Kilas Balik
"SOEKARNO KALAH dengan Nehru," Mantan Menlu Orba Terpaksa Mengungsi ke AS: Dituduh Serang Presiden
Mendadak Mochtar dipecat dari jabatannya, terancam dijaring perkara pidana, dan harus ‘mengungsi’ ke AS karena dinilai menyerang Presiden Soekarno.
Istri menangis sepanjang malam
Jaksa Tinggi Priyatna Abdurrasyid menceritakan, pada 1963 Presiden Soekarno memerintahkan Jaksa Agung Soethardio, Jaksa Agung Muda Soenarjo, dan Priyatna, untuk melakukan penahanan terhadap Mochtar. Tuduhannya menghina Bung Karno.
“Kami tidak pernah menahan Mochtar, hanya melakukan pemeriksaan saksi-saksi yang dapat membuktikan Mochtar telah difitnah PKI (melalui Dr Utrecht, dosen, dan mahasiswa PKI di Fakultas Hukum Unpad),” ujar Priyatna dalam buku ‘Mochtar Kusuma-atmadja: Pendidik & Negarawan’ seperti dikutip dalam buku ‘Rekam Jejak Kebangsaan Mochtar Kusuma-atmadja’, disusun Nina Pane, Penerbit Buku Kompas, Februari 2015.
Meski tidak ditemukan bukti untuk menguatkan tuduhan, Mochtar terpaksa mengungsi ke Amerika Serikat bersama keluarganya. Setelah puluhan tahun berlalu Priyatna masih menyimpan berita acara yang memeriksa para saksi perkara tersebut.
Ada juga kesimpulan berupa rumusan yang dibuat oleh panitia perumus yang menyebut tujuh diktat hukum internasional yang dibuat Mochtar, dari tahun kuliah 1961-1962 tidak ada satu pun yang memuat penghinaan atas diri Presiden Soekarno ataupun yang bersifat anti-Manipol/Pancasila.
Ny Siti Hadidjah, akrab dipangil Ida, istri Mochtar, sangat syok menerima kenyataan suaminya diberhentikan oleh pemerintah. Suatu malam, Ida dalam keadaan tertekan dan menangis tak henti-hentinya.
Melihat kondisi itu Mochtar membuka jendela dan menunjuk kios rokok di depan rumahnya. “Lihat itu, tukang rokok saja bisa hidup, masak kita tidak,” ujar Mochtar berupaya menghibur sang istri.
Namun Ida telanjur terpukul dan tetap menangis sepanjang malam. Setelah kejadian itu Ida seperti mengidap trauma terhadap gaya bicara Mochtar.
Ia kemudian mengawasi secara ketat perkataan-perkataan suaminya yang sering ceplas-ceplos dan tanpa tedeng aling-aling. Mochtar kemudian menjadi lebih tertutup (introvert), dan tidak seceria sebelumnya.
Sarwono Kusumaatmaja, adik kandung Mochtar yang juga mantan Sekjen Golkar, menjernihkan posisi sang kakak pada waktu itu, terutama tuduhan anti-PKI. Menurut Sarwono, sejak muda di Gang Sentiong, Jakarta, Mochtar tidak menyukai politik praktis.
“Ia ilmuwan sejati yang hanya memfokuskan pada ilmu pengetahuan. Hanya saja ia mempunyai sikap yang tegas dan keras terhadap hal-hal yang menurutnya tidak masuk akal atau merupakan ketololan luar biasa,” ujar Sarwono.
Menurut Sarwono, kakaknya juga mengecam orang-orang yang ekstrim terhadap agama, termasuk ekstrim Sunda.
Sedang Prof Dr Juwono Sudarsono, saudara sepupu Mochtar, terakhir menjabat sebagai Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009), mengungkapkan kritik Mochtar soal politik bebas aktif Bung Karno.
“Salah satu kritik yang membuat Bung Karno berang adalah mengenai politik luar negeri yang berada di tengah-tengah (bebas aktif), menurut Mochtar membuat Indonesia selalu berbenturan dengan semua negara besar, “ujar Juwono Sudarsono. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mochtar Kusuma-atmadja Menyingkir ke AS Seusai Dituduh Menghina Bung Karno
Penulis: Febby Mahendra
Editor: cecep burdansyah