Benar Hujan di Palembang Beberapa Hari Ini karena Modifikasi Cuaca? Ini Penjelasan Korlap BBTMC-BPPT
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Sumsel sudah dilakukan selama lima hari, dengan total penerbangan enam kali dan bahan semai 4.800 kg.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Sejak 10 Juni 2021di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) sudah melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Setidaknya sudah 4.800 kilogram garam disemai.
Bahkan hujan lokal sempat terjadi di beberapa wilayah yang ada di Palembang, seperti di Keramasan, Gandus dan lain-lain.
Lalu apakah ini efek dari TMC?
• Update harga karet di Sumsel 14 Juni untuk Kadar Karet Kering 70 Hingga 100 Persen
Menurut Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT, Purwadi, mengatakan bahwa memang sudah dilakukan TMC selama lima hari. Dengan total penerbangan enam kali dan bahan semai 4.800 kg.
"Sedikit banyak cuaca di Sumsel sudah dipengaruhi oleh TMC hari sebelumnya, dan ditambah dengan penyemaian hari ini," kata Purwadi, Senin (14/6/2021).
Lebih lanjut ia menjelaskan, fungsi dari TMC salah satunya menambah curah hujan. Hujan yang jatuh ke permukaan akan membasahi lahan dan akan menguap pada hari berikutnya.
"Hari ini juga dilakukan semai di area OKI dan Banyuasin. Sedangkan arah angin menuju ke barat. Ada beberapa awan tentunya masih ada yang bertahan hingga area Palembang," katanya.
Menurut Purwadi, potensi awan masih cukup bagus untuk dilakukan TMC. Namun gangguan angin yang cukup kencang membuat pergeseran awan dan hujan juga cukup kencang.
• Mantan Lurah Pasar Bawah Akui Selewengkan Dana Kelurahan dari Camat Lahat untuk Kepentingan Pribadi
"Untuk kegiatan TMC biasanya dievaluasi setiap 10 hari. Dalam evaluasi nanti baru ditentukan apakah TMC akan lanjut atau dihentikan," ungkapnya.
Sementara itu Kepala Unit Analisa dan Prakiraan Stasiun Meteorologi SMB II Palembang Sinta Andayani menambahkan, biasanya yang menyimpulkan hasil hujan buatan adalah tim dari TMC BBPT.
"Kalau BMKG memantau potensi hujan dari citra radar atau satelit cuaca secara umum saja, tanpa memperhitungkan apakah dari hasil teknologi modifikasi cuaca atau tidak," katanya.
Menurut Sinta, potensi hujan masih ada di awal musim kemarau ini, walaupun intensitasnya sudah mulai turun ringan hingga sedang dan lokal.
"Puncak kemarau diprakirakan bulan Agustus dan September untuk Sumsel. Secara statistik bulan-bulan tersebut sudah sangat jarang atau hampir tidak terjadi hujan dalam satu bulan," jelasnya.
Sinta menghimbau kepada masyarakat, dari sekarang untuk waspada mengantisipasi musim kemarau ini, dengan menghemat air dan mencegah Karhutla dengan tidak membakar lahan.
Penulis: Linda