Berita Sriwijaya FC

Kiper Sriwijaya FC Jadi Penunggu Wisma Atlet Sendirian Saat Lebaran, Kalau Mudik Ongkosnya Jutaan

Kiper Tim Sriwijaya FC Rudi Nurdin Rajak mengungkapkan alasan dirinya tidak pulang kampung ke Ternate Maluku Utara pada libur jelang Hari Raya Idul Ad

Penulis: Abdul Hafiz | Editor: RM. Resha A.U
SRIPOKU.COM/ABDUL HAFIZ
Kiper Sriwijaya FC Rudi Nurdin Rajak bertahan di Wisma Atlet JSC Palembang selama libur Lebaran Idul Adha. 

Laporan wartawan Sripoku.com, Abdul Hafiz

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Kiper Tim Sriwijaya FC Rudi Nurdin Rajak mengungkapkan alasan dirinya tidak pulang kampung ke Ternate Maluku Utara pada libur jelang Hari Raya Idul Adha, Jumat (16/7/2021). 

"Belum tahu juga. Mentok. Karena tanggal 26 harus sudah di sini dan tanggal 27 latihan kembali. Mikirnya tanggung karena perjalanan untuk mencapai Ternate Maluku Utara butuh waktu perjalanan dua hari. Bolak balik empat hari. Paling lima hari di sananya. Sudah balik lagi ke sini," ungkap Rudi kepada Sripoku.com.

Rudi yang musim lalu sering dijuluki Kurnia Meiganya SFC (Mantan kiper Timnas U19 dan pernah memperkuat Arema Malang Kunia Neiga Hermansyah) punya alasan selain menilai masa liburnya pendek tak sebanding dengan waktu perjalanan bolak-balik, juga besarnya ongkos dan mesti tes covid. 

"Belum lagi biayanya bolak balik bisa Rp 6 juta hingga Rp 7 juta. Terus harus tes antigen dan PCR. Pokoknya ribet," kata Kiper yang mengenakan kostum nomor punggung 20.

Ia mengaku untuk melepas rasa kangennya dengan keluarga di Ternate bakal selalu berkomunikasi dengan video call.

"Masalah kangen sih kangen benget dengan keluarga di kampung  Nanggung banget. Kalau cuma satu minggu ngapain. Kecuali kalau sebulan. Kita lebaran video call aja dengan keluarga," ucapnya. 

Selama rekan-rekan skuat Laskar Wong Kito pulang kampung selama libur Hari Raya Idul Adha, Rudi bakal tinggal di Wisma atlet dan tetap berlatih menjaga kebugaran. 

Baca juga: Hindari Celaka, Asisten Pelatih Sriwijaya FC Ogah Offroad Saat Idul Adha Tahun Ini: Ikut Kurban

"Rencana masih mau nginap di Wisma Atlet ini saja. Gak masalah sendirian. Kan ada program dari coach. Mau latihan di sini saja. Kalau mereka teman-teman di sini seperti Akbar Zakaria calling calling aja, kita bisa latihan bareng. Kan disuruh coach latihan, kemudian divideoin," terangnya. 

Bujangan kelahiran Maregam Tidore Selatan Kota Tidore Provinsi Maluku Utara, 2 April 1999 ini pun membantah jika dia disebut bertahan di Palembang lantaran telah memiliki pacar. Ia pun mengaku setia telah memiliki pacar di kampung halamannya. 

"Gak ada, gak pernah sama sekali (soal katanya punya pacar di Palembang). Pacarnya ada di sana. Di kampung selama ini kalau saya habis sholat Ied suka nonton orang nyembelih hewan kurban," katanya. 

Terakhir Rudi berharap agar kompetisi Liga 2 ini segera cepat digelar karena ia prihatin melihat insan sepakbola yang menggantungkan nasibnya dari kompetisi ini. 

"Harapannya sih semoga kompetisi Liga bisa cepat mulai. Sayang juga buat insan sepakbola, apalagi teman-teman kan yang sudah berkeluarga untuk menafkahi anak istri dari main sepakbola ini. Kalau kompetisi gak jelas, dapat uangnya dari mana," pungkasnya. 

Rudi merupakan salah satu dari 3 kiper asuhan pelatih kiper Ferry Rotinsulu. Dua kiper lainnya yakni Hendra Mole, dan Risky Darmawan. 

Rudi yang jebolan PPLP Maluku Utara memiliki kiper yang diidolakannya selama ini yakni oach Ferry Rotinsulu dan kiper Barcelona Marc Andre Ter Stegen. 

"Saya sendiri dipanggil coach Ferry masuk ke Sriwijaya mungkin karena pernah sama-sama di Lampung sakti jadi bisa melihat permainan saya," kata Anak ketiga dari 4 bersaudara buah kasih pasangan Nurdin Rajak dan Jamilah Sulaiman. 

Rudi Nurdin Rajak yang menjadi penunggu Mess Sriwijaya FC, Wisma Atlet Komplek Jakabaring Sport City ternyata punya kenangan dengan tempat ini di masa kecilnya.

"Saya dari kecil kelas 6 sudah ikut O2SN Tingkat Nasional 2012 tandingnya di Palembang dan nginap di wisma atlet. Saya lupu tandingnya di lapangan mana. Kita Maluku Utara kalah sama Bali," bebernya. 

Mantan kiper utama Persikat Tegal tim Liga 3 yang berhasil membawanya naik kasta lolos Liga 2 ini. Selama duduk di bangku SMP, Rudi mengaku fokus sekolah. Habis itu ia terjun ke PPLP Maluku Utara setara SMA 2014-2015. Pas di situ dapat juara 2 tingkat PPLP Nasional 2016.

"Saya kelas 2 SMA itu habis itu POPWIL di Papua dapat juara 2. Pada saat kelas 3 ikut Kejurnas PPLP ke Pekanbaru sampai di 8 besar Tahun 2017. Baru 2018 ikut PONAS di Semarang, kalah di 8 besar," terangnya.

Lulus dari PPLP, Rudi terjun di Persikabo Bogor langsung dilihat dipantau coach Indra Sjafrie TC di Yogyakarta sampai sebulan dan sayangnya ketika diumumkan tidak lolos dalam seleksi Timnas U-19.

"Pemain bola semua mau dipanggil timnas tapi untuk itu mesti latihan lebih serius maksimal biar bisa dilirik. Yang terpenting fokus di Sriwijaya mudah-mudahan naik kasta," ujarnya.

Ia pun hijrah ke Tim Lampung Sakti kalahnya di babak 16 besar dan bertemu coach Ferry Rotinsulu Tahun 2018.

"Di Lampung Sakti saya jadinKiper kedua. Pada musim kemarin 2019 barulah main di Persikat Tegal sampai lolos naik Liga 2. Di Persikat Tegal saya jadi Kiper pertama," paparnya. 

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved