semakin berat karena sejumlah pemain utama Genoa tengah cedera.
Mereka adalah kipert Salvatore Sirigu, Nikola Maksimovic, Mattia Bani, hingga Domenico Cricito.
Di lini depan, Felipe Caicedo dan Mattia Destro juga tengah menderita cedera,.
Badai cedera juga sebenarnya tengah dihadapi Mourinho.
Beberapa nama di skuad Roma 2021/2022 dikabarkan sedang cedera, salah satunyua adalah Nicolo Zaniolo.
Lini belakang paling memprihatinkan karena lima pemain pengganti menderita cedera.
Artinya, dalam laga melawan Genoa nanti, Mourinho bakal dibuat pusing jika salah satu pemain bertahan ada yang cedera di tengah permainan atau yang mendapat kartu merah.
Serie A pekan ini juga boleh jadi akan menjadi penentuan nasib Jose Mourinho bersama AS Roma.
Pelatih asal Portugal itu gagal mengangkat performa tim meski tampil bagus di awal-awal musim.
Klub asal Roma bahkan sudah kalah dua kali berturut-turut dua pekan silam.
Yang paling mencolok, mereka dibantai 6-1 oleh Bodo/Glimt di kompetisi Liga Konferensi Eropa.
Melihat ekspektasi manajemen Roma terhadap sang pelatih, tentunya pencapaian saat ini tak pernah diharapkan oleh klub.