Kasus Konfirmasi Turun, BOR ICU Covid-19 Masih Tinggi, Begini Penjelasan Kadinkes Sumsel

Keterisian ruang ICU yang tinggi menjadi perhatian Dinkes Sumsel, karena manunjukan masih banyak kasus sedang dan berat. Minta masyarakat tidak lengah

Editor: Azwir Ahmad
ho/sripoku.com
Kadinkes Sumsel Lesty Nurainy 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Bed occupancy ratio (BOR) atau keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di provinsi Sumsel saat ini turun hingga 15 persen per 4 September 2021.

Namun keterisian ruang ICU Covid-19 sejumlah rumah sakit di Sumsel masih sekitar 30 persen, dengan penyumbang terbesar ada di kota Palembang 38 persen.

"Untuk BOR secara keseluruhan memang sudah turun sekali sekarang 17 persen dan saat ini 15 persen. Tapi untuk ICU masih 35 persen (4 September 30 persen), meski sudah turun dari sebelumnya mencapai  90 -100 persen, ini menunjukan kita harus waspada" kata Kepala Dinkes Sumsel Lesty Nurainy, Minggu (5/9/2021). 

Berdasarkan data yang ada itu, ungkap Lesty artinya pasien Covid-19 yang dirawat di Rumah sakit sudah berkurang, dan kasus yang berat berkurang. Ini karena lebih banyak warga yang memilih isolasi mandiri, khususnya pasien positif tidak bergejala sudah memilih untuk isolasi mandiri.

"Mereka yang dirawat di Rumah sakit rata- rata yang bergejala sedang dan berat. Dan jumlah pasien yang dirawat di ICU masih terbilang tinggi. Artinya kasus berat itu harus menjadi perhatian," capnya.

Lesty pun mengingatkan kepada masyarakat, jangan datang ke rumah sakit jika kasusnya sudah berat. Hendaknya, kalau merasa ada gejala batuk atau demam langsung ke UGD untuk dilakukan penanganan segera.

"Jadi, janganlah sudah berat baru ke rumah sakit, karena perkembanganya (penyebaran) cepat," tandasnya.

Menyinggung data turunnya kasus Covid-19, Lesty tetap mewanti- wanti masyarakat agar tidak lengah, mengingat kasus penambahan positif Covid-19 bisa kembali "meledak", jika masyarakat abai terhadap protokol kesehatan (Prokes) 5M (Memakai masker, Menjaga jarak, Mencuci tangan dengan sabun, Menghindari kerumunan dan Mengurangi mobilitas).

"Masyarakat jangan lengah agar tidak terjadi peningkatan kasus kembali, kita harus tetap patuh Prokes, dimana saja khususnya diluar rumah minimal pakai masker," tuturnya.

Apalagi pada 6 September ini, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) mulai kembali dilakukan, ia berharap hal itu tidak menjadi kluster baru, dan harus dilakukan sesuai dengan prokes ketat.

"Yang sekolah juga harus betul- betul ketat prokes, jangan sampi jadi kluster, karena kondisinya mereka belajar bersama- sama dalam satu ruangan. Harus dipastikan yang ikut belajar ini sehat dan semua prokes diterapkan, termasuk sarana dan prasaran harus disiapkan," tegasnya.

Ditambahkan Lesty, dengan semua pihak melaksanakan Prokes yang ketat, ia yakin kondisi (BOR) turun ini akan bisa kembali menurun atau minimal dipertahankan, dan akhirnya pandemi covid-19 bisa berlalu.

"Jadi ini harus dipertahankan bersama-sama dari semua masyarakat untuk selalu prokes, termasuk pihak rumah sakit dengan meningkatkan mutu pelayanannya," ujarnya.

Sedangkan untuk pemerintahan daerah khususnya Kabupaten/ kota yang ada, terus melakukan upaya pemutusan penyebaran covid-19 di wilayahnya masing- masing dengan upaya 3T atau tindakan melakukan tes Covid-19 (testing), penelusuran kontak erat (tracing), dan tindak lanjut berupa perawatan pada pasien Covid-19 (treatment) adalah salah satu upaya utama penanganan Covid-19.

"3T harus ditingkatkan, minimal tracing agar tidak ada peningkatan penularan lebih jauh. Kalau lengah tidak ada testing dan yang positif keluryuran, mobilitas masyarakat tinggi maka jadi penularan kembali," paparnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved