Vaksinasi Covid19
INGAT LAGI Daftar Penyakit yang tak Boleh Divaksin Covid-19, Prof Yuwono: Bahaya Jika Lolos Skrining
Daftar penyakit yang tidak diperbolehkan menjalani vaksinasi Covid-19 karena bisa berbahaya untuk si penderita jika lolos skrining.
Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Ahli Mikrobiologi Sumsel sekaligus Direktur RS Pusri, Prof Dr dr Yuwono M Biomed mengatakan bahwa dalam proses skrining, orang yang masuk daftar vaksinasi harus benar-benar dinilai kelayakannya.
Terutama jika dalam kriterianya seorang penerima vaksin harus terbebas dari komorbid.
Menurutnya, justru diperkirakan banyak yang tidak bisa divaksin karena banyak orang yang memiliki penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, hipertensi dan lain sebagainya
"Selain itu, kelayakan penerima vaksin harus benar-benar diperhatikan, kriteria yang tidak boleh memiliki komorbid, tapi saya kira banyak orang yang komorbid di Sumsel," ujarnya, Senin (19/1/2021).
Hal ini menurutnya vaksinasi bukan lagi uji coba, sehingga jika bagi orang yang tidak memiliki penyakit penyerta, efek samping bisa saja hanya alergi biasa, namun bagi orang yang memiliki komorbid, hal tersebut mengkhawatirkan.
• Jangan Coba-coba Vaksin, Akibatnya Sia-sia Bahkan Mengancam Jiwa, Ini Penjelasan Lengkap Prof Yuwono
"Sangat berhati-hati, saya jika masuk dalam daftar dan harus disuntik, saya dan orang yang menyuntikkan harus berhati-hati, dilihat dulu kelayakan saya, mulai dari anamnesis.
Adakah penyakit tertentu. Pada umumnya orang tidak banyak yang bisa divaksinasi, jika melihat kriteria yang disampaikan dari himpunan dokter ahli penyakit dalam.
Di situ yang layak relatif punya penyakit alergi biasa, tapi orang dengan darah tinggi, sedang sakit mengkhawatirkan," ujarnya.
Oleh karena itu, seorang penerima vaksin harus dipastikan tidak memiliki penyakit yang terdapat dalam format skrining, juga bukan orang yang pernah menderita Covid-19.
Berikut ini daftar penyakit yang tidak boleh divaksinasi Covid-19:
1. Gejala ISPA seperti batuk/pilek/sesak napas dalam 7 hari terakhir.
2. Sedang mendapatkan terapi aktif jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah.
3. Jantung (gagal jantung/penyakit jantung koroner).
4. Autoimun Sistemik (SLE/Lupus, Sjogren, vaskulitis, dan autoimun lainnya).
5. Penyakit ginjal kronis/sedang menjalani hemodialysis/dialysis peritoneal/transplantasi ginjal/sindroma nefrotik dengan kortikosteroid.
6. Reumatik Autoimun/Rhematoid Arthritis.
7. Penyakit saluran pencernaan kronis.
8. Penyakit Hipertiroid/hipotiroid karena autoimun.
9. Penyakit kanker.
10. Kelainan darah.
11. Imunokompromais/defisiensi imun.
12. Penerima produk darah/transfusi.
• HASIL TES Terkini: Vaksin Sinovac China Efektif Bunuh Covid Ganas Asal India: Indonesia Beruntung
Dikutip dari sebuah video di channel youtube Majelis Pecinta Quran dengan judul TEGAS !! COVID 19 ?? AKAL - ILMU //#PART1// UST. PROF DR. dr. YUWONO M.BIOMED.
Secara jelas Ahli Mikrobiologi Sumsel ini mengatakan, jika orang yang memiliki penyakit bawaan atau penyakit lain jangan coba-coba melakukan vaksin.
Kok bisa?
Begini penjelasannya.
Menurut Prof Yuwono jika anda telah melakukan vaksin, dan anda memiliki penyakit bawaan vaksin tersebut akan tidak berguna bahkan menjadi berbahaya.
Oleh sebab itu, vaksin itu hanya untuk orang yang tidak punya penyakit, memang benar vaksin itu hukumnya wajib, jadi bisa diwakilkan.
"Wajib itu untuk orang yang tidak memiliki penyakit, ini saya blak-blakan karena saya sudah diskusi dengan ketua tim yang ditunjuk presiden untuk masalah vaksin ini," kata Prof Yuwono yang juga merupakan seorang ulama atau ustaz.
Dirinya tadi meyebutkan bisa diwakilkan, dalam artian di sini adalah, yang memiliki penyakit tidak wajib untuk disuntik vaksin.
"Kesimpulan kami cuma satu, orang yang punya penyakit jangan divaksin. Titik," kata Ustaz Prof Yuwono dalam sebuah video di channel youtube Majelis Pecinta Quran dengan judul TEGAS !! COVID 19 ?? AKAL - ILMU //#PART1// UST. PROF DR. dr. YUWONO M.BIOMED.
"Kenyataannya sekarang ini, ditakut takuti, kamu ye pegawai ye kamu dak vaksin dak taat. Logikanya, misal orang punya penyakit darah tinggi, kencing manis dan lain lain, vaksin itu tidak akan bekerja dengan baik di dalam tubuhnya," katanya.
"Karena untuk memproses vaksin, dibutuhkan tubuh yang sehat tanpa penyakit, cukup 40 sampai 67 persen saja yang di vaksin, artinya 33 persen tidak divaksin," ujar Prof Yuwono.
Prof Yuwono menjelaskan jika vaksin disuntikkan pada orang yang memiliki penyakit ujungnya akan berbahaya bahkan bisa masuk ICU.
"Saya sudah sering mendapat laporan, orang yang punya penyakit terus suntik vaksin, ujung-ujungnya masuk ICU. Ini karena kesalahan. Makanya ilmunya itu harus digali nian. Saya kan ahlinya, jangan cuma kata WHO," ujarnya.
• Aku Takut Nian dengan Covid-19, Lansia di Muratara Antusias Ikut Vaksin Meski Awalnya Sempat Takut
Tak hanya itu, Prof Yuwono menjelaskan, kalau ajal itu sudah diatur dalam Alquran jangan terlalu disangkutpautkan dengan covid-19.
"Meninggal karena covid kalau menurut akal itu masuk akal. Kalau menurut hati coba buka AlQuran. Kalau sudah datang ajal, maka tidak bisa maju tidak bisa mundur. Jadi meninggal karena ajal. Buktinya ada yang meninggal dalam keadaan sehat," ujarnya.
Prof Yuwono juga menambahkan, bawah pandemi bisa diakhiri dengan vaksin.
Vaksin disuntikan agar terbentuk antibodi dan antibodi akan terbentuk sempurna setelah 3 bulan dari penyuntikan pertama.
Setelah terbentuk antibody, maka kemungkinan terinfeksi dibawah 2 %, artinya sangat kecil.
Tetapi dalam 3 bulan tetapi harus berhati-hati.
Dipaparkan Yuwono bahwa, vaksin bila telah mencapai minimal 40% dari target maka akan terbentuk herd immunity atau imunitas kelompok, yang akan melindungi yang lainnya.
Di Indonesia saat ini jumlah yang sudah tervaksin adalah 24 juta. Sedangkan target untuk 40% adalah 100 juta orang.
Oleh sebab itu, melalui program Serbuan 1 Juta Vaksin, diharapkan 75 hari dari sekarang kita akan sampai pada kondisi herd immunity, dan itu adalah tujuan besar kita semua.
Oleh sebab itu, Prof Yuwono mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan imunitas dengan cukup makan, cukup gerak, dan pikiran yang positif.