Berita PALI

Lapter Bandara Eks PT Stanvak di PALI Terbengkalai, Jadi tempat Balap Liar Hingga Tempat Sampah

Aksi balap liar segerombolan remaja di kawasan Lapangan Terbang atau bandara Eks PT Stanvak Indonesia di Kelurahan Handayani Mulya Kecamatan Talang Ub

Penulis: Reigan Riangga | Editor: RM. Resha A.U
SRIPOKU.COM/REIGAN RIANGGA
Sejumlah warga memanfaatkan Bandara eks PT Stanvak di PALI, yang difungsikan untuk lokasi belajar mengemudi dan mengumpulkan botol plastik. 

SRIPOKU.COM, PALI -- Aksi balap liar segerombolan remaja di kawasan Lapangan Terbang atau bandara Eks PT Stanvak Indonesia di Kelurahan Handayani Mulya Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) berujung maut.

Tujuh orang remaja menjadi korban aksi memacu adrenalin tersebut yang terjadi pada Minggu (19/9/2021).

Dua orang remaja diantaranya meninggal dunia. 

Sementara, lima orang warga wilayah desa di Bumi Serepat Serasan ini mengalami luka berat dan luka ringan dan sedang menjalani perawatan.

Lapter Eks PT Stanvak Indonesia yang kini bernama PT Pertamina ini berlokasi di bilangan Kelurahan Handayani Mulya Kecamatan Talang Ubi sekira berjarak tiga (3) kilometer dari jalan poros dengan melalui kebun warga yang berada di sisi kiri dan kanan jalan.

Kawasan menuju Bandara ini sendiri juga ada Lokasi Tempat Pembuatan Sampah yang tepat berada di seberang persimpangan ke Lapter Eks Stanvak.

Tak sedikit dimanfaatkan warga masyarakat sekitar untuk beraktifitas di kawasan Lapter yang memiliki panjang lintasan 1300 meter tersebut. 

Seperti, halnya Ramdan warga sekitar kerap memanfaatkan sampah plastik untuk dikumpulkan dan dijual. 

Baca juga: Cuaca Panas, BPBD Sumsel Lakukan Waterbombing Hot Spot, Paling Banyak di Wilayah OKI

"Sayang pak kalau tidak dimanfaatkan (Botol Plastik). Kan bisa dijual lagi, jadi bisa menambah penghasilan," kata Ramdan, Rabu (22/9/2021). 

Menurutnya, sampah plastik di kawasan Bandara ini paling banyak ia temui pada hari Minggu dan Senin. 

Pasalnya, banyak aktivitas baik anak muda maupun keluarga untuk menghabiskan waktu dengan latar belakang kebun-kebun warga.

"Biasanya juga paling banyak sampah (botol plastik) itu saat ada acara upacara hari-hari besar. Seperti hari kemerdekaan," katanya. 

Selain itu, warga sekitar juga kerap memanfaatkan jalan pacu lintasan bandara untuk menuju ke kebun karet mereka.

Pasalnya, lintasan pacu yang biasa dimanfaatkan pesawat logistik serta landasan Helikopter ini dipilih warga untuk melintas ke kebun, lantaran selain jarak dan juga jalan yang bagus.

Armando warga Kecamatan Talang Ubi berkata bahwa bandara memang sudah lama tak difungsikan, sehingga ia kerap memanfaatkannya untuk dijadikan lokasi belajar mengemudi.

"Saya bersama istri dan anak saya tiap sore sering ke bandara lantaran untuk mengajari istri menyetir mobil." Ujarnya. 

Baca juga: Lesty Gugup Ditanya Siapa Ciuman Paling Enak, Rizky Billar Keringetan, Sebut akan Datangi Rizki DA

Dirinya mengetahui bahwa pada tiap akhir pekan kerap dimanfaatkan para remaja untuk berkumpul dan balap liar.

Namun naas, aksi itu menimbulkan korban jiwa, sehingga muncul wacana akan ditutup untuk umum.

"Sangat disayangkan memang. Satu sisi dimanfaatkan sebagian warga. Sisi lain terjadi hal tak diinginkan. Kami harap pemerintah bisa memberi solusi karena sejauh ini bandara juga belum difungsikan," katanya.

Sementara, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) PALI, Suhartopo berkata bahwa pihaknya belum bisa mengoperasionalkan kawasan bandara Eks PT Stanvak.

Dijelaskan, hal ini lantaran Lapter atau Bandara Eks PT Stanvak Indonesia masih proses hibah antara Pemda, PT Pertamina dan Direktorat Jenderal Kementerian Keuangan (DJKN) RI.

Lintasan pacu Lapter ini sepanjang 1.300 meter dan Lebar 20 Meter.

"Permasalahan terakhir belum clear penyerahan Asset landasan pacu dan menara pengawas yang tertuang di dalam surat. Sehingga belum bisa terealisasi," katanya.

Ia menjelaskan, Kendala dilapangan, didalam surat Asset diserahkan Landasan Pacu (Run Way) dan menara pengawas (Tower Traffic Control).

Sedangkan di lapangan, fasilitas seperti Menara Pengawas dan ruang tunggu di gedung sudah tidak ada. Hanya ada landasan pacu dipenuhi semak disekitar lokasi.

Tahun 2018, lanjut dia sudah dibaut DED dan dirapatkan dengan Kementerian Perhubungan untuk segera difungsikan. Namun belum bisa dikerjakan.

"Hingga kini masih tidak ada kejelasan. Kami juga bahkan Pak Bupati sendiri sudah menyurati DJKN maupun Pertamina pusat," katanya.

Guna mengantisipasi hal tak diinginkan seperti lama lantas akibat balap liar, maka pihaknya akan memasang Baliho atau semacam tanda. 

"Kita pasang spanduk Dilarang untuk Balapan Liar diarea Bandara. Karena tidak bisa diportal juga karena masih bukan hal kita. Tanahnya masih milik Pertamina," katanya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved