Berita Selebriti
Mengenang Almarhum Fuad Alkhar, Perjuangan Terjun ke Dunia Hiburan hingga Asal Mula Nama Wan Abud
Fuad Alkhar atau yang dikenal dengan Wan Abud meninggal dunia pada Jumat (18/6/2021). Kabar duka ini disampaikan oleh teman-teman aktor dan aktis
SRIPOKU.COM - Fuad Alkhar atau yang dikenal dengan Wan Abud meninggal dunia pada Jumat (18/6/2021).
Kabar duka ini disampaikan oleh teman-teman aktor dan aktis lawas lainnya seperi Ayu Azhari dan Kiki Fatmala.
Ayu Azhari membagikan status di Instagramnya yang berupa bentuk ucapan belasungkawa atas kepergian Wan Abud.
“Abud sayang. selamat jalan sahabatku, semoga engkau mendapat tempat terindah di sisi-Nya, yaitu di surga-Nya yang sangat indah. Aamiin yarabbal’alamin,” tulis Ayu.
Selain Ayu Azhari, kepergian Wan Abud juga menjadi duka bagi Kiki Fatmala.
Ia mengunggah foto cover dari film Nona Manis di akun instagram miliknya @qq_fatmala
“Selamat jalan abud ...kamu partner terbaik..semoga tuhan menempatkan dirimu di tempat yg terbaik AMIN,” tulis kiki.
Pria berdarah Betawi ini lahir di Jakarta, 10 Januari 1959.
Wan Abud terjun ke dunia hiburan sejak tahun 1990-an.
Dalam akun youtube Yanti Muswara Official Wan Abud bercerita tentang perjuangannya untuk menjadi seorang aktor.
Dalam video berdurasi 13 menit 16 detik tersebut Wan menceritakan secara runut bagaimana caranya mendapatkan nama Wan Abud.
Wan Abud sudah menjadi figuran sejak ia masih kecil dengan bayaran hanya sekitar 2000 rupiah ia memiliki mimpi besar untuk menjadi seorang artis.
Beberapa tahun kemudian ia diharuskan untuk pergi ke Saudi Arabia menemui kakaknya dan mulai bekerja sebagai penjaga toko selama puluhan tahun.
Setelah mendapatkan izin untuk pulang ke Indonesia, Raam Punjabi sedang mencari tokoh Wan Abud untuk film Catatan Si Boy tahun 1991 untuk menggantikan Didi Petet yang sudah tidak mau memainkan peran Emon di film Catatan Si Boy.
Sempat tidak mau untuk casting dengan alasan ingin pulang ke Arab, atas desakan orang sekitarnya akhirnya ia mencoba untuk mengikuti casting film tersebut di daerah Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Saat tiba di tempat casting, Wan Abud sudah menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya menjadi orang yang “ceplas-ceplos” dengan menanyakan apakah tim pembuat film merupakan orang Islam atau bukan.
“Ane ceplas-ceplos, assalamualaikum heh punya mulut nyaut walaikum salam orang Islam bukan sih?” ucap Wan Abud.
Ia geram lantaran tidak ada karyawan yang menjawab salamnya ketika ia membuka pintu.
Kemudian produser film, Raam Punjabi keluar dengan menahan ketawa.
Pada saat itu saingan dari Wan Abud merupakan orang Arab yang menurutnya memiliki paras yang menawan.
Namun menurut penjelasan Wan Abud, Raam Punjabi tidak mencari pemeran yang memiliki paras yang menawan melainkan mencari orang yang apa adanya.
Kemudian ia memulai syutingnya di depan Paramitha Rusady, Meriam Bellina, Onky Alexander, Ida Kusuma, Nani Wijaya yang merupakan juri sekaligus lawan mainnya nanti.
Sempat bingung disuruh “ngoceh” oleh para juri, namun Wan tetap percaya diri dengan menampilkan sebuah nyanyian dan tarian India yang menggelitik.
Penampilannya tersebut menuai pujian dan tepuk tangan para juri, namun ia diharuskan menunggu sekitar 30 menit untuk menunggu hasil penilaian juri.
“lah gua gak diterima,” ujar Wan.
Kemudian penantiannya selama 30 menit tersebut membuatnya dipanggil oleh Raam Punjabi dan langsung dikontrak untuk beberapa sekuel film Catatan Si Boy mulai dari musim musim 3 hingga musim 7.
Terlalu senang dikontrak, Wan Abud sampai tidak terpikir untuk menanyakan honor yang akan ia dapat dalam memerankan peran Wan Abud.
“Yah bang cheppy saking girangnya, pengen jadi artis,” ujar wan yang dilanjutkan tertawa bersama Mpok Yanti.
Ia menyebutkan honor yang ia dapat untuk memerankan Wan Abud sekitar Rp.500.000 yang saat itu sudah terbilang besar.
Kemudian ia mulai syuting di kota Bali bersama dengan artis lainnya.
Selama syuting ia mengaku pernah dikerjai di pantai oleh beberapa karyawan penggarap film tersebut.
Ia bercerita sang karyawan menanyakan perihal celana renang, ternyata Wan Abud tidak mempersiapkan hal tersebut.
Sang karyawan merasa geram dan menyediakan celana renang yang sudah diolesi rheumason krim penghangat penghilang masuk angin dan pegal-pegal.
Menurutnya pengalaman tersebut merupakan salah satu memori terindahnnya selama berjuang dalam dunia hiburan dan harus disyukuri.
Ia sangat senang setelah film yang ia bintangi meledak di pasaran, seolah perjuangannya beradaptasi yang sangat melelahkan terbayarkan.
Semenjak saat itu nama Wan Abud melekat pada diri Fuad dan terus ditawari beberapa film dan sinetron lainnya.
Penulis: Rizki Ramadhanti Ajengtriani, Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Sriwijaya 2018
